5 |Abadi .END.

4 3 0
                                    

Sesuatu yang kutemukan adalah buku harian kakak.

Sebenarnya aku pulang ke kampung halaman karena ingin mengunjungi ayah dan mama, dan pemakaman kakak. Rumah kami sama saja seperti yang dulu, jauh dari pusat kota dan dekat dengan hutan.

Karena jiwa penasaran ku muncul lagi, aku memasuki kamar kakak yang sekarang penuh dengan debu. Mama mengunci kamar ini setelah sang pemilik tak akan datang menidurinya lagi.

Aku memeriksa disetiap sudut ruang berdebu itu, dan menemukan buku catatan kecil yang terselip dibelakang lemari buku.

Kau tau isinya apa?

Diari anak remaja pada umumnya?

Sebenarnya itu jawaban sederhananya, tapi ketahuilah kalau isi buku ini lebih dari sekedar diari anak remaja.

Buku kecil bersampul putih yang penuh dengan lecet juga kotor, pinggiran halaman yang digerogoti rayap, warna kertas yang menguning, juga bau buku lama yang khas.

Isi buku ini adalah isi pikiran gila kakakku.

...

"Hari ini seperti biasa mereka banyak memberiku hadiah, aku sangat senang dengan pemberian mereka"

"Aku lelah menjadi anak yang populer, apakah aku bisa bertukar tubuh dengan adik ku barang sehari saja? Dia kan tidak populer, pasti lebih bebas leluasa disekolah"

"Aku ingin menjadi anggota osis"

"Menjadi populer itu menyenangkan juga melelahkan, tapi aku menyukai semua itu. Melihat mereka yang dengan senang hati akan mendengarkan perkataan ku, kalaupun mereka yang awalnya tak setuju dengan ide A, lalu mendengar aku yang tertarik dengan ide itu. Pasti mereka akan berubah pikiran. Ah, bukan lagi, mereka akan langsung menyetujui pendapatku"

"Hari ini aku melihat bunga layu dipinggir jalan di dekat rumah, aku melihatnya beberapa hari yang lalu kalau bunga itu masih cantik dan segar"

"Hari ini aku memperhatikan mama dan membandingkannya dengan bunga dijalan tadi, mama dulu sangatlah cantik, sewaktu kecil aku selalu membuka album foto hanya karena ingin melihag wajah masa muda mama. Aku berpikir semakin lama makhluk akan semakin tua dan cahaya yang ia rawat sedari dulu akan perlahan meredup"

"Aku tak ingin menjadi makhluk yang perlahan meredup"

"Aku ingin selalu diingat dan dikenang"

"Festival sekolah akan datang, aku lelah sekali mempersiapkan semuanya"

"Ketua osis yang menyebalkan, dia dengan seenaknya jidatnya membawaku untuk ikut menjadi pemeran diteater? Apalagi aku menjadi tokoh utama"

"Ada adik disana, dia menjadi kurcaci"

"Aku iri dengan adik yang memiliki bakat akting, tapi aki juga bisa kok buktinya aku akan menjadi tokoh utamanya, apa itu bakat? Yang terpenting kamu itu cantik jelita"

"Aku pernah terpikir untuk menjadi makhluk yang selalu dikenangkan? Nah, sekarang aki sedang merencanakan hal itu"

"Hari ini, hari sebelum festival dimulai. Aku mencuri apel merah milik mama dikulkas, beberapa hari yang lalu juga aku memesan ramuan terlarang, sebenarnya itu racun dosis tinggi namun aku menyukai menyebutnya ramuan. Ramuan keabadian"

"Hari ini hari dimana aku akan tampil, dan hari dimana aku akan dikenang. Maafkan aku ayah, mama, dan adik. Maaf kalian tak kuberi tahu cara untuk menjadi abadi. Cukup aku saja yang tahu, karena hanya akulah yang pantas melakukannya"

...

Suara tawa nyaring mengisi ruangan itu, mama yang penasaran menghampiri anak keduanya yang sedang tertawa lepas dengan nyaring sambil memegang buku lusuh ditangannya.

Mama bertanya ada apa dengannya, sang adik hanya menghela nafas lega lalu menggeleng. Mama yang bingung hanya memarahinya untuk segera mandi karena sudah terlalu lama berdiam di ruangan berdebu itu, lalu pergi menuju daput untuk menyiapkan makan malam.

Sang adik melihat kepergian mamanya, lalu beralih kembali dengan buku lusuh itu.

"Kau memang kakak yang gila" Senyuman puas terukir diwajah sang adik. Lalu dia mengelus lembut wajah berbulunya, menyisakan senyuman yang tak hentinya mengembang.

"Tapi kegilaanmu bebuah keberhasilan, sampai sekarang semua orang mengingat kegilaanmu, bahkan banyak dari mereka yang mengabadikan cerita mu dari berbagai media" Senyuman itu perlahan meredup "selamat kakakku, kau berhasil menjadi abadi, selain abadi dan gila, kau kakak terbodoh yang pernah aku jumpai"


_TAMAT_




















Hai semua...

Sampai sini cerita teater terakhir sang kelinci. 🐰🐇

Ide aku ketika buat cerita ini sebenarnya random aja abis baca novelnya kak Ziggy, yang judulnya 'Kapan Nanti'.

Aku pas baca buku itu kepikiran, "gimana bisa ya kak Ziggy buat cerita seabsurd ini?"

Terus karena terinspirasi, aku jadi kepikiran buat cerita aneh kayak kak Ziggy, dan jadilah 'The Theatre'

Kenapa para tokohnya kelinci?

Itu juga karena cerpen pertama di buku 'Kapan Nanti' yang ada kelincinya.

Dan aku buat cerita ini sudah beberapa bulan yang lalu, tapi baru dibuat tulisan sekarang itupun prosesnya lama :v

Jadi, selesai deh ceritanya.

Mohon pembaca jangan anggap serius tentang kegilaan kakak kelinci ya 😄

Semua hal disini jangan dibawa ke dunia nyata, ini hanyalah cerita fiksi sekedar untuk menghibur.

Sekian terimakasih yang sudah baca sampai akhir :)

Salam jamet_2023_ 😎

Salam sehat semua 💪🤓

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh...

𝐋𝐀𝐒𝐓 𝐓𝐇𝐄𝐀𝐓𝐑𝐄 [𝐄𝐍𝐃]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang