Part 1

700 83 2
                                    

Godric Hollow, Great Britain, 31st July 1983

"Mom, aku..."

"Menyingkir dari jalanan, Harry! Kakakmu akan masuk, jangan menghalangi jalannya!" suara lembut namun bernada ancaman itu membuat Harry kecil terdiam. Dengan wajah murung, bocah berambut hitam berantakan itu menyingkir. Berjalan lesu menuju kamarnya dan memeluk erat boneka naganya.

Bocah 7 tahun itu menenggelamkan surai hitamnya ke boneka besar itu. Dia bisa mendengar keceriaan yang tercipta di luar sana. Pekikan senang kakak kembarnya yang berumur 5 menit lebih tua darinya, membuat bocah imut itu semakin terpuruk. Huh, mentang-mentang karena Harrietta bisa membalikkan kutukan You-Know-Who, semua orang memperlakukan mereka berbeda.

Well, iya sih bocah perempuan itu mempunyai ketahanan fisik yang luar biasa, wajah yang cantik –meski sebenarnya mereka bagaikan pinang di belah dua, kecuali bekas luka berbentuk sambaran kilat di kening kakaknya itu– dan lembut. Iris emerald –yang serupa dengan irisnya– dan juga sifat lembut dan penuh perhatiannya.

Tapi... kenapa harus di bedakan sih? Ini kan juga hari ulang tahunnya. Kenapa dia tak diizinkan untuk mengikuti pesta dan mendapatkan kado? Ughhh, apa salahnya sih sebenarnya?? Harry semakin meringkuk di tempat tidurnya dengan wajah muram.

Kriet

Suara decitan pintu membuat Harry menoleh. Bukan hal yang aneh mendapati seorang bocah sebaya dengannya itu berdiri di depan sana. "Kau tidak keluar 'Rry?" bocah berambut pirang platina yang merupakan satu-satunya teman yang dimiliki Harry berjalan mendekatinya.

"Dray..."panggilan bernada rengekan manja itu membuat sang bocah platina tersenyum maklum. Dengan lembut, bocah keturunan Malfoy itu membelai rambut sarang burung temannya.

"Jangan sedih. Aku ada disini," hibur Draco dengan senyuman tulus.

"Kau... janji tidak akan pergi dariku kan?" Tanya Harry dengan wajah memelas.

"Aku bersumpah takkan pernah pergi atau menjauhi Harry James Potter sampai kematian menjemputku," ucap Draco serius sembari mengangkat sebelah tangannya bersumpah.

Harry terkikik kecil. Draconya lah yang selalu bisa membuat suasana hatinya membaik. Membuatnya melupakan segala hal yang tak adil, yang terjadi dalam kehidupannya. "Kenapa kau tak mau meninggalkanku? Bukankah kalau dewasa nanti kau juga akan meninggalkanku? Apalagi saat nanti jika kau menikah dengan perempuan yang cantik seperti ... kakakku," suara Harry menghilang saat mengucapkan kata kakakku. Wajahnya kembali sendu dan penuh kesedihan.

Draco tersenyum lembut. "Itu takkan pernah terjadi. Karena aku akan menikah denganmu, bukan dengannya. Karena yang terpilih sebagai Mate-ku adalah kau Harry! Bukan kakak kembarmu itu!" jelas Draco dengan wajah sangat serius.

Bocah yang lebih pendek memiringkan kepalanya bingung, "Mate itu apa?" tanyanya dengan wajah polos seperti anak kucing.

Menggemaskan! Dan bocah kelahiran 5 Juni itu tidak menahan dirinya untuk mencubiti pipi gembul Harry.

"Mate itu artinya pasangan, Harry! Kami para Pure Blood telah memiliki pasangan sejak kami dilahirkan. Dan aku telah menandaimu sebagai mateku," jelas Draco dengan seringai aneh.

"Menandai?" kepala Harry miring 45 derajat. Membuat ekspresinya semakin menggemaskan.

Tangan yang telah dilepaskan Draco dari pipi Harry kembali bergerilya ke tempat penuh lemak bayi itu.

"Hu um!" anggukan kuat menjadi jawaban untuk Harry. Draco mencubit pipinya pelan lalu beralih ke leher Harry. Yang secara otomatis sedikit memiringkan kepalanya. Membelai ringan bagian tertentu yang mempunyai bekas merah aneh. Membuat Harry sedikit bergidik namun tak menjauhkan dirinya. Draco mendekatkan kepalanya dan mengecup singkat bekas merah seperti tato berbentuk sebelah sayap kecil itu.

The Chosen OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang