4

99 11 0
                                    

4

"Oh, Ruby, kemari sayang. Temanmu sudah datang. Kalian akan pergi ke Alun-Alun Kota 'kan? Pergilah, hati-hati dan jangan pulang terlalu larut."

Ruby mematung. Malam itu, rencananya hanyalah bersantai di kamarnya yang nyaman dan membaca novel-novel yang belum sempat ditamatkan olehnya. Namun malam ini, sepertinya Helios berhasil menggagalkannya.

Karena anak laki-laki yang berada di satu kelas yang sama dengannya tiba-tiba berada di rumahnya. Berkenalan dengan Ayah dan Ibunya serta membawakan martabak manis kesukaannya. Tidak sampai di situ saja, Helios tiba-tiba ingin apa tadi? Mengajaknya? Pergi ke Alun-Alun Kota?

Oh, rasanya kepala Ruby tengah berputar dengan cepat.

Helios menyalami punggung tangan Ayahnya dan segera berpamitan. Ruby yang mematung di teras lantas hanya tersenyum kikuk setelah ia ditarik perlahan oleh Helios keluar dari rumahnya.

"Maksud kamu apa?" Ruby akhirnya bersuara ketika mereka berada di dalam bis kota. Ia bahkan tidak tahu bahwa Helios akan datang, terlebih lagi akan pergi ke Alun-Alun Kota. Lihatlah pakaiannya, Ruby hanya mengenakan pakaian santai!

Helios yang duduk di sampingnya sembari bersender di bahu Ruby hanya terkekeh. "Ayahmu sudah bilang, kita akan ke Alun-Alun Kota."

"Nah, kenapa tiba-tiba ke alun-alun? Kita tidak pernah berjanji seperti itu. Ini mendadak sekali, Helios, aku hanya mengenakan pakaian seadanya, dan tidak membawa apa-apa!"

"Kan ada aku. Aku akan membayar semuanya, tenang saja. Kau cukup menikmati malam ini dengan baik," jawab Helios menjadi penutup percakapan mereka selama bis kota melaju dengan perlahan.

Di halte yang terakhir itulah mereka akhirnya sampai di Alun-Alun Kota. Suasana sangat ramai karena malam ini tidak turun hujan. Di pinggir lapangan telah banyak berjejer pedagang kaki lima yang menjual makanan ringan dan jajanan pedas. Keduanya berjalan menyusuri trotoar. Sesekali, Ruby berhenti melangkah karena penasaran dengan beberapa makanan dan Helios membelikannya makanan tersebut.

Telur gulung dan rambut nenek. Makanan pedas dan manis yang berhasil memulihkan suasana hati Ruby. Gadis itu banyak tersenyum memandangi langit malam yang penuh dengan balon dan kembang api kecil. Memasuki tengah alun-alun ada banyak permainan dan makanan berat. Suasananya begitu ramai, mirip pameran.

"Kau suka?" tanya Helios.

Tanpa melirik, Ruby mengangguk. "Sudah lama aku tidak pergi ke sini saat malam hari. Ternyata lebih menyenangkan daripada di siang hari. Helios, aku baru tahu di sana ada rumah hantu!" Dengan bersemangat, Ruby menunjuk salah satu wahana yang ada di pojok alun-alun dengan antrean panjang.

Helios mengajaknya mendekat. "Mau coba?"

Ruby menatap Helios tidak percaya. "Rumah hantu? Ayo!"

Dan...hal itu tidak berakhir baik. Pertama, Helios memotong antrean karena ia memiliki tiket berwarna merah yang artinya ia adalah pelanggan prioritas di Alun-Alun Kota ini. Ia diperbolehkan masuk terlebih dahulu, awalnya Ruby menolak tetapi Helios memaksa. Akhirnya mereka dapat memasuki wahana. Kedua, ternyata Helios tidak se-berani itu. Ia lebih banyak berteriak kaget dibandingkan Ruby. Bahkan Helios bersembunyi di belakang gadis itu dan memejamkan matanya selama berjalan menyusuri rumah hantu. Hal itu tidak berakhir baik karena ketiga, Ruby tidak sadar selama turun dari bis kota, ia menggenggam tangan Helios dengan sangat erat.

"Kau tidak suka digenggam?" tanya Helios ketika Ruby melepas genggaman tangannya. Mereka tengah duduk di tribun sembari menikmati mi pedas.

Ruby menggeleng, "Bukan seperti itu, hanya saja malu dilihat orang lain."

Voler Haut | Haechan X RyujinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang