35. Pulang dan Terkuak

14 1 0
                                    

Keesokan paginya, Nabilah benar-benar merealisasikan niatnya untuk mengajak Nadhira pulang, gadis itu terlihat menuruni tangga, di susul dengan Nadhira yang mengekorinya dari belakang.

"Bil, lo mau kemana?" Tanya Cantika saat Nabilah sudah berada di hadapan mereka semua, tak terkecuali Angkasa.

"Balik, makasih ya can lo udah ngajakin gue sama Nadhira kesini" gadis itu tersenyum hangat kepada Cantika karna dilihat dari segi manapun gadis itu tidak bersalah sama sekali.

"Sorry ya bil, gue malah bikin ini hancur, padahal gue pengen banget ngajak kalian seneng-seneng" Nabilah hanya mengangguk menanggapi.

"Nad, lo mau balik ? Nggak nunggu sopir gue jemput aja?" Perhatian Cantika kini beralih pada Nadhira yang hanya terdiam menunduk dibelakang Nabilah, Nabilah yang mengerti jika Nadhira berada di posisi tidak nyaman langsung mencoba menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Cantika.

"Gue udah nyuruh orang rumah buat jemput kita kok can, lo gausah khawatir, mendingan lo urus aja orang sakit itu, sekalian dibawa ke dokter jiwa, biar diobatin luka pikirannya yang kotor" jawab Nabilah menggebu.

"Lo dari kemarin kenapa sih bil! Kalau ada masalah ngomong, jangan jadi bad people gini, sumpah lo itu freak banget tau gak" protes Erika yang emosinya mendadak kembali saat Angkasa di jelekkan sedemikian rupa.

"Nad, aku minta maaf, kejadian kemarin diluar kendali aku" Angkasa yang kesusahan berdiri ingin mendekati Nadhira untuk meminta maaf namun gadis itu malah semakin memundurkan badannya sembari menarik Nabilah mengikuti gerakannya, angkasa yang melihat itu dibuat frustasi, bagaimana caranya dia bisa kembali mengambil hati Nadhira.

"Lo berhenti, atau gue tambahin rasa sakit di badan lo kalau terus ngedeket ke Nadhira, dia itu takut sama lo, ngerti gak sih" protes Nabilah yang menatap nyalang ke arah Angkasa yang seakan terus berusaha untuk mendekati Nadhira yang benar-benar tidak mau di dekati.

"Aku cuma mau minta maaf sama Nadhira bil, Nad please maafin aku"

"Bil ayo kita pulang, orang rumah kamu udah jemput kan? Aku mau cepet-cepet pulang kerumah ibu" bisik Nadhira terdengar lirih namun masih dapat didengar oleh Nabilah.

"Iya, sopir gue udah didepan kok, ayok kita balik Nad, can gue pamit ya, assalamualaikum" akhirnya Nabilah mengajak Nadhira pulang, sejak pagi tadi gadis itu hanya diam namun tetap melakukan kegiatan yang biasa ia lakukan sehari-hari, jika ditanya hanya menjawab dengan anggukan atau gelengan kepala, suaranya baru dapat Nabilah dengar saat ia meminta Nabilah segera mengantarnya pulang.

"Nad, Nadhira please maafin aku" Erika yang melihat Angkasa berniat mengejar Nadhira langsung menarik lengan pria itu agar mengurungkan niatnya, ia hanya tidak mau suasana menjadi lebih rumit.

"Lo tau kan Nabilah itu orangnya kayak gimana, lo masih mau kejar Nadhira? Bisa-bisa lo yang babak belur tau gak! Udah lo tunggu aja waktu yang tepat buat minta maaf ke perempuan itu, tapi gak sekarang"

"Aku gak perduli er! Yang penting Nadhira mau maafin aku, aku cuma butuh itu!"

"Sa! Yang dikata Erika itu bener, coba sesekali lo itu ngeredam emosi dan ego lo, ini buat kebaikan kita semua" Angkasa akhirnya melunak, namun ia berjanji tidak akan menyerah mengejar maaf dan juga jati Nadhira.

"Lo gimana sih, kenapa tiba-tiba lo ngelibatin Angkasa juga, lo tau di hampir mati di tangan Rivaldo, tau gitu gue gak mau bantuin lo" Suara seseorang dibalik telfon itu terdengar memburu menahan emosi yang siap meledak kapanpun.

"Santai, emang itu rencana gue, bikin hancur mereka bertiga, dan thanks ya lo mau bantuin gue" terdengar suara makian dari sang lawan bicara.

"Lo sarap banget ya ternyata, nyesel gue berbuat jahat sama Nadhira yang selama ini baik banget ke gue, setelah ini gue gaakan mau bantuin lo lagi Syah!" Ancam gadis yang tak lain adalah Erika, dia adalah orang suruhan Aisyah untuk menjalankan rencana busuk gadis yang akal sehatnya sudah tertutup keburukan itu, ketika Erika sedang asyik memaki Aisyah di telfon, tanpa gadis itu sadari Cantika berdiri tidak jauh dari posisi gadis itu, ia mendengar semuanya, semua hal busuk yang dilakukan oleh Erika, ternyata feeling Nabilah tidak pernah meleset dari dulu, Cantika benar-benar kecewa dengan sahabatnya.

"Can, sejak kapan lo disitu?" Tanya Erika dengan wajah pucat pasi saat selesai menutup sambungan telfon dan berniat berbalik, Cantika hanya tersenyum miring, ia tidak menyangka Erika bisa jahat juga.

"Sejak lo ngakuin semuanya, lo kan kaki tangan orang itu, siapa dia Er, kenapa lo tega" air mata Cantika meluruh seketika, ia masih tidak habis fikir dengan perbuatan yang dilakukan oleh Erika.

"Gue bisa jelasin Can, tapi please jangan marah sama gue" mohon Erika namun seakan menuli Cantika memilih untuk beranjak daripada emosinya ia luapkan.

"Nad dari semalem lo belum makan apapun, gue tadi nyuruh mas buat beli makanan, lo makan ya nad, nanti lo sakit" Nadhira masih saja betah terdiam, bibir pucatnya terkatup rapat seperti di lem kuat.

"Nad, maaf gue gagal ngejagain lo lagi seperti janji gue, gue fikir lo aman sama Erika tapi ternyata gue salah, gue lengah" Nabilah menangis sembari menutup wajahnya dengan telapak tangan, Nadhira yang tidak tega melihat Nabilah menyesal padahal bukan salah gadis itu memilih memeluk tubuh sahabatnya erat.

"Aku gak papa bil, kamu nggak salah, aku cuma pengen sendiri dulu, aku mau coba terima semua ini dengan ikhlas, karna ini mungkin garis hidup aku yang terbaik, makasih ya bil kamu gapernah bosen jagain aku" Nabilah membalas pelukan Nadhira tak kalah erat, apapun yang Nadhira inginkan ia pasti akan turuti asalkan tidak membahayakan gadis itu tentunya.

Bukan orang yang (Sama) ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang