Di pagi hari, saat mentari nampak menyembunyikan dirinya di balik kumpulan awan berwarna abu-abu yang menutupi kota. Sementara, pagi hari ini jalan raya tampak sepi. Tidak seperti biasanya yang selalu di padati oleh kendaraan yang tengah berlalu lalang, sibuk dengan urusannya masing-masing. Begitu pun dengan seorang gadis yang saat ini tengah berjalan sendirian di jalanan sepi kendaraan yang melintas. Mungkin hanya satu atau dua pengendara yang berpapasan dengannya pagi ini.
Pagi ini juga tidak sama seperti pagi hari biasanya, yang di mana Shafina selalu di antar oleh sang ayah untuk pergi ke sekolah. Namun kali ini, gadis itu harus terpaksa berjalan kaki karena mobil sang ayah yang biasa dia tumpangi itu harus ditambal ke bengkel. Alhasil dengan terpaksa dan langkah tergesa-gesa dia harus berjalan untuk sampai ke sekolah sebelum gerbang sekolah itu ditutup.
"Duh mendung, apa jangan-jangan bentar lagi turun hujan"
"Tidak menentu, karena nyatanya hujan tidak selalu turun saat langit mendung"
Shafina sontak terkejut, bagaimana bisa laki-laki ini secara tiba-tiba berada di sampingnya. Siapa lagi jika bukan Thareq, laki-laki yang datang secara tiba-tiba dengan mengendarai motor sport miliknya itu kini tengah berceloteh di sampingnya.
"Berdasarkan definisi dari organisasi meteorologi dunia, langit mendung adalah fenomena cuaca yang disebabkan karena awan menutupi hampir 95% bagian langit"
"Oh, gak nanya"
"Gue cuma ngasih tahu aja, mau lo terima atau engga gue gak peduli"
Thareq mengangkat kedua bahunya dengan acuh, sedangkan tatapannya terpusat pada gadis yang berjalan di sebelahnya. Sementara, gadis yang di tatap oleh nya hanya diam saja, tidak ingin menanggapi laki-laki di sampingnya.
"Mau ikut gak?"
"Gak"
"Nanti kesiangan loh"
Shafina menelan ludah. Benar apa yang laki-laki itu katakan. Saat ini saja jam di pergelangan tangannya sudah menunjukkan pukul 06.50 itu artinya 10 menit lagi gerbang sekolah di tutup dan apabila gerbang sekolah itu telah di tutup, dia tidak memiliki pilihan lain selain menanggung hukuman berjemur sampai waktunya istirahat.
"Sial semua ini karena ban mobil"
Shafina tampak begitu kesal. Sementara raut wajah berbeda di tunjukan oleh laki-laki di sebelahnya. Thareq tampak senang karena kali ini tawarannya pasti akan di terima oleh gadis itu.
"Gimana mau ikut gak?, kalo lo masih gak mau, ya udah gue jalan duluan"
Benar saja, laki-laki itu melajukan motornya dengan pelan-pelan.
"Thareq"
Mendengar suara gadis yang memanggil namanya dari belakang, sontak membuat sang empu tersenyum. Thareq segera mengerem laju motor hitam miliknya, lalu menoleh ke belakang menatap gadis yang saat ini tengah berlari ke arahnya.
"Gue ikut, gak bayar kan?"
"Bayar"
Mendengar penuturan laki-laki itu sontak membuat Shafina panik. Bagaimana tidak, karena kecerobohannya yang selalu meletakkan barangnya di mana saja, selain itu juga, gadis itu pelupa. Sehingga sering membuatnya tertimpa masalah karena kecerobohannya itu, seperti hari ini di mana dengan cerobohnya dia malah meletakkan dompetnya di kursi mobil. Alhasil uangnya tertinggal dan dia tidak memiliki sepeser pun uang untuk membayar taksi maupun angkot. Karena itu lah, dia terpaksa harus berjalan kaki.
"Tapi di bayarnya besok ya soalnya dompet gue ketinggalan"
"Oke, tapi di bayarnya pake cinta"
"Dih, mending gue jalan kaki aja kalau begitu"

KAMU SEDANG MEMBACA
Thareq
TienerfictieApa jadinya jika orang yang pendiam, cuek serta tidak cukup pandai dalam bergaul apalagi dekat dengan perempuan itu sekarang malah mengejar-ngejar perempuan yang baru dikenalnya sehabis menolongnya dari copet? Ya, itu lah yang di alami oleh laki-lak...