Happy reading:)
Kehidupan Jeno yang sekarang lebih baik dari sebelumnya. Meskipun secara ekonomi tak meningkat setidaknya ia bisa lebih bebas menuruti kemauannya tanpa suruhan dari orang lain.
Dulu ia diangkat menjadi anak oleh keluarga yang cukup kaya. Awalnya Jeno diperlakukan selayaknya anak tapi setahun kemudian perlakuan mereka tak wajar pada Jeno yang umurnya masih sembilan tahun.
Jeno serasa menjadi pembantu di rumah besar itu. Melakukan ini itu dan jika ia salah maka dimarahi habis-habisan. Beberapa kali ia pernah dikurung di gudang dan tak diberi makan karena memecahkan piring atau bangun telat.
Anak kecil dan penurut seperti Jeno hanya bisa melakukan semua perintah itu tanpa membantah sedikit pun. Anak kecil yang baik seperti Jeno terjebak layaknya budak di rumah besar.
Perlakuan buruk yang ia terima bertahan selama enam tahun. Umurnya sudah menginjak angka 15. Usia remaja membuatnya berpikir lebih luas dan dewasa.
Di taman belakang Jeno sedang memotong rumput-rumput yang mulai panjang. Tak sengaja ia memperhatikan seekor lalat yang terjebak di sarang laba-laba pada ranting pohon.
Lalat itu berputar di dalamnya karena kebingungan. Setelah beberapa kali berputar akhirnya bisa keluar. Akibatnya Jeno tersenyum. Ia senang lalat itu bisa bebas tanpa bantuan apapun.
Otaknya mulai berpikir. Sepertinya ia harus meniru hewan kecil tersebut. Jika dipikir lagi cara untuk bebas itu mudah, tinggal lari sejauh mungkin.
Anak kecil yang penurut dan tak bisa membantah itu kini berubah menjadi sosok Jeno yang berpikiran dewasa dan luas. Ia sudah memikirkan rencana untuk bebas.
Keesokan paginya ketika sepasang suami-istri itu sudah berangkat kerja, Jeno memulai rencananya. Ia berjalan ke arah kamar yang ditempati si pemilik rumah. Dengan hati-hati ia memperhatikan sekitar sebelum masuk ke dalam.
Jeno mengotak-atik nakas dan meja laci di ujung ruangan tapi tak berhasil menemukan apapun. Ia pun mendekati lemari dan membukanya. Di bagian bawah ia bisa melihat sekotak berangkas.
Dengan teliti ia memperhatikan tombol-tombol yang tertera angka itu. Setelah memperhatikannya beberapa menit, ia pun tersenyum kecil. Lantas dengan cepat Jeno menekan empat angka dan berangkas itu dapat terbuka.
Jeno tidak cenayang atau pun cerdas, ia hanya perlu memperhatikan dengan teliti. Empat angka yang ia tekan itu terlihat bersih tanpa debu seolah sering ditekan berbeda dengan angka lain yang tombolnya sedikit berdebu.
Segera Jeno mengambil beberapa tumpukan uang di dalamnya lalu menutupnya kembali. Ia menyembunyikan uang tersebut dalam kaosnya yang sedikit longgar kemudian keluar dari kamar itu menuju kamarnya sendiri.
Perbuatan Jeno ini memang tak terpuji. Namun Jeno berpikir ia berhak mendapatkan uang itu sebagai upah atas tindakan mereka yang memperlakukannya tak wajar. Jeno itu tidak pintar, ia hanya mengandalkan pikirannya.
Di siang harinya ia memutuskan untuk kabur. Membawa satu tas berisi beberapa pakaiannya dan uang yang ia curi tadi lalu kabur lewat halaman belakang.
Setelah berlari jauh Jeno bingung harus pergi kemana. Ia yang terjebak dalam rumah orang kaya tak pernah mengenal dunia luar yang sesungguhnya seperti apa.
Di sebuah taman langkahnya terhenti karena terfokus pada anak kecil yang duduk sendirian di ayunan. Jeno memutuskan untuk duduk di sebelah ayunan yang kosong. Ternyata dilihat lebih dekat anak itu menangis.
Ia pun mengajak bicara anak kecil itu. Kemudian obrolan terjadi di antara keduanya. Jeno itu orang yang ramah dan bisa mengalirkan topik pembicaraan menjadi menyenangkan.
Beberapa saat kemudian anak kecil itu pamit pergi meninggalkan Jeno yang terdiam. Jeno tak menyangka anak kecil itu bisa merangkai kata yang mengakibatkan dirinya termotivasi. Kini Jeno kembali melangkah dengan memegang kata-kata dari anak kecil yang menangis tadi.
Senyuman yang indah terukir di bibirnya. Hari ini Jeno memulai kehidupan bebas yang ia inginkan.
- His Smile -
KAMU SEDANG MEMBACA
His Smile | NCT Dream ✓
FanficMereka datang untuk menceritakan masalah mereka kepada Jeno. Jeno tidak pintar tapi pikirannya yang terbuka mampu memberikan solusi. Lantas mereka berterima kasih dan berteman dengan Jeno. Tapi kenapa tak ada satu pun dari mereka yang menanyakan apa...