5. persimpangan jalan

37 2 0
                                    

Kini Vanya dan Devan tiba di rumah
Mereka setelah pulang sekolah, Dengan Vanya yang di antar supir dan Devan dengan motor sport kesayangannya. Entah kebetulan dan ketidaksengajaan, keduanya sampai di rumah secara berbarengan.

Vanya yang tidak ingin melihat ke arah Devan pun berlalu menuju dalam rumah, dan ingin segera tidur di kasur empuknya, Namum baru sampai di ujung tangga, langkah Vanya berhenti karena ucapan dari Devan.

"Malam nanti Lo Jangan sampai muncul di dalam rumah ini, terserah mau tidur di mana gue gak peduli karena temen temen gue mau nginep di sini. Dan gue gak mau sampai mereka ngelihatin Lo, dan tau Lo adalah saudara kembar gue". Jelas Devan panjang lebar memberi tau Vanya.

"Hmm". Hanya deheman Tampa berniat menjawab perkataan Devan, Vanya meneruskan langkahnya menuju ke kamar pribadinya dan mengunci pintu dari dalam.

Hiks... Hiks... Hiks...

Terdengar isakan tangis dari Vanya sembari meringkuk di lantai yang dingin di dalam kamarnya itu, dengan memeluk kakinya dan kepalanya di sembunyikan di tengah lutut yang sedang di tekuk itu.

"Mama... Kenapa semua orang di rumah ini benci Vanya ma... Vanya gak salah kan ma?". Racau Vanya yang semakin lama suara isakan itu menjadi semakin besar dan tumpahlah air mata yang mengalir deras membasahi pipinya yang sudah sedari awal masuk ke rumah ini di tahan oleh Vanya.

Hingga ingatan dan putaran memori di dalam kepalanya, tentang kejadian kecelakaan 4 tahun silam kembali muncul dan membuat Vanya sesak nafas dan mulai mengobrak Abrik isi tas nya, guna untuk mencari botol berisikan obat yang tidak pernah ia lupa untuk membawanya kemanapun.

Ya.. selama ini Vanya tidak benar benar sembuh oleh traumanya yang selama ini menghantuinya, dia hanya bergantung pada obat dikala trauma itu muncul.

Setelah meminum obat itu, nafas Vanya yang mulai sesak kini berangsur normal kembali, dan Vanya memilih tidur sebentar sebelum sore
Nanti ia akan pergi sementara dari rumah ini.

•••☘️•••

Pukul 16:00 Vanya suda ada di arpatemennya. Ya.. ini adalah arpatemen miliknya yang diberikan oleh Opa yang sudah memprediksi akan terjadi hal seperti ini, saat dirinya memutuskan untuk kembali ke Indonesia.

Alasan Vanya kembali ke Indonesia yang tak lain adalah untuk dekat dengan sang mama, dan bisa leluasa berkunjung jika hatinya sudah di Landa rindu meski hanya gundukan tanah yang ia lihat, namun bisa membuat hati Vanya sedikit senang, dan arpatemen ini pilihannya karena sangat dekat dengan rumah peristirahatan terakhir mamanya itu.

Memikirkan mama, Vanya jadi teringat sejak kedatangannya di Indonesia, ia belum menyambangi makam mamanya tercinta.

Setelah bersiap siap dan memakai pakaian serba hitam, Vanya memesan taxi online untuk pergi ke pemakaman umum yang tak jauh dari arpatemennya.

Tidak sampai 30 menit Vanya telah sampai di pemakaman dan kini sudah menunjukkan pukul 17:00 menjelang waktu Maghrib namun Vanya tidak takut untuk datang kesini.

Di usapnya batu nisan yang bertuliskan LUCYANA KAYONA dengan lembut.

"Assalamualaikum ma, Devanya datang ma... Maaf baru saja ngunjungin mama hari ini, mama nggak marah kan sama Vanya ma..".

"Vanya... Kangen mama.... Kangen banget sama mama, maaf... Karena Vanya mama harus meninggalkan papa, kak Dareen dan Devan. Mereka sayang banget sama mama, harusnya Vanya kan yang tiada, tapi kenapa harus mama, mungkin kalau Vanya yang meninggal papa masih bisa bersama mama dan kak Dareen juga Devan masih bisa merasakan kasih sayang mama. Dan mereka pasti masih sayang sama Vanya kan ma,
Tidak seperti sekarang yang benci banget sama Vanya". Tangis Vanya pun pecah dan dipeluk dengan erat batu nisan itu seakan memeluk mendiang mamanya.

Senja sudah datang dan sebentar lagi akan gelap, tidak mengurungkan niat Vanya untuk beranjak dari makam,
Dan memilih melanjutkan berbicara sendiri seolah mamanya bisa mendengar semua apa yang ia katakan.

Setelah hampir satu jam Vanya bercerita dengan mamanya, akhirnya memutuskan untuk pulang ke apartemennya menaiki ojek yang mangkal di sekitar warung kecil dekat pemakaman.
_________________________________

Jam sudah menunjukkan pukul 19:00
Dan sekarang Devan sudah siap dengan penampilan yang tak biasa itu
Karena hari ini akan pergi menemui pujaan hati.

Tin... Tin...

Suara klakson mobil Devan, telah sampai di depan rumah Silvi setelah 30 menit perjalanan dari rumahnya.

Baru keluar dari mobilnya, Devan di buat mematung dengan penampilan gadis didepannya kini yang sangat cantik dengan dress dibawah lutut berwarna biru itu yang ternyata senada dengan kemeja yang dikenakan nya.

"Haii... Devan". Setelah beberapa kali memanggil dan melambaikan tangan
Di depan wajah Devan.

"Ah.. iya cantik".

Blusshh....

Pipi Silvi seketika menjadi merah merona karena pujian dari Devan itu
"Sebenarnya kita mau kemana sih kenapa harus pakaiannya kayak gini?". Tanya Silvi dengan raut wajah bingung.

"Ayo... Sebentar lagi kamu juga akan tau". Ajak Devan sembari membuka pintu mobil untuk Silvi.

Berbeda dengan Silvi dan Devan yang tengah berbunga bunga, lain halnya dengan Vanya yang saat ini tepat pukul 22:00 niat hati ingin jalan keluar mencari makan disekitar arpatemen, namun setelah beberapa langkah Vanya dikejutkan dengan suara motor yang sangat berisik menurutnya.

Dan Benar saja tepat di persimpangan jalan dekat apartemennya ini tengah terjadi perkelahian, oh tidak... Lebih tepatnya ada seorang cowok yang di keroyok oleh beberapa mungkin dari geng motor daerah sini.

"Woii.... Beraninya keroyokan ya Lo pada, sini maju kalau berani lo". Teriak Vanya menantang sekumpulan geng motor di perkirakan hanya sejumlah 10 orang itu.

"Vanya". Lirih cowok yang di keroyok itu.

Dan Vanya menoleh ke arah cowok tadi yang sudah terlentang dengan keadaan kacau akibat dikeroyok, dan Vanya tidak bisa melihat dengan jelas siapa cowok yang memanggilnya itu.

"Wah nantangin nih cewek, serang ajalah bos!". Seru salah satu anggota geng motor itu.

"Sudah lama tidak berolahraga, mari kita coba apakah masih layak untuk
Bermain main". Gumam Vanya sambil
Menyeringai kearah lawannya.

Bugh

Bugh

Bugh

Perkelahian pun terjadi 10 lawan 1 orang cewek sungguh sangat mustahil. Tapi setelah 10 menit bertarung Vanya berhasil menumbangkan 5 anggota geng motor itu.

Lalu seseorang melangkah maju kearah Vanya yang bisa di simpulkan
Bahwa itu adalah ketuanya karena sedari tadi dia hanya diam dan maju setelah 5 anggota nya Tumbang.

"Hebat juga kekuatan Lo". Kata cowok itu sambil terkekeh pelan dan mencoba meraih pipi Vanya dan.....

Krekk.....

Suara tanga patah itu sungguh nyaring di dengan, dan terdengar jeritan kesakitan dari pemilik tangan Tersebut yang tak lain ada ketua geng motor yang mencoba menyentuh Vanya.

"Arghhhh..... Bangsat Lo, tunggu pembalasan dari gue".

"Gue tunggu loser...." Ejek Vanya dengan jempol tangan kanannya di tunjukkan ke arah bawah.

Sebenarnya si cowok ini sungguh sangat murka sudah di remehkan oleh seorang cewek tapi tidak bisa berbuat banyak, dan akhirnya memilih pergi dari sana "cabut". Instruksi nya kepada para anggotanya.

Vanya pun menepukkan tangannya seperti tengah membersihkan dari kotoran debu. Dan berjalan menuju cowok yang sudah tak berdaya itu guna membantunya.

Di dekatnya si cowok itu Dan betapa terkejutnya Vanya saat melihat dengan jarak dekat dan jelas siapa yang telah ia tolong itu.

"Lo....?". Ucap Vanya sambil menutup mulutnya tak percaya

Selamat membaca

Jangan lupa VOTE... Okey




Devanya Alyssandra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang