Pagi yang cerah, sorot mentari semakin terik menembus jendela kamar Alea, namun gorden kamar tersebut masih tertutup rapat tak tersentuh oleh siapapun. Mendengar alarm nya berbunyi, ia segera mematikan nya, dan merapikan tempat tidurnya, setelah itu ia pergi ke kamar mandi, karena pagi ini ia harus berangkat ke sekolah lebih awal karena jadwal nya Alea piket kelas.
Alea pun siap untuk berangkat ke sekolah, dengan menuruni anak tangga satu-persatu, ia melewati meja makan yang dimana terdapat papa, mama, dan adik laki-lakinya. Mama yang melihat Alea lewat tepat di depan mata nya, langsung menyuruh Alea untuk sarapan terlebih dahulu, agar tidak lapar saat pelajaran di kelas.
"Alea berangkat dulu ma.. Assalamu'alaikum" Ucap Alea sambil jalan menuju pintu untuk segera keluar dari rumah nya, mungkin karena ia masih kesal dengan papa nya.
"Alea, sarapan dulu nak.. Mama udah siapin buat kamu" Ucap mama memanggil Alea.
"Alea gak laper, Alea mau sarapan di kantin sekolah saja" Jawab Alea ketus, mama pun bingung, kenapa anaknya berbeda sifatnya pagi ini.
"Udah ma.. Biarin aja. Mungkin Alea masih kesal dengan papa" Ujar papa menahan istrinya yang ingin mengejar anak nya tersebut.
*Di Jalan
Alea jalan kaki melewati bangunan-bangunan rumah untuk bisa sampai di sekolah nya. Ia menyabrangi lampu merah, saat semua kendaraan berhenti, Alea pun segera menyabrang. Saat ia berjalan tiba-tiba ada sebuah motor yang ntah sengaja atau tidak, menabrak Alea. Orang-orang yang ikut menyabrang dengan Alea, segera mengangkat tubuh Alea untuk di bawa ke tepi jalan.
Di sisi lain, orang-orang mulai banyak yang berkerumun untuk melihat keadaan Alea yang sudah tergeletak dengan luka yang cukup parah di kepala nya. Mereka tidak ada yang berani mendekat, takut jika mereka akan di jadikan tersangka atau gimana pun itu. Sebuah motor melintas di dekat mereka juga tampak memperhatikan kerumunan tadi.
"Eh itu ada apa ya kok rame-rame di pinggir jalan, apa ada kecelakaan?" Gumam Andin yang melihat banyak orang di tepi jalan. Tanpa pikir panjang, Andin segera menghampiri orang-orang tersebut.
"Ini ada apa ya, kok rame-rame?" Tanya Andin yang menghampiri kerumunan tersebut, ia masih belum menyadari bahwa di tengah-tengah kerumunan tersebut, terdapat Alea yang tak sadarkan diri.
"Ini dek, tadi ada anak perempuan pakai seragam sekolah tertabrak motor saat menyabrang bareng sama kita" Jawab salah satu bapak yang berada di dekat Andin.
Andin pun melihat siapa korban tersebut, ia terkejut ketika melihat bahwa orang yang tergeletak tersebut adalah sahabat nya.
"Alea.. Alea bangun, jangan bikin panik. ALEA.." Ucap Andin sambil menangis, dan langsung mendekat ke tubuh Alea, menggoyangkan nya supaya terbangun.
"KENAPA CUMA DI LIHATIN SAJA? PANGGIL AMBULANCE!! TOLONG TEMAN SAYA!!!" Teriak Andin histeris.
Seseorang yang kasihan melihat Andin, akhirnya menghubungi ambulance. Andin meraih tangan Alea yang terasa dingin, dan mencium nya. Tidak peduli dengan bau anyir darah yang keluar dari tubuh Alea.
"Alea.. Ini aku. Bangun buat aku yaa!! Bertahan buat aku!! Kamu nggak boleh pergi, nanti aku marah. Alea.." Isak Andin yang memeluk tubuh Alea.
Kini mereka sudah sampai di rumah sakit. Dari depan pintu IGD, Andin terus memohon kepada Dokter agar mengizinkan nya ikut masuk ke dalam menemani Alea, tapi tetap saja tidak di izinkan oleh Dokter tersebut. Andin terpaksa menununggu di luar ruangan, sambil menghubungi orang tua Alea yang berada di rumah.
Hingga tiba dari arah pintu masuk, seseorang berambut panjang miliknya berlari menuju Andin yang menangis di kursi depan ruangan dimana Alea masih di tangani oleh Dokter.
"Nak.. Alea gimana keadaan nya" Tanya mama Alea sambil menenangkan Andin yang terisak dalam tangisnya.
"Alea.. Alea ada di dalam tante" Jawab Andin.
"Ini bagaimana kejadian nya nak? Kenapa bisa jadi seperti ini?"
Tak lama kemudian, Dokter keluar dari ruang IGD dan mendekati mereka yang begitu khawatir.
"Dengan keluarga Alea Maharani?" Tanya Dokter tersebut.
"Iya dok, saya mama nya. Bagaimana keadaan anak saya?" Tanya mama balik yang sedang mengkhawatirkan keadaan anaknya yang terbaring tak sadarkan diri.
"Pasien kehilangan banyak darah, kebetulan rumah sakit kami lagi kekurangan golongan darah tersebut, jadi kami membutuhkan darah yang sama dengan pasien" Jawab Dokter.
"Saya bersedia Dok, golongan darah kami sama" Ucap mama Alea.
"Baik, Ibu bisa ikut saya ke ruangan untuk di cek"
Sambil menunggu mama Alea mengambil darah nya, Andin masuk ke ruangan dimana terdapat Alea yang masih belum sadar. Ia lemas ketika melihat sahabat nya tertidur dengan keadaan sakit.
"Alea bangun, ini aku Andin" Ucap Andin sambil memegang tangan Alea.
"Alea, aku minta maaf yaa, harusnya tadi aku jemput kamu di rumah, ini salahku Alea, aku minta maaf" Lanjut Andin sambil menangis memeluk tubuh Alea.
"A-andin.." Jawab Alea yang tiba-tiba sadar. Andin yang melihat teman nya tersadar, ia segera melepas pelukan nya, dan meraih tangan Alea.
"Aku dimana? Kok di sini dingin" Tanya Alea.
"Kamu di rumah sakit, tadi kamu habis tertabrak motor. Alea aku minta maaf ya, harusnya tadi aku jemput kamu ke rumah, biar tidak begini jadinya" Jawab Andin.
"Ini bukan salah kamu, aku yang keras kepala tidak mau di jemput kamu, aku ingin mandiri aja Ndin, tanpa merepotkan orang lain. Sudah jangan menangis, jelek nanti, senyum dong" Bujuk Alea sambil mengusap kepala Andin. Andin pun langsung tersenyum dengan perlakuan Alea terhadap nya.
Satu minggu kemudian, Alea di perbolehkan pulang dari rumah sakit. Andin yang di rumah mengetahui hal ini, ia segera menjemput Alea di rumah sakit. Setibanya Andin di rumah sakit, ia membantu Alea membereskan semua pakaian-pakaian nya. Beberapa menit setelah semuanya selesai, mereka segera pergi ke parkiran untuk pulang.
Untuk satu minggu kedepan, Andin menginap di rumah Alea untuk menemani nya selama proses kesembuhan nya.
"Alea, kamu mau makan apa? Biar aku masakin saja" Ucap Andin.
"Nggak usah Ndin, aku belum laper" Jawab Alea.
"Tapi ini jam nya kamu minum obat, kamu harus makan, nggak makan, gimana mau minum obat nya" Bujuk Andin supaya Alea mau makan.
"Ya udah, beli makan nya di luar aja, jangan kamu yang masak, kamu pasti capek" Pinta Alea.
Andin pun segera keluar rumah untuk mencari makanan, sementara Alea menunggu di rumah, mama dan papa nya lagi bekerja, hanya Alea dan adik nya saja yang di rumah. Setelah setengah jam, akhirnya Andin mendapatkan makanan, ia membeli 3 bungkus nasi goreng langganan komplek Alea.
Sesampainya Andin di rumah. Ia segera pergi ke dapur mengambil piring dan sendok makan. Andin perlahan menyuapi Alea makan karena tangan kanan Alea masih sakit untuk di gerakkan.
"Makasih ya Ndin, aku beruntung punya teman seperti kamu" Batin Alea sambil tersenyum melihat Andin yang sedang menyuapi nya makan.
"Kamu kenapa senyum-senyum gitu? Sehat kan, Alea?" Celetuk Andin.
"Ya sehat lah, masa aku nggak waras" Jawab Alea, yang membuat keduanya tertawa. Momen seperti inilah yang di inginkan mereka, terus kompak saling jaga satu sama lain.
Setelah selesai makan, Andin menyuci piring yang kotor tersebut, lalu balik ke kamar untuk membantu Alea minum obat.
"Sini Alea, aku bantu" Ucap Andin, ia segera mengambil gelas yang berisi air untuk di minumkan ke Alea. Selesai minum obat, Alea tertidur.
"Mungkin efek obatnya yang bikin Alea Mengantuk" Pikir Andin.
Mengetaui Alea tidur, Andin segera mengambil selimut dan segera menyelimuti Alea, supaya tidak kedinginan kerena angin yang masuk dari jendela.
"Cepet sembuh yaa Alea, aku nggak mau lihat kamu sakit terus seperti ini. Lihat saja, aku akan cari tau siapa yang menabrakmu waktu itu. Aku akan balas dendam ke orang itu" Ucap Andin tersenyum, sambil mengusap kepala Alea.
Happy Reading..
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMESTAKU
Teen Fiction~Semestaku~ Aku selalu ingin bicara denganmu Mungkin tentang rindu yang ada di telapak tanganku ini Rindu yang hanya bisa aku genggam Dan aku berharap, semoga kamu juga merasakan hal yang sama denganku Ada banyak hal yang aku favoritkan di dunia ini...