Surprise

515 39 16
                                    

Xavier berjalan ke arah meja Fredrinn, seperti biasa ia memandang Xavier remeh.

"Aku hanya ingin bilang sesuatu" Xavier hanya tersenyum tulus, itu menyakitkan bagi Fredrinn, dia memalingkan wajahnya tak ingin melihat senyuman Xavier.

"Cepatlah kalau begitu" Ucap nya.

"Kalau misalnya aku hamil, apakah kamu mau tanggung jawab? "

"Ya, aku tau itu terdengar bodoh namun kau tahu kan soal kemarin lusa haaha" Kekeh Xavier.

Sekali lagi Fredrinn tidak mau melihat itu, tertawa sama dengan tersenyum, itu menyakitkan baginya.

"Apa kah kau yakin itu anak ku? Bisa saja kau berhubungan dengan pria lain? " Ucap nya.

"Tidak, kau yang pertama Fredrinn. Aku tak pernah merasakan hal romansa didalam kehidupanku selama ini, saat kau datang dan memintaku untuk menjadi pacarmu tentu aku senang, bukan menjadi pacar. Lebih ke budak seks" Sindir Xavier.

"Jangan menyindir"

"Aku tak menyindir" Balas Xavier.

"Hah... Apa mau mu? Kenapa tak kau urus saja anak itu sendiri? " Ucap Fredrinn.

"Semisal saja jika aku meninggal saat melahirkan anak ini"

"Apa kau tak mau memegangnya? Dia anakmu, apa kau lupa pernah mengeluarkan benihmu didalam? Aku mengingat itu, karna itu sebuah trauma" Lanjut nya.

"Aku tak akan memegang perut jalang mu" Ucap Fredrinn sinis.

"Aku lah jalang mu" Xavier menarik paksa tangan besar Fredrinn dan menaruhnya di perut buncitnya, Fredrinn hanya diam.

"Bagaimana? Mau menyentuhnya nanti saat dia sudah besar? "

"Tidak"

"Baiklah kalau begitu, aku hanya ingin kau mengurus dia kalau aku meninggal" Xavier pergi dari hadapan Fredrinn.

"Hah... " Helaan napas keluar dari mulut Fredrinn.

---

Fredrinn berjalan menyusuri kota, ia bingung dengan kata-kata Xavier.

"Dia omega? " Ia sungguh bertanya tanya.

Ia harus mengurus anak itu nanti jika Xavier meninggal.

"Aku tak bisa mengurus anak, apa yang dia katakan itu nyata? " Ia mengusak kasar surai biru nya.

Suasana hatinya begitu kacau,begitu juga dengan penampilannya.

Banyak orang-orang melihat dia bergumam sambil mengacak rambutnya.

Fredrinn duduk di kursi taman, tiba-tiba ada laki laki dengan bekas luka di pipinya menepuk pundak Fredrinn.

"Kau harus menyerahkan hati juga dirimu ke dirinya, sebelum kau menyesal" Pria itu pergi meninggalkan Fredrinn dengan wajah kebingungan.

"Apa sih" Fredrinn berdiri dan mencari taxi untuk pulang.

---

Dirumah Fredrinn, ia hanya diam merenung dikamar nya, setelah Xavier mengatakan itu ia terus saja merenungkan kesalahannya.

"Aku malu untuk minta maaf" Gumam nya.

Dasar lelaki ber ego tinggi.

Tangannya mengambil ponsel di kantongnya dan memencet nomor Xavier.

Ia meminta bukti, kalau dirinya hamil hanya bohong atau benar.

Lama Ia menunggu, tatapannya lesu melihat ponsel nya.

A Short Xavier's Sad Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang