Chapter 11

6 1 0
                                    

Happy Reading.


Patrick bangun pagi-pagi merapikan baju-bajunya ke dalam koper serta mengambil semua yang ia butuhkan. Ia keluar dari kamar namun ternyata Ibunya terlebih dahulu berada di depan pintu.

"Mama."

"Kamu mau kemana sayang?" tanya Ibunya.

"Patrick gak tau Ma," ucapnya.

"Mama kalau mau berangkat ke Jerman hati-hati ya, titip salam buat Nenek," lanjutnya.

Ia meletakkan tas serta kopernya di lantai lalu memeluk erat tubuh Ibunya.

"Maafin Patrick ya Ma, Patrick udah jadi beban buat Mama," ucap Patrick menangis dalam pelukan Ibunya.

"Gak sayang kamu gak salah, Mama gak pernah anggap kamu beban sama sekali, kamu itu Anugerah terindah yang Tuhan titipkan buat Mama," ucap Ibunya lalu ikut menangis.

Pak Chandra yang mendengar suara tangisan keluar dari kamarnya lalu menaiki tangga dan melihat Anak serta Istrinya sedang menangis sambil berpelukan. Matanya beralih dari Patrick ke koper yang ada di samping Patrick. Ia memilih untuk naik dan lebih dekat dengan Patrick.

"Kamu sudah mau pergi?" tanya Pak Chandra.

Patrick melepaskan pelukannya dari Ibunya lalu menatap sendu pria di hadapannya itu.

"Iya, Patrick mau pergi," ucap Patrick.

"Maksud kamu?"

"Patrick mau pergi dari sini, karna percuma Patrick disini tapi Mama sama Papa udah pisah, jadi lebih baik kita semua pisah, dan jika semesta masih menginginkan kita bersatu maka kita akan bertemu lagi."

Deg.... Jantung Pak Chandra seakan berhenti berdetak, darahnya pun seakan berhenti mengalir, kata-kata Patrick seakan menamparnya.

"Kamu jangan pergi ya Nak." Bu Alice membujuk Patrick.

"Maaf Ma, tapi keputusan Patrick udah bulat." Patrick menjawab Ibunya tanpa melihat ke arah sang Ibu.

"Pa, Patrick minta maaf udah jadi beban buat Papa selama ini, Patrick janji setelah Patrick pisah dari Mama sama Papa, Patrick gak akan minta sepeserpun uang dari kalian, Patrick akan berjuang sendiri," ucap Patrick lalu memeluk Ayahnya yang masih berdiri mematung.

"Kamu benar-benar mau pergi Patrick?" tanya Ayahnya sambil membalas pelukan anak semata wayangnya itu.

"Iya Pa."

Patrick melepaskan pelukannya, meraih tangan Ibu dan juga Ayahnya.

"Ma, Pa, izinin Patrick pergi ya, Patrick janji bakal baik-baik aja, maaf karna tadi malam Patrick marah sama Mama sama Papa, see you next time and i love you so much."

Patrick melepaskan tangan orang tuanya lalu beralih ke koper yang berada di sebelah kanannya lalu menjauh dari Ayah serta Ibunya.

Ketika berada didekat tangga Patrick berhenti sejenak lalu berbalik ke arah orang tuanya yang tengah menatapnya sedih.

"Kalau Patrick kangen, Patrick bakal sering samperin Mama sama Papa kok," ucapnya lalu tersenyum ketir kemudian pergi keluar dari rumah.

Bu Alice serta Pak Chandra menatap punggung sang anak sampai benar-benar menghilang. Air matanya kembali jatuh namun dengan cepat dihapusnya.

"Kamu juga benar-benar akan pergi?" tanya Pak Chandra.

"Kamu yang menyuruhku untuk pergi, jadi aku harus pergi sekarang juga, jaga diri baik-baik," ucap Bu Alice berusaha menahan air matanya.

KEPAT 'Love is not wrong' (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang