Charlottesville, Virginia, 8 December 1985
Pria 35 tahunan itu berjalan santai menembus cuaca dingin yang menembus tulang. Dieratkannya mantel yang dipakainya sembari menatap jalanan kota yang mulai lengang. Yeah, hanya orang yang kurang kerjaan yang memilih berjalan – jalan di dini hari di musim dingin ini –dan dia memang sedang tidak ada kerjaan –.
Tiba di sebuah taman yang bisa dibilang tak menunjukkan tanda – tanda kehidupannya, pria itu berhenti. Mengerutkan dahinya bingung, pria tampan itu menuju sumber rasa penasarannya. Sebuah bangku taman di bawah pohon yang rindang. Seonggok... err... sesosok tubuhkah yang tengah terlentang di kursi itu? Sudah berapa lama dia disana?
Rasa kasihan mendominasi pria berwajah khas british itu. Dengan hati – hati, dia mendekati kursi itu. Iris dark goldnya membola saat mendapati kalau yang sedang tertidur pulas atau mungkin pingsan itu adalah seorang bocah yang berpakaian compang – camping, dengan keadaan yang sangat menggenaskan. Memastikan kalau bocah yang dikiranya 9 tahunan itu masih hidup, pria british itu menggendongnya dengan pelan. Enggan mengusik lelapnya sang bocah.
Syut!
Sebuah asap hitam membekas di tempat berdirinya pria yang entah bagaimana caranya sudah menghilang itu. Meninggalkan taman yang lengang tanpa tanda – tanda kehidupan itu.
***
Jefferson Mansion, Virginia 8 December 1985
Suara langkah kaki yang kuat namun tak terkesan terburu – buru terdengar di keheningan malam mansion mewah itu. Lampu – lampu yang secara ajaib berpijar di udara terlihat seiring dengan langkah kaki yang semakin mendekat. Frederick Windsor, – pemuda berumur 30 tahun yang berperawakan menawan bagi semua yang melihatnya – menaikkan sebelah alisnya bingung. Ruang kesehatan yang menjadi tempatnya bekerja terbuka pelan, namun penuh kekuatan.
"That's you My Lord?" seru Frederick dengan nada penasaran yang tidak ditutupi. Maklum saja, suasana kamarnya tidaklah terlalu terang.
"Maaf mengganggu istirahatmu, Frede. Tapi bocah malang ini butuh perhatianmu segera" ucap sang Lord dengan wajah cemas, membaringkan bocah temuannya dengan sangat hati – hati. Entah kenapa perasaannya terasa sangat hangat, karena menatap wajah imut bocah berambut hitam itu.
Kondisi kamar yang sudah jauh lebih terang, membuat Pria yang merupakan tabib itu bisa melihat jelas sosok bocah yang di bawa sahabatnya itu. "Siapa dia, Kyle?" Frederick bertanya penasaran dan tanpa sungkan. Kalau bangsawan Virginia itu sudah memanggilnya dengan akrab, berarti itu isyarat baginya untuk tidak memanggilnya sebagai Lord lagi.
"Aku tidak tau Frede. Aku menemukannya terbaring di kursi taman Charlottesville waktu berjalan-jalan tadi," jelas sang Viceroy (wakil Raja di daerah kekuasaan raja yang juga mempunyai kekuasaan sendiri) Lord Kyle Jefferson dengan singkat.
"Di cuaca seperti ini? Ini musim dingin! Apa orang tuanya tak menjaga anak ini? Lihatlah keadaannya yang sangat gawat ini!" seru Frederick panik. Sebagai seorang tabib, dia langsung melakukan hal yang dirasanya perlu untuk memulihkan keadaan bocah yang dibawa sang Lord. 2 jam penuh, dia berkutat dengan buku – buku aneh, cahaya – cahaya yang secara menakjubkan muncul bergantian dari telapak tangannya, ramuan – ramuan herbal, dan sebuah lilin yang mempunyai api biru kecil di ujungnya.
Akhirnya Frederick menarik nafas lega saat mendapati tubuh pucat bocah yang diperiksanya sudah mulai berwarna. Tidak ada lagi bekas merah di tubuhnya – kecuali bekas aneh berupa bentuk sebelah sayap yang kecil berwarna merah berkilauan yang ditemukannya di leher sang bocah – dan juga tidak ada lagi bekas luka atapun darah yang mengering. Bajunya secara otomatis telah berganti saat Kyle menidurkannya di ranjang berukuran Queen Size itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/346226059-288-k854827.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Chosen One
FanfictionHarry tidak dianggap keluarganya sendiri karena Harrietta merupakan anak yang mereka anggap terpilih. Makanya Harry menghilang dari keluarga Potter. Tetapi kemudian dia diangkat anak oleh seorang bangsawan Virginia. Dan dia memasuki Hogwarts dengan...