"Kak Shafina ini ada titipan"
Suara seseorang yang memanggilnya dari belakang, berhasil mengalihkan pandangannya. Shafina menatap gadis yang tengah berlari ke arahnya dengan tergesa-gesa, seolah sedang dikejar warga saja, pikirnya. Gadis yang tidak ia kenali sama sekali itu, kini tengah berdiri di hadapannya sembari menggenggam sekotak bekal di tangannya. Dengan keringat yang membasahi tubuh juga nafas yang masih terengah-engah, gadis itu menatapnya nanar.
"Siapa ya?" tanya Shafina. Alisnya bertaut, menilai penampilan gadis itu dari atas ke bawah. Orang ini terasa asing baginya, karena Shafina rasa, baru kali ini dia bertemu dengan gadis yang berdiri di hadapannya. Lalu bagaimana gadis itu bisa tahu namanya?, pikirnya penasaran.
"Nama saya raya kak, saya kelas X MIPA 2" ucapnya memperkenalkan diri, sementara Shafina hanya menanggapinya dengan anggukan kepala sebagai tanda mengerti.
"Ini kak ada titipan dari calon masa depan kakak" gadis bernama raya itu menyodorkan sekotak bekal di tangannya. Shafina dengan bingung segera menerima sekotak bekal yang diberikan oleh raya. Ia bimbang, ingin menolak juga tidak enak tetapi kalo di terima, dia juga takut jika memakannya. Bagaimana jika di dalamnya di tambahkan sesuatu yang tidak dia ketahui? pikirannya. Tanpa berlama-lama, gadis itu segera pamit menyisakan Shafina seorang diri di lorong menuju kelasnya dengan tatapan rumit.
Shafina merasa ganjil dengan sekotak bekal berwarna biru di tangannya. Dengan rasa penasaran yang melambung tinggi, akhirnya ia membuka tutup bagian atas dari bekal itu, di dalamnya berisi sendok dan garpu yang terbuat dari plastik. Tangannya menarik secarik kertas yang terlipat di bawah sendok dan garpu, membukanya secara perlahan.
Dear Shafina
Kali ini kotak bekalnya di makan ya jangan di buang lagi. Semoga kamu suka, selamat menikmati.
Pesan singkat itu di tulis dengan tulisan tangan yang cukup rapi. Tanpa menebaknya lagi, Shafina sudah tahu surat ini datang dari siapa. Senyum miring terpatri di wajahnya, mengingat orang yang mengiriminya bekal sepagi ini. Tangannya melipat kembali secarik surat itu dan menyimpannya lagi di tempat semula.
Tanpa berlama-lama berada di sana, Shafina berjalan menjauhi lorong itu. Sedangkan di sisi lain, tanpa di sadari olehnya, seseorang keluar dari tempat persembunyiannya. Rupanya sedari tadi orang itu telah menguping pembicaraannya secara diam-diam. Matanya menatap lamat-lamat punggung gadis yang mulai menghilang dari pengelihatannya.
"Gue ga tau apa makanan kesukaan lo, tapi gue harap apa yang gue masak bakalan sesuai dengan selera lidah lo" ucapnya lirih, Thareq tersenyum lembut menatap Shafina yang sudah menghilang dari pandangannya.
Hingga secara tiba-tiba tangan seseorang menepuk bahunya pelan, secara tidak langsung orang itu telah menarik kesadarannya kembali. Thareq mengerjap karena terkejut dengan gerakan yang datang tanpa aba-aba. Matanya melirik orang yang menepuknya dengan tatapan tajam.
"Ngapain lo senyum-senyum sendiri?" Ryan menatap Thareq dengan tatapan heran. Sebelah alisnya terangkat ke atas, seolah menunggu jawaban dari orang yang bersangkutan. Sementara orang di mintai jawaban malah mengangkat bahunya acuh, setelah itu melenggang pergi meninggalkannya di lorong yang mulai ramai dipadati oleh siswa dan siswi.
"Orang aneh" ketusnya.
•••Bel istirahat sudah berbunyi sejak 5 menit yang lalu, semua siswa maupun siswi tidak menyia-nyiakan kesempatan itu begitu saja. Mereka berbondong-bondong mengantri makanan di kantin sekolah. Tetapi tidak bagi kedua gadis yang memilih tetap di kelas, keduanya sepakat untuk membawa bekal sendiri dari rumah. Namun ada yang berbeda dengan Shafina hari ini, karena tidak biasanya dia bangun terlambat, apalagi sampai melewatkan sarapan dan membuat bekal.
"Katanya lo ga bawa bekal sha?" tanya Aulia, satu alisnya terangkat ke atas ketika bola matanya melihat sekotak bekal di hadapan Shafina.
"Iya tadi gue bangun kesiangan" ucapnya jujur.
"Terus itu?" Tanya Aulia lagi.
"Dikasih sama orang" ucapnya. Tangannya membuka isi dari kotak bekal tersebut yang di dalamnya terdapat nasi goreng beserta nugget. Untungnya Shafina membawa air minum dari rumah, jadi tidak perlu repot membelinya dulu ke kantin.
Aulia tidak menanggapi lagi ucapan Shafina, karena saat ini gadis itu sedang fokus berdoa. Mulutnya merapalkan doa makan, setelah itu mengaminkannya dan mengusapkan tangannya ke wajah. Hal serupa juga di lakukan oleh shafina, hingga beberapa saat kemudian, tidak ada lagi yang berbicara di antara keduanya. Karena mereka berdua sama-sama tengah menikmati makanannya masing-masing.
"Ternyata enak juga" gumam Shafina di saat selesai menelan makanannya.
"Kenapa?" tanya Aulia, telinganya secara tidak sengaja menangkap sebuah suara kecil yang keluar dari mulut Shafina. Sementara gadis itu hanya diam saja tidak ingin menjawab. Ia mengabaikan Aulia secara disengaja.
"Sha ini surat dari pemilik kotak bekal itu?" Tanyanya lagi mengudara. Shafina menghembuskan nafas pelan, sebenarnya dia tidak mau membahas tentang itu. Akhirnya dengan terpaksa dia berdehem pelan mengiyakan pertanyaan yang diajukan oleh Aulia.
"Terus lo tau siapa orangnya?" tanyanya penasaran. Shafina lagi-lagi berdehem mengiyakan pertanyaan Aulia.
"Jadi siapa orangnya?" ucap Aulia, Lagi-lagi Shafina menghembuskan nafas pelan.
"Lo tau ga?, besok katanya libur" Shafina sengaja mengalihkan pembicaraan secara sepihak. Itu di lakukannya karena dia malas untuk menanggapi berbagai macam pertanyaan Aulia yang pada akhirnya hanya terpusat pada satu nama. Nama yang sebenarnya paling dia hindari di seantero SMA Kusuma Bangsa dan nyatanya cara itu membuahkan hasil, dalam sekejap rasa penasaran Aulia teralihkan begitu saja ke hal lain.
"Lo beneran?, lo tau dari mana?" Tanyanya kegirangan.
"Kata temen-temen" ucapnya cepat.
"Gue ga yakin, tapi kalo beneran kira-kira karena apa ya?" Tanyanya pada orang yang salah. Shafina saja hanya mendengarnya sekilas dari kelas sebelah. Shafina yang kebingungan pada akhirnya hanya bisa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Gue juga gak yakin karena belum pasti" ucapnya cengengesan.
Tiba-tiba sebuah notifikasi masuk ke handphone mereka secara bersamaan. Dering dari notifikasi tersebut tanpa disengaja berhasil menghentikan pembicaraan keduanya. Mereka berdua, kini sama-sama membuka layar handphone miliknya masing-masing. Membaca sebuah pesan yang disampaikan melalui aplikasi chatting dari grup sekolah.
"Dih bener woy, besok libur bahkan hari ini juga bakalan pulang cepat" ucap Aulia dengan riang, sedangkan Shafina hanya tersenyum saja.
•••
Siang ini semua aktivitas belajar mengajar dihentikan lebih awal. Anak-anak di pulangkan setelah menyelesaikan sholat zuhur berjamaah dikarenakan gurunya ada rapat. Keadaan sekolah menjadi lenggang, para siswa maupun siswi sudah banyak yang pulang. Namun berbeda dengan dua orang anak manusia berbeda jenis kelamin yang saat ini sedang berbicara berdua di parkiran sekolah.
"Ini Thareq kotak bekal lo, makasih ya" ucap Shafina, gadis itu menyodorkan sekotak bekal di tangannya yang langsung diterima oleh pemiliknya. Gadis itu kali ini benar-benar tidak membuang bekal pemberian dari Thareq, sebaliknya dia menghabiskan isi di dalamnya sampai tidak tersisa sedikit pun.
Thareq mematung di tempatnya, otaknya masih mencerna apa yang terjadi. Tatapan matanya sedari tadi tidak teralih dari sekotak bekal di tangannya, ia sungguh tidak percaya. Hingga kepergian Shafina yang kini sudah melenggang jauh, pada akhirnya berhasil menyadarkannya. Matanya beralih menatap punggung gadis yang mulai hilang dari pandangannya.
"Peningkatan" ucapnya. Senyuman manis terpatri di wajahnya yang seiring waktu berubah memberikan rona merah di pipinya. Laki-laki itu menikmati setiap sensasi detak jantungnya yang menggila, ketika dirinya berhadapan dengan gadis pujaan hatinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Thareq
Teen FictionApa jadinya jika orang yang pendiam, cuek serta tidak cukup pandai dalam bergaul apalagi dekat dengan perempuan itu sekarang malah mengejar-ngejar perempuan yang baru dikenalnya sehabis menolongnya dari copet? Ya, itu lah yang di alami oleh laki-lak...