2

1.5K 193 89
                                    

)❥❥❥ 𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰 ❥❥❥(

"Aku berangkat!" teriak Ara pada ruangan kosong di belakang. Ia lantas tersenyum miris, memangnya apa yang dia harapkan pada keluarga kacau ini?

Setiap hari sang ibu pergi pagi sekali bahkan sebelum dia bangun. Rasanya, pertanyaan bagaimana harimu di malam hari hanya akan menjadi angan-angan saja bagi Ara. Semua dia telan sendiri, mau pahit atau manis siapa yang peduli? Oh, tentu saja hanya Jimin Oppa.

Ia menatap meja makan yang kosong lalu menyentuh perutnya dan mencebikkan bibir. Dia merasa lapar, tapi mau makan apa? Meja dan kursi? Ah sudahlah, seperti baru kali ini saja tidak ada sarapan untuknya.

Memakai sepatu di dekat pintu, Ara menatap pelukan jam di tangannya. Ini masih pagi, jarak sekolah sebenarnya tak dekat juga, tetapi karena bangun kepagian dan malas di rumah sendirian, dia memilih untuk berangkat sekarang.

"Berjalan kaki sepertinya asyik, lumayan menambah volume betis, kau harus semangat Lim Ara, ingat Oppa sebentar lagi pulang."

Setelah berjalan beberapa menit, mungkin keputusannya berjalan kaki ke sekolah pagi itu menjadi awal dari takdir lain yang mempertemukannya dengan seorang gadis kecil tengah duduk sendirian di depan minimarket yang masih tutup.

Penampilan gadis kecil itu cukup mencolok dengan seragam sekolah elite yang Ara tahu biaya pendidikannya cukup menggetarkan jiwa miskinnya.

Awalnya ia tak acuh dan berniat melewati, tetapi urung ketika sebuah ide brilian muncul.

Tersesat ya? Sepertinya anak orang kaya, kalau aku antar pulang ... mungkin aku akan dapat uang banyak. Otakmu terkadang cerdas Lim Ara, lumayan untuk membelikan oppa hadiah selamat datang saat pulang nanti.

Kedua sudut bibirnya terangkat seraya menggerakkan kedua tangannya di depan dada. "Annyeong," sapa Ara ceria, "kau tersesat ya?"

Si gadis kecil itu mendongak dan menatapnya sinis, lantas berucap yang membuat Ara langsung melongo.
"Tidak ada uang receh. Pergi!"

Astaga! Aku dikira gembel!

Ara mengerjap, menarik kerah bajunya sebelum mengendus diri sendiri. "Tidak bau kok, aku sudah mandi," monolognya lirih sebelum menatap si anak kecil seraya berdecak lalu mendengkus keras. "Anak kecil mulutnya tidak sopan sekali. Tidak pernah diajari eomma-mu sopan santun, ya?"

"Apa sih!" sahut gadis kecil itu sewot. "Eomma-ku sudah lama tidur di pemakaman, tahu! Bagaimana mau mengajariku!"

"Eh," sahut Ara sambil mengerjapkan mata. "Oh, anak piatu. Appa-mu masih hidup? Atau ikut tidur di pemakaman juga?"

Gadis kecil itu tak langsung menjawab, ia justru memicing semakin tajam. "Kenapa sih tanya-tanya? Maaf, sedang tidak membuka lowongan eomma tiri! Apalagi yang jelek sepertimu!"

"Aish, percaya diri sekali!" sahut Ara seolah lupa yang di depannya hanya seorang anak kecil. "Siapa juga yang mau menikah dengan Appa-mu. Sudah duda, punya anak sepertimu, duh, aku bisa mati muda!"

Si gadis kecil segera berdiri dan berkacak pinggang. Ia menatap tak suka pada gadis aneh yang terus saja mengganggunya itu. "Pergi?! Atau aku teriak penculik!" ancamnya.

Ara mendengkuskan tawa, kali ini kesal juga. "Yak! Benar-benar anak kecil mengerikan padahal aku hanya ingin membantu."

"Siapa juga yang minta tolong! Lagi pula aku tau jenis orang sepertimu. Pura-pura baik dan akan menolongku agar appa-ku memberimu imbalan, kan?"

When Yoongi Says Marry Me | End 💜Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang