4| Anak Baru

85 80 32
                                    

Seorang laki-laki melangkah turun dari mobil. Laki-laki itu perlahan berjalan menjauhi mobilnya yang sudah terparkir rapi di antara mobil lainnya. Laki-laki itu adalah Thareq. Pandangannya kini tengah menatap gedung sekolah yang bertingkat 2 di depannya. Senyum tipis terpancar dari bibirnya. Perlahan dia menghirup udara sejuk SMA Kusuma Bangsa dan kembali menghembuskannya. Hari ini adalah hari pertamanya menginjakkan kaki di sekolah barunya.

Saat tengah asik melihat-lihat sekolah barunya, seorang gadis yang berjalan melewatinya berhasil menyita perhatiannya. Thareq di buat kagum oleh kecantikan seorang gadis yang memiliki paras tidak biasa di matanya. Potongan rambut panjang yang tergerai serta wajahnya yang tampil dengan riasan tipis memberikan daya tarik tersendiri baginya. Karena sibuk mengamati gadis itu, tanpa dia sadari gadis itu telah berjalan cukup jauh meninggalkannya yang masih mematung sedari tadi di sana.
Sadar akan tujuannya, Thareq segera berlari mengejar gadis itu untuk meminta bantuan kepadanya.
Hingga akhirnya dia bisa menyamai langkah gadis itu.

"Hai, apakah gue bisa meminta bantuan?" Sapanya.

Langkah gadis itu terhenti, dia menatap tajam Thareq yang kini berada di sampingnya. Sementara kini lorong itu menjadi ramai di padati oleh para siswi SMA Kusuma Bangsa yang tengah melihat dengan tatapan mata terpesona bahkan sesekali berbisik-bisik membicarakan paras yang dimiliki oleh orang yang berada di sampingnya yakni Thareq.

"Shafina Anathalia"

Thareq membaca name tag yang berada di sebelah kanan baju gadis itu. Senyuman tipis kembali terpancar dari bibirnya yang membuat para siswi yang sedari tadi menatapnya itu berteriak histeris. Sedangkan sang empu yang merasa di panggil itu hanya menaikkan satu alisnya.

"Bantuan apa?" tanyanya.

Thareq berdehem kemudian dia langsung membicarakan maksud dan tujuannya mengejar Shafina.

"Gue gak tahu di mana letak ruangan kepala sekolah jadi apa lo bisa bantu gue-"

Ucapannya yang belum selesai itu terpotong, karena seorang gadis yang dimintai bantuan olehnya telah melenggang pergi berjalan mendahuluinya.

"Hei tunggu dulu!"

Thareq memegang tangan gadis itu, berusaha menghentikan langkahnya dan usahanya itu berhasil. Langkah gadis itu berhenti dan langsung menoleh ke belakang, tatapan tajamnya dia berikan kepada Thareq yang dengan lancang telah menyentuh tangannya.
Shafina segera menghempaskan tangan Thareq yang masih menempel di tangannya. Sementara Thareq yang diperlakukan seperti itu menjadi gelagapan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Maaf" ucapnya pada gadis itu.

"Ruangan kepala sekolah kan?, ayo gue antar!" ucap Shafina setelah itu dia berlalu pergi berjalan mendahului Thareq yang kini mengikutinya dari belakang. Tak butuh waktu lama, kini mereka berdua telah sampai di depan ruangan kepala sekolah.

Thareq memegang gagang pintu ruangan itu, sedangkan gadis yang tadi ke sini bersamanya telah pergi sedari tadi tanpa mengucapkan sepatah kata.

"Assalamualaikum"

"Wa'alaikumsalam, silahkan masuk Thareq"

•••

Bel berbunyi dengan nyaring sebagai pertanda bahwa pelajaran pertama akan segera dimulai. Tidak ingin membuang waktu lagi, Shafina segera berlari ke kelasnya yang terletak di atas dibagian paling ujung. Untungnya saat Shafina sampai ke sana, sesi pelajaran pak Endang guru bidang fisika itu belum juga di mulai. Shafina menghembuskan nafas lega karena dia tidak jadi di hukum. Kalau saja dia telat sedikit, pasti dia akan di keluarkan dari kelas.

"Abis dari mana sha?"

Aulia teman sebangku Shafina. Gadis yang memiliki nama lengkap Aulia Sabrina itu telah berteman baik dengan Shafina sejak mereka masih duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama.

ThareqTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang