Paper 1

5.2K 226 17
                                    

Arfon POV

In Pelita Harapan Senior High school

Hari ini sama seperti kebiasaan gue sehari-hari, gue menuruni motor sport gue, dan banyak perempuan yang menyapa gue dengan ramah dan centil. Gue hanya menanggapinya dengan sebuah anggukan canggung dan beranjak dari tempat parkiran sekolah. Semua tidak berubah, selalu banyak mata yang menatap gue sepanjang gue berjalan menuju ruang kelas dan hal ini sangat membosankan. Terkadang gue sering berpikir apa yang menarik untuk dilihat dari gue selain kepopularitasan yang tidak ada artinya sama sekali menurut gue. Hidup ditengah-tengah kepopularitas sungguh memuakan sebenarnya kalau boleh jujur, akan banyak sekali haters dan tentu orang-orang yang mengagumi kalian di saat yang bersamaan.

Just a circle of life yang tidak menarik.

Saat gue sampai di depan pintu kelas, gue langsung membuka pintu tersebut dan tentunya disambut langsung dengan cengiran kedua sahabat gue. Gue pun tersenyum singkat melihat ketiganya dan menghampiri ketiganya.

"Itu muke kenapa ketekuk-tekuk macem penekuk gosong begitu, bro?" tanya Orion yang membuat gue memutar bola mata. Namun tidak dengan Febrian yang tertawa mendengar pertanyaan Orion yang terkesan tengil.

"Masalah rumor orientasi seksual dari kakak tercayangnya yang super duper cantik itu palingan," sahut Febrian sambil membuat mimik imut di wajahnya saat mengatakan 'kakak tercayangnya' yang membuat gue mendeliknya.

"Udah deh diem lo semua. Pagi gue makin ancur dengerin ocehan lo pada," ucap gue ketus.

"Jangan marah-marah dong, bro. Masih pagi nih, mending yang seger-seger aja bahasnya macem cewek bohai kayak si Resta yang lagi diomongin sama banyak cowok," ucap Orion dengan menaik-turunkan alisnya.

Mendengar hal tersebut aku dan Febrian hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala saja karena tabiat sahabat gue yang bobrok ini.

Menyadari bahwa ada satu orang laki-laki yang absen mengejek gue pagi ini, gue pun melirik ke arah tempat duduk lelaki itu dan melihatnya seperti sedang merenung. Alhasil, gue menyenggol lengan Orion dan berkata.

"Oi, kenapa itu kembaran lo? Tumben amat absen ngejek gue?" tanya gue penasaran.

"Broken heart, bro. Biasa efek samping!" bisik Orion dengan menggidikan bahunya.

Huruf O pun tercetak di bibir gue.

"Udah biarin aja, jangan diganggu gugat dulu. Biar hibernasi dan merenung sejenak, nanti juga baekan."

Gue pun mengangguk setuju dan duduk ke tempat dudukku untuk menunggu mata pelajaran pertama tiba.

***

Bladen Pov

Hari ini adalah hari pertamaku pindah ke sekolah baru, sehabis kepindahanku dari Jerman yang membuatku harus berpisah dengan kedua sahabatku di sana. Sahabat yang sudah kuanggap sebagai keluargaku yang sebenarnya.

Tidak ada hal yang benar-benar menarik dalam kehidupanku. Terpaksa dipindahkah terus menurus tanpa kedua orangtua, itulah kehidupanku.

Alone and always being alone.

Sesampainya di depan gerbang sekolah baruku, aku langsung membuka pintu mobil dan beranjak masuk menuju sekolah tersebut. Saat aku memasuki lorong sekolahan baruku, kulihat lorongan tersebut sudah sepi. Kurasa ini sudah jam masuk kelas, makanya lorong terlihat begitu sepi.

Aku pun beranjak untuk mengurus administrasi sekolah dan setelah itu diberitahu dimana kelasku berada dan tak butuh waktu lama aku pun menemukannya.

Different Girl ✔ (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang