Chapter 2

296 19 0
                                    

•⋅⊰∙∘☽🐞☾∘∙⊱⋅•⋅

"Yang bener lu Tan?!" Alvaro bertanya syok saat Selatan mengatakan bahwa dirinya berpacaran dengan bocah sok pahlawan tadi pagi.

"Lo liat muka gua, bercanda apa ngga anjing?" ucap Selatan penuh kesabaran sambil memasang ekpresi datar pada Alvaro.

Jeandra menggulung mie ayam nya dengan sumpit, sebelum melahap Jeandra bertanya. "Kok bisa sih? Gue kira si Sagara bakalan lo jadiin pakan buaya."

Saat ini mereka bertiga membolos di jam kedua, tadi Selatan kembali ke kelas hanya untuk menjemput dua kacungnya untuk bolos. Maka dengan senang hati Jeandra dan Alvaro mengekor di belakang walaupun sebenarnya mereka di tahan keras kerasa oleh guru yang mengajar tapi mereka tak peduli dan tetap pergi. Dan gurunya berakhir berkata "terserah!"

Alvaro menyenggol lengan Jeandra yang hendak melahap mie ayamnya. "Iya, si Sagara jadi makanan buaya kok lo bener." ujar Alvaro terkekeh.

Jeandra melirik Selatan, cowok itu sudah mengapit satu batang rokok di bibirnya. Mengambil pematik di sakunya Selatan merokok di kantin sekolah, kedua kaki terangkat bebas pada meja makan, asapnya sudah mengepul bebas di udara.

"Oh iya bener kan Selatan buaya nya."

"Gue denger ya taik!" semprot Selatan menatap kedua temannya.

"Kok lu mau pacaran sama orang cerewet itu?" tanya Jeandra.

"Ya karena dia cerewet gue suka itu." jawab Selatan santai.

"Ye si anjing giliran gua yang cerewet lu malah comot mulut gue." protes Jeandra merasa tak adil.

Menurunkan kaki dari meja, Selatan duduk manis menatap temannya serius.

"Sebenarnya gue suka sama si Sagara udah lama, eh nggak sih mungkin udah sebulan-"

"Kok bisa, gara gara apa?" sela Alvaro.

"Ya diem dulu tolol, gua belum kelar ngomong."

"Gara-gara nya gue mergokin Sagara nangis di rooftop sekolah sendirian. Semenjak saat itu gue mastrubasi tiap malem kebayang muka nangis nya itu." jelas Selatan.

Kedua temannya hanya mengangguk menunggu Selatan untuk melanjutkannya. "Dia juga punya aroma khas, wangi banget. kayak tiap hari wangi setiap gue lewatin dia pasti wangi, wanginya kayak gak ilang ilang gitu."

"Mana wanginya bikin horny, trus gua kan mau jadi temen deket dia tapi gue gengsi karena gak level dia terlalu genius buat gue yang stupid."

"Pipinya juga lucu, maksud gua chubby gitu mungkin enak kalo di cubitin kayak mochi, bibirnya juga pink natural gitu mengkilat. Matanya juga cantik."

Jeandra dan Alvaro masih manggut-manggut sok paham.

"Tinggi dia di gue cuma sedada doang, kulitnya juga putih mulus lembut yang jelas wangi, rambutnya hitam pekat, mengkilat dan lembut. Gak ada ketombenya kayak lu pada!" ingin sekali Alvaro mengatai Selatan karena di bilang banyak ketombe tapi Jeandra memberi kode dengan mencubit pahanya agar tidak menyela Selatan.

"Pokoknya dia tipe gue dan gue gak bisa dong nyia nyiain kesempatan emas ini? Kali ini gue gak mau kecolongan." tekan Selatan penuh keyakinan dan kepercayaan diri.

Selatan diam sudah tak mengoceh lagi ia menatap temannya menunggu reaksi duo orang ini. Bukannya bereaksi mereka masih manggut-manggut dan diam menunggu Selatan berbicara lagi tentang si 'Dia.'

"Woi ngapa lu pada diem doang, gak seneng denger cerita gue?!" tanya Selatan ngegas.

"Eh udahan ngoceh nya bos?" tanya Alvaro cengengesan.

IT'S MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang