6. Sya yang mencurigakan

1 0 0
                                    

Syanum dan Yasmin terperanjat saat keduanya mendapati pintu kamar diketuk. Acara curhat seru mereka sesaat harus terjeda.

"Aku saja," kata Yasmin mengajukan diri untuk menyapa penganggu mereka. "Siapa?"

Syanum jadi penasaran. "Siapa Yas?"

Yasmin menutup pintu. "Syaqib. Katanya ingin bicara penting sama kamu." 

"Tunggu di bawah."

"Sudah kusuruh begitu. Panjang umur dia. Baru aja kita ghibahi langsung muncul," ucap Yasmin sambil kembali merebahkan tubuh.

Syanum meralat ucapan Yasmin. "Gak ada hubungannya, Yas. Takdir kita sudah ditentukan. Gak bakalan bertambah dari yang sudah tertulis di Lauh mahfuz."

"Iya, iya. Asal bicara aja Sya."

Syanum bangkit dan bersiap. "Aku bukan bermaksud menggurui kamu, Yas. Tapi ini sekedar pengingat bagi kita. Kesyirikan itu halus, tapi pelakunya Allah kekalkan dalam neraka. Diceritakan, dahulu ada dua orang yang melewati hutan. Mereka disuruh untuk mempersembahkan sesuatu agar selamat. Yang satunya lebih memilih kematian tanpa melakukan perintah kesyirikan. Yang satunya selamat di dunia karena dia membunuh seekor lalat sebagai persembahan tetapi namanya terdaftar di neraka."

"Kalo dosa ghibah Sya?"

"Aku mau minta maaf sama Syaqib dulu," kata Syanum beranjak meninggalkan Yasmin.

"Sampaikan permintaan maaf dariku juga ya, Sya!"

"Insyaallah," ucap Syanum sebelum menutup pintu.

Syanum mencari sosok Syaqib dari lantai atas. Saat korneanya menemukan lelaki itu sedang menikmati segelas minuman sambil melihat gawainya, Syanum segera turun untuk menyelesaikan pembicaraan diantara mereka, tak boleh terlupa pula permintaan maaf dirinya dan Yasmin.

"Assalamu'alaikum." 

"Wa'alaikumsalam. Duduk, Sya," ucapnya mempersilakan.

"Tadi kamu ke atas?"

"Iya."

Syanum mengangguk saja. Ia menunggu sampai lelaki di depannya mengeluarkan kata. Syanum yakin tak perlu merasa bersalah atas apapun kecuali tentang kelalaiannya yang lupa janji makan bersama kemarin.

"Jadi, begini," Syaqib melepas cangkir dan meletakkan ponselnya. 

Syanum menunggu. Sesaat mata mereka bertemu. Syanum tak segera memalingkan muka meski ia sungguh tahu hukumnya. Malah lelaki di depannya yang langsung menundukkan kepala. 

"Maaf, kalo selama ini caraku salah. Aku sungguh-sungguh ingin mengenalmu."

Syanum diam mendengarkan dengan perasaan yang langsung tak karuan juga tak nyaman.

"Aku akan mengenalkan diriku agar kamu bisa menentukan pilihanmu. Kamu bisa bertanya apa saja tentangku. Kamu boleh bertanya kepada orangtuaku, atau sahabatku. Satu bulan, silakan yakinkan dirimu. Setelah itu aku ingin jawaban pasti darimu."

"Sya," Syanum merasa tak nyaman dengan pembicaraan berat ini. "Bagaimana kalo kita jalan-jalan sebentar?"

Syaqib melongo sesaat. "Apa, Sya? Jalan-jalan?"

"Aku kurang nyaman berbicara di sini," beritahu Syanum pelan sambil melirik sekitarnya yang seolah memasang telinga atas pembicaraan mereka.

"Oh, maaf." Syaqib berdiri kemudian memungut ponselnya. "Ayo!"

"Kamu duluan. Aku ambil tas sebentar."

Syanum segera menemukan Yasmin yang masih berleha-leha di atas tempat tidurnya. 

Sya,Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang