85

765 149 61
                                    



=========

Pagi ini sebenarnya menyuguhkan awal hari yang menakjubkan. Di mana bias fajar yang memantul di sela-sela awan pagi yang masuk ke kamar mereka tampak begitu indah. Sejak satu jam lalu Ara terus merajuk, ibarat kata dia lebih baik disuruh menghitung banyaknya kacang hijau dalam sebuah mangkuk dari pada harus menghabiskan waktu bersama sang ibu mertua.

"Ahjussi, bisa katakan pada ibumu kalau aku sakit saja tidak?" rengek Ara tatkala melihat Yoongi baru saja masuk ke dalam walk in closet di mana Ara sedang mematut diri di depan cermin, sudah berpakaian rapi dan berdandan tipis.

Yoongi menyampirkan handuknya di pundak lantas berjalan pelan, menghampiri sang istri dengan kedua sudut bibir terangkat tulus. Dia sangat mengerti betul kelesah yang dirasakan Ara karena sejak tadi malam gadis itu tidak tidur dengan nyenyak.

"Kenapa sih Queen, begitu takut ya bertemu dengan ibuku, hm?" tanyanya seraya mendaratkan dagu di pundak Ara, tak lupa juga melingkarkan tangan di pinggang kecil itu.

"Kau tak tau ya kalau sikapnya padaku itu seolah melihat permen karet pada sol sepatu. Aku bukannya takut atau mencoba berbicara buruk tentang ibumu, tetapi aku lebih ke tidak nyaman saja. Terlebih kita ...." Ara menggantung ucapannya menggigit bibir bawahnya, bingung harus mengucapkan apa tentang hubungannya dengan Yoongi saat ini.

"Kita apa?"

"Umm ... kita sudah menjadi suami istri sebenarnya, 'kan? Jadi tolong katakan saja kalau aku sakit perut atau keracunan ikan buntal kek atau apalah."

Yoongi tertawa, hingga harum mint dari pasta gigi yang baru saja dipakainya tercium penghidu Ara, segar.

"Benarkah kita sudah jadi suami istri sebenarnya?" ucap Yoongi balik bertanya, mengeja pelan pada bagian suami istri sebenarnya.

Uh, Yoongi dan permainan katanya, Ara paling benci jika tiba-tiba saja dia terkena bola panas dari pernyataan yang baru saja dia utarakan sendiri.

"Umm ... segera, 'kan?"

"Kapan?" Kali ini Yoongi membenamkan wajahnya di leher jenjang Ara, mencium aroma musk yang berpadu dengan floral lembut yang sangat disukainya.

Ara menggerakkan lehernya tak nyaman tetapi membiarkan saja sang suami melakukan hal itu. "Ya kan nanyi malam ...," ucap Ara lirih tapi kemudian mengimbuhi, "Ahjussi! Bukan itu masalahnya sekarang, kenapa sih bahasannya selalu ke arah sana terus. Aku hanya meminta tolong Ahjussi untuk memberitahu ibumu kalau aku mendadak sakit perut dan tidak bisa menemaninya ke acara amal, lagi pula dia kan suka ditemani Jessica eonnie, kenapa kali ini harus mengajakku?"

Yoongi menghentikan ciumannya di leher Ara, lalu menatap sang gadis lewat pantulan cermin. "Aku janji hari ini akan menemanimu, jadi kau tidak perlu khawatir dengan sikapnya. Kalau dia masih seperti itu lihat saja terus wajah suamimu yang tampan ini, ok."

Ara berdecih dan memutar bola matanya malas. "Tampan juga sikapmu dan ibumu nyaris sebelas duabelas."

"Oh benarkah?" Yoongi kini memutar tubuh Ara, merendahkan posisinya menatap sang istri yang mengangguk bersemangat.

"Jadi, tolong katakan aku sakit ya?" rengeknya Ara lagi lebih gigih.

Yoongi menghela napas. "Kalau aku harus berbohong pada ibu, aku sudah berkata bahwa tidak akan ke kantor hari ini. Jadi aku akan di rumah saja seharian, bagaimana?"

"Pekerjaanmu sedang banyak sekali, 'kan? Lagi pula kau bosnya, kau bisa masuk kapan saja. Siapa juga yang akan melarangmu?"

"Itu terdengar tidak professional," sanggah Yoongi, maniknya sejak tadi menatap Ara lekat membuat gadis itu itu balik menatap penuh antisipasi, "jadi, bagaimana kalau kita tinggal di kamar saja seharian. Membuat adik untuk Bora misalkan, pasti itu akan sangat menyenangkan."

When Yoongi Says Marry Me | End 💜Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang