Part 3

144 13 0
                                    

::Anguis~ dimana kamu~?::

Desisan rendah tersebut menghentikan Harry dari kegiatannya memanipulasi api. Matanya menatap heran pada Nagini yang melata dengan aura bahagia di rerumputan, mencari ular kesayangannya.

::Nagini?::

::Ah, Young Hatchling:: Nagini berdesis senang dan menghampiri Harry. ::Anguis dimana?::

::Kenapa kau mencarinya? Dia tidak... membuat masalah kan?:: Harry menaikkan sebelah alisnya.

::Dia akan, jika terus bersembunyi dariku~:: Nagini menjulurkan lidahnya, seolah membaui udara.

Dan kalau ular bisa menyeringai, Harry yakin seringaian lebar nan sadis pasti telah terlukis di wajah Nagini begitu mengetahui dimana Anguis berada.

::Little Anguis~ Come to me~::

Harry bergidik, merinding. Harry bisa mendengar nada kepuasan dari desisan Nagini. Well, apapun yang terjadi, semoga Salazar bersamamu, Anguis.

Harry beralih, kembali mencoba fokus pada latihannya. Harry membuka telapak tangannya sebelah kiri dan memejamkan mata. Dua detik kemudian, sebuah api hitam menari di atas permukaan tangannya. Harry membuka matanya dan mengarahkan tangannya yang kosong ke atas api kecil itu. Dalam sekejap, api hitam itu dikelilingi percikan petir dan perlahan membesar sampai sebesar kepala pria dewasa.

Harry tersenyum puas dan mengarahkan api itu ke udara, lalu menjetikkan jarinya. Membuat api hitam tersebut membesar, dan kali ini mengelilingi percikan petir yang juga membesar. Harry menatap api tersebut dengan pandangan kagum. Kemudian ia kembali fokus dan menciptakan dua jenis api yang sama. Dan ke-tiga api tersebut melayang di udara, seolah menunggu perintah.

Harry menunduk, terengah. Keringat mengalir di tubuhnya dengan bebas. Nafasnya juga tidak teratur, dan butuh hampir lima menit untuk membuatnya kembali bernafas dengan normal.

"Harry apa kau- bloody hell! What is that?"

"Yo, Uncle Gellert~. Meet Blanc Inferno."

"Api hitam?"

"Yap. Eum... apa Uncle punya sesuatu untuk mengetesnya?" Harry menunjuk api buatannya dengan jempol kirinya.

"Ahh... bagaimana dengan ini?" Gellert menjentikkan jarinya, dan memunculkan boneka yang biasa dipakai saat pelatihan Auror. "On second thought..." Geller menjentikkan jarinya lagi dan mengarahkannya ke boneka tersebut sebanyak 3 kali. "Oke, sudah diperkuat berkali lipat, yang bahkan tidak akan bisa dihancurkan oleh 10 auror senior sekaligus."

Harry mengangguk paham dan mengarahkan satu apinya ke boneka. Api hitam itu langsung menyambar permukaan tubuh boneka, dan mendorong petir ke dalamnya. Kemudian hening, sama sekali tidak ada pengaruh apapun di boneka tersebut.

Harry menaikkan sebelah alisnya ketika api hitam itu masih ada. Kemudian, Harry kembali menjentikkan tangannya dan mengirim satu lagi api-nya. Kali ini api itu langsung masuk ketubuh boneka, dan petir mengelilinginya, bergabung dengan api hitam yang masih ada.

Sedetik kemudian-

BANG!

Boneka itu langsung meledak dan hancur menjadi abu, meninggalkan percikan api yang dilingkari oleh petir.

"..."

Harry berkedip tak percaya. "Wow, siapa sangka itu akan begitu kuat." Gumam Harry pada dirinya sendiri.

Gellert menatap Harry heran. "Jangan bilang kalau itu adalah Magiclia?"

"Well, part of it?"

"Apa maksudmu?"

The Darkness RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang