Part 4

144 17 0
                                    

"Kau tau, 'Rietta? Aku selalu menganggapmu sebagai saudaraku. Satu-satunya orang yang bersedia berdiri bersamaku dan melewati waktu. Kita ini kembar. Kau dan aku harusnya satu. Tapi sayang sekali, kita memiliki nasib yang berbeda dan pastinya berada di sisi yang berbeda." Harry menatap Harrietta dengan wajah sedih.

"H-Harry?" Harrietta mengerjap, tidak percaya dengan apa yang ada di hadapannya. Bagaimana Harry bisa muncul di depannya? Bukankah dia menghilang ketika turnamen? Apa yang-

"Rietta, kau tau kalau James dan Lily adalah pendukung Light. Tidak, lebih tepatnya, mereka mendukung Dumbledore. Bersikap seolah-olah matahari bersinar dari setiap katanya. Aku tak bisa menyalahkan mereka, karena Dumbledore lah yang salah. Dia menanamkan ideologi yang tak sepantasnya dianut oleh mereka. Tapi, siapa yang bisa melawan Dumbledore? Tidak ada." Harry melanjutkan sambil berubah ke wujud aslinya, sosok Nymph dengan sayap emerald.

"H-Harry, apa yang..." tunggu, apa yang terjadi? Harry adalah Nymph? Bagaimana bisa Harry menjadi seorang Nymph ketika dia tidak mempunyai darah creature? Potter sama sekali tidak terlibat dengan makhluk sihir apapun kan? Harrietta yakin kalau ayahnya tak pernah berbicara tentang itu.

"Apa kau tau, kalau di garis keturunan Peverell mengalir darah Nymph? Ah... yang paling penting, apa kau tau kalau kita masih mempunyai hubungan darah dengan Slytherin, the Slyhterin? Ironis kan? Slytherin yang sangat kau benci, ternyata masih merupakan saudara jauhmu," tawa aneh keluar dari mulut Harry.

"Ti-tidak mungkin..." Harrietta pasti sedang bermimpi! Itu adalah satu-satunya alasan Harry bisa berada di depannya, dengan... dengan wujud aneh itu!

"Kenapa tidak? kau tau 'Rietta, aku beruntung karena tidak dibesarkan dengan cara Potter. Karena dengan aku jauh dari Potter, aku mendapatkan informasi yang kubutuhkan. Aku tidak dikendalikan untuk memilih apa yang baik bagiku, menurut mereka. Aku tidak dilatih untuk menjadi senjata perang. Dan yang terutama, aku tidakharus membunuh Lord Voldemort hanya karena sebuah ramalan." Harry tersenyum lepas.

"... apa maksudmu? Senjata apa? aku yang memang bersedia untuk menghancurkan Dark Lord itu! Aku tidak dilatih... aku tidak... ramalan apa yang kau bicarakan?"

"Terlalu banyak pertanyaan, terlalu sedikit jawaban, bukan begitu 'Rietta? Coba kau tanyakan pada orangtuamu, apakah jawaban mereka? Atau, kalau kau memang cerdas, ada baiknya kau menyelidiki semua itu sendirian."

"Aku.. tidak mungkin- kau... semua itu... bohong... aku..."

"Oh iya satu lagi 'Rietta." Harry menunggu sampai Harrietta menatapnya. "Draco Malfoy adalah mateku. Aku adalah matenya. Kau tidak punya tempat diantara kami. Aku yakin, kau tidak perlu diberi tahu mengenai pentingnya soulmate bagi creature seperti kami kan?"

Dengan itu, sosok Harry menghilang dari pandangan Harrietta. Meninggalkan Harrietta yang termangu. Dan sedetik kemudian, Harrietta terbangun dengan tubuh yang dipenuhi keringat dingin. Tidak! astaga! Mimpi... itu semua hanya mimpi... tapi... terlalu nyata untuk sebuah mimpi.

***

Harry tengah sibuk menahan diri agar tidak tertawa seperti perempuan ketika seseorang tiba-tiba memeluknya dari belakang. Harry tidak perlu menoleh untuk tau kalau matenyalah yang tengah memeluknya, dan langsung menyamankan diri di pelukan Draco.

"Apa yang kau tertawakan hn?" tanya Draco penasaran.

Harry tersenyum kecil. "Aku menertawakan ironi kehidupan." Jawab Harry singkat.

Draco menaikkan sebelah alisnya, tapi tidak bertanya lagi. Untuk sejenak, mereka berdua menyamankan diri dalam keheningan yang akhir-akhir ini sukar mereka dapatkan.

"Bagaimana keadaan diluar sana?" Harry tiba-tiba memecah kesunyian.

"Well, seperti biasa. Hanya saja, sudah ada beberapa pihak Light yang menyatakan kalau mereka netral dan tidak mau terlibat dengan perang. Jadi, bisa dikatakan, Dumbledore kekurangan sumber daya manusia-nya."

The Darkness RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang