Part 8

469 59 1
                                    

Hogwarts Express, Last Compartment, 31 August 1987

Pernahkah kau berfikir ingin menjadi seorang Draco Malfoy? Kalau iya, lebih baik berhenti berfikir begitu mulai dari sekarang. Tidak enak lho menjadi putra tunggal Malfoy yang tersisa itu. Sungguh! Harus menahan diri untuk berteriak frustasi ataupun berteriak penuh kesakitan seperti sekarang.

Sedetik yang lalu, seorang bocah Half Blood dengan santainya menendang tulang keringnya dengan sangat keras. Di tambah dengan timpukan sayang di kepalanya dengan buku setebal 500 halaman. Lengkap sudah kesakitan yang diterima sang Malfoy Junior hari ini. Dan itu karena seorang Daniel Radcliffe! Bloody hell! Draco mengusap kakinya yang nyeri sembari terus memberikan deathglarenya pada Daniel, yang sayangnya tak diacuhkan oleh sang pelaku kekerasan. Malah dengan wajah merengutnya, Daniel terus saja mengutuk Draco dengan segala sumpah serapahnya.

"Malfoy cabul.. mesum... bocah sialan... kurang ajar..." segelintir umpatan terdengar di telinga Draco.

Andaikan saja dia bukan Malfoy, maka dengan senang hati sekarang dia akan pundung di sudut kompartemen. Tapi mengingat nama belakangnya, Draco dengan sangat terpaksa hanya diam dengan deathglarenya. Well, bukan salahnya kan kalau dia hanya ingin tau tentang aroma Daniel yang entah bagaimana bisa sangat familiar di hidungnya? Oh, ya... ingatkan dia lain kali untuk tidak mencari tau dengan cara terlalu frontal seperti tadi. Atau kau akan mendapatkan 'tanda sayang' di puncak kepalamu dan di wajahmu.

Padahal Daniel terlihat seperti bocah kecil yang lemah, tapi ternyata kekuatannya tidak main main. Dan Draco menyesal sempat meremehkannya tadi. Siapapun yang menjadi musuh seorang Daniel Radcliffe akan sangat menderita. Itulah gambaran yang didapat Draco setelah insiden tadi.

Merasa tak enak dengan Daniel yang bersedekap dengan wajah garang, Draco akhirnya buka suara. "Aku minta maaf" sungguh, satu kata tabu yang keluar dari mulut sang tuan muda.

"Bajingan kec –apa? aku tidak salah dengar kan?" Daniel yang masih asyik dengan hobi barunya 'ayo –menyumpahi–Draco–Malfoy–yang–cabul–' langsung terkesima dengan permintaan maaf itu.

"Kurasa lain kali kau harus membersihkan telingamu setiap hari Radcliffe," ucap Draco sembari mengalihkan pandangannya ke jendela. Daniel menatapnya penuh selidik, "Iya aku minta maaf oke? Berhenti menatapku seperti itu!" seru Draco akhirnya karena merasa jengah diperhatikan begitu.

Daniel terdiam sebelum kemudian terkekeh, "Astaga, aku merasa tersanjung mendapatkan maaf dari seorang Malfoy~" ucapnya dengan ekspresi geli.

Draco mendengus, "Terserahlah," ucapnya malas lalu kembali menatap jalanan. Dahinya berkerut saat kereta mulai melambat.

"Lho kita kan belum sampai..." sepertinya Draco harus memberikan applaus untuk orang yang sudah mengucapkan apa yang ada di fikirannya saat ini. Ya, tentu saja applaus untuk teman barunya, Danieeeeel Radcliffe!!!! – oke, itu sarcasm –.

"Sepertinya ada kerusakan teknis di ruang masinis" gumam Daniel menambahkan. See? Bahkan Draco baru saja membatin seperti itu. Hm... sepertinya mereka mempunyai ikatan batin yang kuat. Pikir Draco tidak masuk akal.

"Kenapa? Kau ingin melihatnya juga?" tanya Draco saat mereka sama – sama terdiam selama beberapa saat.

Daniel menutup matanya, kemudian menghela nafas, "Well, aku tak mau ikut kerusuhan yang terjadi. Sepertinya 5 kompartemen di depan akan mendapatkan masalah juga. Hm... hanya ada beberapa kompartemen yang aman, tapi melihat situasi ini... akan lebih baik kita diam saja. Aku tidak ingin mendapatkan sorotan seperti 'dia' nanti" Jawab Daniel tanpa membuka matanya.

Draco menaikkan sebelah alisnya, "Aku baru tau kalau ada half blood yang merupakan seorang Seer. Kau keturunan siapa sebenarnya? Dan siapa 'dia' yang kau maksud?" tanya Draco cukup penasaran.

The Chosen OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang