6

2 1 0
                                    

AVV AVV UDAH DI CHAPTER 6 AJA WAKKAKAKA

TOLONG TANDAI KALO ADA TYPO YAAAAA

Mahija memandangi kertas yang ada di depannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mahija memandangi kertas yang ada di depannya. Beberapa saat lalu sebelum ia berhadapan dengan orang yang mengenakan jas putih di depannya ini ia masih saja duduk di ruang tunggu rumah sakit sembari bermain handphone untuk menghilangkan kebosanannya.

Dokter tersebut menemui mahija dengan membawa kertas yang berisi persetujuan tindakan medis.

Persetujuan tindakan medis atau persetujuan tindakan kedokteran merupakan suatu persetujuan yang dibuat oleh pasien atau keluarganya, untuk memberikan izin terhadap dokter dalam melakukan serangkaian pemeriksaan, menetapkan diagnosis , melakukan pemeriksaan fisik dan penunjang medis dan melakukan tindakan medis tertentu kepada pasien.

Dokter menemui mahija dengan maksud agar mahija dapat segera menandatangani kertas tersebut. 'Ishana' yang dalam penanganan dokter tersebut akan menjalani operasi karena pendarahan dalam paru-parunya.

Tanpa pikir panjang Mahija menyetujui hal tersebut. Tentu saja ia butuh 'Ishana' satu ini untuk memastikan omongan Jeevan.

Siang bergantikan dengan sore, sore tergantikan dengan malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siang bergantikan dengan sore, sore tergantikan dengan malam. Malam ini Ilana sedang bermain handphone di kamarnya, lebih tepatnya di kasurnya.

Pose gadis itu sangatlah tidak elit. Dengan posisi kaki yang ia letakkan pada dinding, rambutnya yang tergerai sudah seperti singa. Kondisi kasurnya saat ini sudah bisa dibilang jauhhhh dari kata rapi.

Kekehan terus keluar dari bibir gadis itu. Ternyata ia sedang melihat-lihat tiktok miliknya. Ah mengapa semua video yang keluar merupakan meme semua.

"Yu brik mai hart bir brik mai hart," Ilana tertawa keras. Ibu alshad Ahmad itu sukses membuatnya tertawa dengan tidak anggunnya.

"HAHAHAHA APAAN SIH." Ilana masih saja belum mampu meredakan tawanya tersebut. Tak lupa ia memencet tombol share untuk dikirimkan ke teman-teman seperkunyukan nya itu.

Ilana mulai beranjak dari kasurnya, gadis itu kelaparan. Tadi sepulang sekolah ia belum makan.

"Pan pan pan selalu terdepan. Pan pan pan jeon wonu sungguh tampan." Ilana bernyanyi sambil terkikik geli dengan nyanyiannya sendiri. Tapi tak apa, wonu nya beneran tampan. Ia akan maju paling depan jika ada orang yang meragukan keparipurnaan idolanya itu.

Mengambil nasi secukupnya dan mengambil lauk yang ada. Ilana tidak suka lauk atau nasi yang berlebihan. Hal ini selalu ditanamkan dari Ilana kecil, intinya ia tidak boleh berlebihan. Sesuatu yang berlebihan itu tidak baik.

Tapi itu semua tidak berlaku pada adiknya. Adiknya suka berlebihan mengambil lauk, nasi, atau apapun itu. Ilana terkadang memberi 'bombastic side eye' pada adiknya itu. Tapi ya sudah lah selama dihabiskan dan tidak meninggalkan sisa, Ilana tidak perlu membuka mulutnya untuk ceramah panjang kali lebar.

Selesai makan malam, piring ia letakkan pada tempat cuci piring. Melihat tumpukan piring yang ada membuatnya menghela nafas. Ia harus mencucinya, jika tidak ibunya pasti akan mengomel dan berakhir membuat telinga Ilana panas.

Dilihatnya adik perempuan nya yang sedang duduk sambil bermain handphone di kursi dapur. Ah adiknya itu sangat beban. Ia malas melakukan apapun tetapi tidak dimarahi. Mungkin sehabis ini Ilana akan menyuruhnya untuk melakukan hal diluar nalar, seperti dulu Ilana kerap menyuruh adiknya untuk melakukan hal ini itu. Hal ini Ilana sebut sebagai balas dendam karena ia kerap malas-malasan di rumah dan berakhir membuat Ilana melakukan pekerjaan rumah terus menerus.

Piring yang sudah bersih ia letakkan pada rak piring yang ada. Menatanya dengan rapi dan segera beranjak menuju kamarnya. Merebahkan diri sambil bermain handphone berselancar di berbagai media sosial adalah jagonya!

Melihat handphone lama-lama membuat matanya perih. Tak Ilana sangka ternyata ia sudah menghabiskan waktu 3 jam hanya dengan bermain handphonenya.

"Tidur aja kalik ya?" Tanya Ilana pada diri sendiri. "Oke tidur aja," balasnya sambil merebahkan diri dengan mata tertutup. Ia harus bermimpi tentang wonu nya itu. 

KAPAN YA WONU DATANG KE RUMAH

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

KAPAN YA WONU DATANG KE RUMAH

ILANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang