12. Jangan suka gue

23 2 0
                                    

"karena gue udah mulai suka sama Lo". Jawab Elvan serius.

"Sejak pertama gue ngeliat Lo, sejak kita bicara di rooftop gue udah ngerasa beda sama Lo, jantung gue selalu berdebar saat Deket Lo, gue khawatir dan ingin selalu memastikan keadaan Lo baik baik saja, mungkin memang terlalu awal dan kita belum lama kenal..... Tapi gue sudah yakin sama perasaan gue sendiri, kalau gue suka sama Lo, bahkan mungkin gue udah jatuh cinta pada pandangan pertama sama Lo Devanya".

"Hah..." Helaan nafas berat dari Vanya dan menatap Elvan "sebenarnya gue juga punya perasaan yang sama kayak Lo El, gue aman dan merasa nyaman di samping Lo".

"Tapi... jangan suka sama gue El". Lanjut Vanya dengan kepala menunduk.

Elvan mengangkat dagu Vanya "hey.. lihat gue, beri alasan yang tepat kenapa gue nggak boleh suka sama Lo".

"Gue.. gue sakit El, Lo lihat sendiri bagaimana kondisi gue tadi, dan gue nggak mau Lo suka sama gue karena kasihan sama kondisi gue".

"Cerita sama gue, Lo sakit apa".

"Gue menderita PTSD ( post- Traumatic Stres Disorder)". Jeda Vanya untuk melihat reaksi dari Elvan, yang hanya menunjukkan ekspresi datar.

"Gue mengalami trauma pasca kecelakaan yang menyebabkan mama gue meninggal karena ngelindungi gue... Gue...".

"Jangan di teruskan kalau belum siap cerita". Ucap Elvan dengan lembut dan menggegam tangan Vanya untuk memberi kekuatan.

"Mama meninggal ditempat, karena melindungi gue dari benturan dan pecahan kaca dengan cara memeluk gue. Gue dan mama dilarikan kerumah sakit, saat gue masih tidak terima dan menyalakan diri gue sendiri atas meninggalnya mama, keluarga gue yang seharusnya menjadi penguat dan Sandaran gue, malah dengan terang terangan menyalahkan gue.. mereka berfikir gue penyebab mama meninggal, karena menurut saksi yang mengantar kami ke rumah sakit, Mereka mengevakuasi mama yang ada di pelukan gue dengan keadaan sudah tak bernyawa. Mereka yakin, jika mama nggak ngelindungin gue, mama pasti masih hidup, dan mereka adalah penyebab gue mengalami gejala depresi seperti ini El".

"Ini semua udah takdir Van, Lo bukan penyebab mama Lo tiada, mama Lo sayang sama Lo, dia rela bertaruh nyawa demi menyelamatkan lo Van". Elvan menarik Vanya kedalam pelukannya yang sedari tadi menangi.

"Tapi mereka bilang gue penyebab nya El, kata mereka gue pembawa sial, gue di benci sama keluarga gue sendiri, itu yang menyebabkan gue di bawa Opa dan Oma gue ke Jerman". Kata Vanya yang semakin menangis di pundak Elvan.

"Bilang sama gue, dimana keluarga Lo, biar gue yang ngejelasin sama mereka kalau Lo ga salah".

"Tidak untuk sekarang El, gue belum siap kalau harus cerita siapa keluarga gue".

"Oke... Kalau itu memang udah keputusan Lo, tapi ijinin gue jadi sandaran buat Lo, ijinin gue jadi tempat Lo pulang, dan jadiin gue alasan buat Lo kuat". Kata Elvan sungguh sungguh.

"Gue takut El, gue takut semakin jatuh hati sama Lo, dan buat Lo dalam masalah ataupun ikut terkena sial karena Deket sama gue".

"Lo bukan pembawa sial Vanya, Lo berharga buat gue". Ucap tulus Elvan dengan mengelus lembut pipi Vanya.

"Kasi gue waktu, bisa?".

"Oke... Gue kasih Lo waktu nggak lebih dari seminggu, gue tunggu jawaban Lo di rooftop seminggu lagi".

"Tapi gue minta sama Lo, jangan sampai ada yang tau tentang kondisi gue saat ini, cukup Lo yang tau penyakit gue, dan cukup Lo yang tau alasan gue saat naik mobil nggak bisa duduk di sebelah pengemudi". Pinta Vanya dengan mengedip ngedipkan matanya.

"Iya.. tanpa Lo minta gue akan rahasiain ini". Ucap Elvan tulus sambil mengelus rambut Vanya.

"Makasih." Senyuman terukir di bibir Vanya, yang semakin membuat Elvan jatuh hati kepada gadis yang ada di depannya ini.
"Lo jangan senyum dong, berantem aja yok". Elvan menggulung lengan bajunya.

Vanya tertawa pelan "Lo suka banget ngajak gue berantem, sehari nggak debat gitu bisa nggak ya?".

"Nggak bisa, karna Lo udah terbiasa galak sama gue, jadi sekarang Lo nggak pantes nangis kayak gini, jelek tau nggak Lo".

"Ishh... Lo mah, gue udah nggak nangis juga". dengan menghapus kasar air matanya.

"Huh... Gemes gue sama Lo, gue karungin juga lama lama".

"Terus udah Lo karungin, Lo bawa gue pulang ke rumah Lo ya biar bisa liat gue tiap hari". Senyum Vanya sambil menaik turunkan alisnya.



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Devanya Alyssandra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang