Kayla berlari dan terus berlari, semakin jauh memasuki hutan. Sesekali ia menoleh ke belakang. Makhluk itu masih mengejarnya.
Kayla semakin melajukan larinya, namun langkahnya terasa begitu berat. Ada apa ini? Kayla tersandung akar pohon. Tak kuat berdiri, hanya tertelungkup mencoba menutup wajahnya erat-erat.
Tiba-tiba sebuah tangan menggenggam erat kaki kanannya. Makhluk itu berhasil menangkap Kayla.
Kayla berusaha memberontak, namun badannya yang tertelungkup tidak membuatnya dengan mudah melepaskan diri dari cengkeraman tangan makhluk itu.
'aaaaaaaaa! tolongg!!' kalimat itu tidak bisa ia ucapkan. Mulut Kayla terbuka namun suaranya tidak keluar sedikitpun.
"Percumah kau berteriak, tidak ada yang bisa menolongmu. Kau milikku." Suara makhluk itu menggelegar. Suaranya besar dan berat. Membuat Kayla bergidik ngeri, namun ia tak bisa apa-apa.
*****
Wajah Kayla yang semula tenang, tiba-tiba menjadi tegang. Kayla terlihat seperti ingin berteriak namun tertahan.
"Kayla kenapa?" Cery terlihat sangat khawatir.
Sudah 2 jam Kayla tidak sadarkan diri. Hampir semua panitia berdatangan melihat keadaan Kayla, tak terkecuali Arkan.
Keringat Kayla bercucuran dengan deras. Air mata Kayla mengalir dengan deras.
"Kayla pingsan....," Suara Cery terdengar parau menahan tangis.
"Aarrgghhhh...!!!" Teriak Kayla sekuat tenaga hingga membuat semua yang mendengarnya menghampiri tenda kayla.
Sontak Kayla terbangun bersamaan dengan suara teriakannya. Wajahnya basah dengan keringat dan air mata.
Tanpa aba-aba apapun Arkan berlari kemudian mendekap Kayla secara tiba-tiba. Mata Kayla terbelalak dan tubuhnya kaku seketika, tidak berniat membalas pelukan Arkan.
"Arkan?"
"Gue khawatir banget sama lo, Kay. Untunglah kamu lo kenapa-kenapa."
"Emangnya aku kenapa?"
"Lo pingsan udah 2 jam."
Cery yang sudah merentangkan tangannya bersiap ingin memeluk sahabatnya, kini hanya tersenyum kecut melihat pemandangan di depannya.
'apa-apaan tuh.' Batin Cery tidak terima. Dia yang dari tadi menemani Kayla, namun setelah siuman yang memeluk sahabatnya bukan dirinya melainkan laki-laki yang bernama Arkan.
"Udah Ar, biarin Kayla istirahat dulu. Lagi pula pantang di hutan berpelukan. Walaupun ini bumi perkemahan, tapi ini termasuk hutan liar."
Arkan melepas pelukannya, "Maaf Sher. Tapi boleh gak gue nemenin Kayla di sini? Gue mau jagain dia."
"Yaudah deh gak apa-apa, lagi pula takut juga nanti tiba-tiba ada sesuatu sama Kayla. Tapi ditemenin Cery juga ya, jangan cuma berdua aja. Nanti tugas kalian biar kita handle dulu, tapi nanti kalian jaga pos bisa gak? Kayla sanggup gak?"
"Sanggup kok Sher, udah gak pusing." Jawab Kayla mengetahui dirinya sudah lebih baik.
"Bener?"
Kayla menangguk menanggapi.
Semua orang sudah berada pada posisinya masing-masing untuk mempersiapkan event mencari jejak yang akan dilakukan beberapa jam lagi.
Kayla masih duduk memikirkan mimpi buruknya yang datang tak hanya sekali. Apakah ini sebuah pertanda?
"Kenapa kay?" Ucapan Arkan membuyarkan lamunan Kayla.
"Enggak kok."
"Jadi berasa kayak nyamuk deh di sini." Sela Cery yang sudah greget dengan Kayla dan Arkan.
Kayla membulatkan mata, menatap tajam Cery. Ia takut jika Arkan mengetahui perasaannya dan hanya empati padanya, itu sungguh tidak menyenangkan.
Di samping Kayla, Arkan tersenyum. Ia sudah mengetahui jika Kayla juga memiliki perasaan yang sama seperti apa yang ia rasakan. Sayang saja tak ada satupun diantara mereka yang speak up. Mereka berdua sama-sama memilih untuk bungkam.
"Ngeri aku Kay kalau mukamu kayak gitu. Takut kamu tiba-tiba ternyata kesurupan. Hiiii....!" Cery bergidik ngeri, namun dengan aksen bercanda.
"Sok-sok an hii, gini-gini juga aku ke toilet 5 menit aja udah di cariin."
"Ya itu kemarin kamu masih ada janji sama aku, dicariin ternyata lagi semedi.yang bener aja."
Wajah Kayla memerah, bagaimana bisa Cery blak-blakan mengucapkan hal itu di depan laki-laki yang ia kagumi.
Kayla melempar bonekanya ke arah Cery.
"Ih, gak kena. Wlee..."
"Dih, awas aja kalau aku pergi gak usah nyariin yaa?"
"Siapa juga yang mau nyariin."
Arkan hanya terdiam juga diselingi tertawa kecil mendengar keributan kedua perempuan yang bersahabat itu.
"Kay, udah sembuh?"
Kayla beralih menatap Arkan yang masih setia berada di sampingnya.
"Udah kok. Kamu mau di sini aja? Gak mau gabung sama panitia lain?"
Arkan menggeleng. "Gue mau jagain lo."
"Yaelah Ar, gue juga bisa. Lagi pula Kayla gak manja, nanti kalau manja tinggal ceburin kolam aja mungkin ya." Cery terkikik geli dengan pernyataannya sendiri.
Lagi-lagi Arkan dibuat tertawa dengan candaan Cery yang berhasil membuat Kayla tersulut emosi.
"Cer, aku buang kamu ke laut ya? Buat tumbal lah lumayan gak usah nyari tumbal pesugihan."
'Kay, aku suka liat kamu tertawa. Semoga aku bisa selalu berada di sisi kamu dan liat kamu ketawa kayak gini. Dan aku berharap, selanjutnya aku yang buat kamu ketawa.' Batinnya dalam hati.
Arkan masih memperhatikan Kayla yang sedang asik bercanda dengan Cery.
"Ekhemm!" Seru Cery berpura-pura tersedak, menggoda Arkan dan Kayla.
"Kay,"
Kayla beralih menatap Arkan. Kedua insan itu saling menatap. Jantung mereka sama-sama berdegup dengan kencang seperti ingin melompat keluar.
"Iya?"
'aduh semoga arkan gak denger suara degup jantung aku. Ini jantung gak aman banget sih.' Tangan Kayla meremas selimut.
Arkan tak sengaja mendapati tangan Kayla meremas selimut. Ia kemudian tersenyum mendapati bahwa Kayla terlihat gugup. Seharusnya Arkan yang merasa sangat gugup.
Arkan meraih tangan Kayla.
Cery memutar bola matanya. 'Hadeh, jadi nyamuk nih. Dah lah males, mending baca novel di wattpad.'
Jantung kayla sudah tidak bisa di kontrol. Tubuhnya kaku dan lidahnya kelu. Tangannya berkeringat dingin dengan sangat deras.
Keduanya berusaha menelan salivanya sekuat tenaga.
"maaf kalau tiba-tiba dan maaf juga tempat dan momennya gak tepat. Tapi, do you want to be the most special girl in my life?"
Lidah Kayla begitu kelu tak dapat mengatakan apapun. Padahal dalam hatinya ingin sekali ia berteriak 'yaa!!'
"Terima aja Kay, Arkan dah tau kok kamu suka sama dia."
Tanpa menghiraukan Cery, kayla memaksakan tubuhnya untuk bergerak. Kayla menatap manik mata Arkan. Kayla menangguk memberi jawaban dari pertanyaan Arkan.
Dengan perasaan gembira, Arkan spontan memeluk Kayla. Tubuh Kayla masih kaku seperti patung.
'Haduhh, kenapa sih ini argh gak bisa meluk ihhh.' Batin Kayla pasrah.
"Butuh baygon gak? Ini nyamuknya gabut soalnya." Celetuk Cery.
Arkan melepas pelukannya. Arkan dan Kayla terkekeh geli mendengar ucapan Cery.
KAMU SEDANG MEMBACA
Petaka Bumi Perkemahan
HorrorGak ada kata-kata pokoknya happy reading, makasih udah mampir