Langkah Rosea terantuk-antuk dalam tarikan tangan Leonardo, pengaruh dari alcohol membuat Rosea mulai tidak bisa membedakan apakah saat ini dia tengah bermimpi atau memang nyata ketika melihat Leonardo memaksa dia untuk pergi keluar dari klub.
"Kenapa kamu terus menarikku? Tolong lepaskan," pinta Rosea dengan pandangan mengabur merasakan pusing dan tidak dapat melihat lantai dengan benar.
Sekali lagi, Rosea terhuyung hampir jatuh tatkala seseorang yang berjalan ke arah berlawanan menabraknya.
Dengan sigap Leonardo menahannya. "Berhati-hatilah."
"Memangnya ini salah siapa? Dari tadi kamu terus menarikku seperti sedang menggembala kerbau!" protes Rosea marah.
Leonardo tertawa pelan, dengan cepat dia membungkuk, menggendong Rosea dan membawanya pergi keluar dari tempat hiburan itu.
"Apa yang kamu lakukan? Turunkan aku," pinta Rosea dengan mata setengah terbuka berusaha untuk tetap mempertahankan kesadarannya.
Pelukan Leonardo menguat. "Aku sudah bilang padamu, kita akan pulang."
"Ke hotel?"
"Tidak, rumahku," jawab Leonardo singkat.
"Itu bukan tempat pulangku!"
"Itu akan menjadi rumahmu juga setelah kita menikah."
"Bajingan!"
"Terima kasih," jawab Leonardo dengan senyuman tidak mempedulikan makian yang terlontar dari mulut Rosea.
Kepala Rosea terjatuh ke belakang, tangannya berusaha menggapai leher Leonardo dan memeluknya, dia tidak sanggup lagi untuk berbicara dan mulai tertidur.
"Seharusnya kamu menjadi penurut seperti ini sejak kemarin," ucap Leonardo dengan senyuman puasnya, melihat Rosea yang tertidur damai tanpa kewaspadaan.
Leonardo senang karena pengaruh alcohol membuat Rosea menjadi sedikit lebih penurut dan mudah untuk diatur, andai saja Rosea bisa terus seperti ini selamanya, mungkin Leonardo tidak akan melakukan tindakan yang gila dan diluar batas.
***
Kening Rosea mengeryit tidak nyaman, dengan bersusah payah dia membuka matanya dan melihat ke sekitar. Butuh waktu yang cukup lama untuk dirinya tersadar bahwa kini di berada di dalam sebuah mobil dan Leonardo telah membawanya.
"Aku harus keluar, aku ingin bersama Jacob," ucapnya seraya menggapai pintu yang terkunci.
"Duduk dan menurutlah," perintah Leonardo.
"Keluarkan aku dari sini, biarkan aku bersama Jacob lagi," pinta Rosea terdengar memohon belas kasihan Leonardo.
"Haruskah aku membuat Jacob bangkrut dulu agar kamu menurut?" tanya Leonardo tidak main-main.
Bahu Rosea menegang, tubuhnya mundur dengan waspada dan membuang muka. Tanpa perlu peringatan lebih jauh, insting Rosea sadar sendiri jika lebih baik tidak macam-macam kepada pria yang berada di hadapannya.
Rosea mengusap keningnya dengan kuat, teringat jika sebelum Leonardo membawanya, dia sudah menemukan alat pelacak di dalam tasnya.
Apakah mungkin Leonardo yang melakukannya? Mungkin karena alat pelacak itu juga Leonardo bisa mengetahui posisinya. Tapi kapan pria itu bisa melakukannya?
Rosea tersenyum kecut, dia melupakan jika hotel yang dia tempati sekarang adalah milik Leonardo, tidak mengherankan pria gila itu bisa melakukan tindakan buruk semaunya.
"Kamu menaruh alat pelacak itu di tasku?" tanya Rosea dengan ketus.
"Benar," aku Leonardo tanpa rasa bersalah dan terlihat begitu santai berkendara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession My-Ex
RomanceWarning 🔞 Setelah delapan bulan mengalami kecelakaan yang membuat sebagian ingatannya menghilang, Rosea akhirnya mulai belajar menjalani kehidupannya yang nomal lagi. Rosea pergi menemani Jacob ke Paris untuk mengahadiri pesta pertunangan temannya...