3___Sya yang kedua
Syanum memperhatikan Yasmin yang keluar pintu dan berbicara dengan orang-orang di sana. Jelas di depan matanya, Syanum melihat tak sengajanya Syakir dan Yasmin bertabrakan. Muncul pikiran-pikiran yang tak menyenangkan di benak Syanum saat melihat kedua orang itu saling menganggukkan kepala sebelum saling menjauh. Yasmin berjalan mendekati Syanum yang masih kukuh di tempatnya.
"Udah perginya?" tanya Syanum terdengar apatis.
Yasmin mengangguk, "Tadi ada yang nganter karang bunga lagi."
"Dari siapa?"
"Katanya mau dirahasiakan. Kayaknya dadakan sih, Mamang yang antar bilang gitu."
Syanum mengangguk. Pikirannya spontan menuduh Syakir. Mungkin saja kedatangannya ke kedai Syanum hari ini bukan hal yang direncanakan.
"Sya!"
"Iya?"
"Kamu kenapa? Kok pipimu merah? Kamu demam?" tanya Yasmin bertubi-tubi sambil memeriksa suhu kening Syanum dengan tangan kirinya sementara dia memegang keningnya sendiri dengan tangan kanan. "Hm..."
"Kenapa?"
Yasmin berwajah heran, "Kayaknya lebih panas keningku deh, Sya."
"Kamu demam?"
"Aku baik-baik aja. Tapi kenapa pipi kamu merah?" tanyanya lagi sambil kembali duduk di sisi Syanum.
"Oh, mungkin blush on."
"Memangnya tadi kamu pake?" Yasmin menindai pipi Syanum lalu mengangguk, "Mungkin juga."
Syanum sedikit tenang. Ia menunduk kepada kuku-kukunya yang terlihat pink natural sambil menyembunyikan dalam hati tentang pujian Syakir yang telah lama tak diterimanya tadi.
"SYA!"
"Nggak usah teriak-teriak, Yas. Aku denger kok," kata Syanum sembari menutup telinga sebelah kanannya.
"Aku lagi panggil Syaqib, Sya. Bukan kamu," jelasnya melambaikan tangan kepada lelaki yang dimaksud.
"Oh."
"Tapi bingung juga ya. Nama kamu Syanum, terus itu Syaqib. Eh, tadi ada lagi, yang baru kenalan. Syakir. Ganteng juga. Good looking semua. Kayaknya aku musti ganti nama deh, Sya. Sya apa ya kira-kira yang cocok buat aku?"
"Syakit jiwa," ucap Syanum spontan lalu tertawa pelan.
"Ih!" Yasmin mencubit pelan lengan Syanum.
"Aduh!"
"Kenapa Sya?" tanya Syaqib datang dengan raut khawatir.
"Ini nih. Yasmin cubit Syanum," adu Yasmin merengek.
Syanum segera menggoyangkan tangannya, pertanda tidak benarnya aduan Yasmin. "Gak ada apa-apa, Sya. Biasalah dia."
"Hmm." Syaqib duduk, "Nyemil apa kita? Jangan yang berat-berat."
"Angin tuh ringan," seloyor Yasmin.
"Kalian cocok deh," komentar Syanum sungguh-sungguh. "Kapan nikah?" Keduanya terbatuk-batuk. "Tuh, kan. Jodoh."
"Subhanallah Sya, kamu cemburu ya. Maaf, Bu Boss," kata Yasmin mengelus tangannya.
"Syanum cemburu ya. Sabar Sya. Nama dalam doa-doa aku itu kamu Sya, bukan si ribet ini," jelas Syaqib penuh semangat. "Kamu tenang aja. Aku orangnya setia kok, jujur, dan banyak adanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sya,
SpiritualDulu sudah pernah Syanum berangan menikah dan bahagia. Sayangnya itu dulu, sebelum tragedi mengakhiri semua perjuangan Syanum tentang mimpinya membangun rumah bahagia. "Subhanallah, Sya. Aku akan menunggu. Pilihanku kuserahkan pada Allah. Allah akan...