memulai pencarian

597 57 1
                                    

"Uh, tant-"

"Panggil Mommy."

"Mommy, bisa keluar dulu? Kafelo mau ganti baju," tanyanya.

Sebelumnya, ia ingin berangkat langsung mencari orangtuanya, tapi mereka menghentikannya dan menyuruhnya untuk berganti pakaian terlebih dahulu. Elvis mengatakan jika ia sudah menyiapkan pakaian untuk dirinya.

"Tidak, Mommy akan tetap di sini dan membantumu untuk berganti pakaian," jawabnya.

"Tapi kan Kafelo udah bes-"

"Udah besar? Apa karena Mommy cewe?" lanjut Disi.

Disi melihat wajah Kafero yang mulai memerah, pun terkekeh sebentar. Menurutnya, itu lucu.

"Baiklah, baiklah. Mommy akan berbalik. Kafero bisa berganti pakaian, tapi pakaian atasnya biar Mommy yang bantu, bagaimana?" tanyanya.

Kafero berfikir, lalu setelahnya ia menganggukkan kepalanya, pertanda setuju.

Setelah mendapat persetujuan darinya, Disi membalikan badannya.

Kafero yang melihatnya mulai mengganti celananya.

"Apa sudah selesai? Apa Mommy boleh berbalik sekarang?" Sebelum dirinya berbalik, Disi menanyakannya terlebih dahulu.

"Ya," jawabnya.

Ia berbalik, terlihatlah badan Kafero yang begitu mulus, tidak ada perut kotak-kotak di badannya. Itu membuatnya semakin lucu menurutnya.

Disi mengambil minyak telon yang sudah disiapkannya, lalu setelahnya dibaluri ke perut Kafero dan juga bedak bayi.

Kafero hanya melihatnya saja.

Selesai membalurinya, Disi memakaikan pakaiannya.

"Sayang, jangan berlari di tangga."

"Mommy, tenang aja. Kafero ga akan jatuh."

Mendengar suaranya, mereka yang sedang asyik dengan dunianya sendiri mulai menatap ke arah tangga disana.

Terlihat Kafero yang sedang menuruni tangga dengan cara berlari dan Disi yang sedang menegurnya terlihat dari raut wajahnya jika ia khawatir.

Mereka juga yang melihatnya mulai merasa khawatir.

"Abang!! Kafero udah selesai mau berangkat!" dengan senyum terukir di wajahnya, Kafero masih saja berlari tanpa mempedulikan teriakan Disi padanya.

"Eh?" Tubuh Kafero terasa oleng, sepertinya ia kepeleset.

Padahal tinggal beberapa anak tangga lagi, Kafero menutup kedua matanya.

Kafero tidak merasa sakit di badannya, malahan Kafero seperti sedang melayang. Ia merasa aneh. Dirinya langsung saja membuka matanya perlahan, dan benar saja, ia melayang. Lebih tepatnya, dirinya digendong oleh seseorang. Kafero melihat ke atasnya.

"Kenapa terburu- buru sekali?" tanyanya dengan raut wajah yang terlihat marah tapi nada bicaranya terdengar lembur di telinga Kafero

"Kafelo hanya tellalu bersemangat, soalnya hali ini Kafelo akan mencali orang tua Kafelo" jawab Kafero masih menatap laki laki yang menggendongnya

"Tetap saja kau tidak boleh berlari lari ditangga" ucapnya yang juga menatap wajah Kafero

"bang gio malah?" tanya Kafero, pasalnya sedari tadi raut wajahnya terlihat marah dan itu di sadari oleh dirinya

"Tidak" ucap Gio

"Bohong, Kafelo liat Raut wajah Bang Gio seperti ini" dirinya menirukan raut wajah Gio, meski wajahnya terkesan dingin tapi Kafero tau kalau Gio marah

Gio yang melihat Kafero menirukan raut wajahnya pun hanya menatapnya biasa saja tidak ada reaksi sama sekali

Kafero yang sadar berhenti mengekspresikan raut wajahnya, Suasananya terkesan canggung

"ya, aku marah" akhirnya Gio membuka suaranya

Kafero yang sedang menatap ke arah lain sambil berbicara dalam hatinya pun menoleh kembali

"Jangan lakukan itu lagi, bagaimana jika saat kau jatuh  tidak ada yang menolongmu?"

"Tapi bang gio kan menolong Kafelo, Kafelo ga sengaja liat bang Gio berlali ke arah Kafelo saat Kafelo mulai jatuh di tangga" ucap Kafero

"Dan lagi Kafelo minta maaf Kafelo ga akan mengulangi nya lagi" ucapnya lagi

"Terima kasih udah menolong Kafelo," ucapnya sambil mengakhiri dengan ciuman di pipi Gio.

........

Kafero menatap kagum bangunan-bangunan yang ada di luar kaca mobilnya. Bukan hanya bangunan, tapi suasana di luar pun sangat ramai, seolah-olah ada festival di jalanan. Akhirnya, ia keluar dari hutan, meski perjalanan untuk keluar dari hutan pun sangat membutuhkan waktu berjam-jam.

"Apa kau suka pemandangannya?" tanya seseorang yang ada di sebelah Kafero.

Kafero menoleh ke arah laki-laki yang tadi bicara dan tersenyum lebar.

"Iya, Kafelo suka pemandangan yang ada di lual. Semuanya sangat indah," jawab Kafero dengan semangat.

"Mau jalan-jalan dulu?" tanyanya.

"Bolehkah?" tanya Kafero.

"Tentu saja. Ada festival yang diadakan di Jalan Kilauan Misteri. Mau lihat bersama-sama?" tanyanya.

Matanya seakan bersinar tanpa basa-basi. Kafero menganggukkan kepalanya.

"Kafelo mau lihat."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KAFEROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang