Chapter 8

172 14 5
                                    

Sagara tergesa-gesa masuk kedalam kelasnya, ternyata sudah ada pak Aji—guru paling pengertian terhadap murid-murid sepengetahuannya. Guru itu jarang memarahi muridnya atau bahkan mungkin tak pernah. Ia selalu mengerti perasaan dan keadaan siswanya, guru yang bisa di ajak bercanda, negosiasi ketika ada tugas dan berbicara dengannya pun bisa menggunakan bahasa gaul agar tak terlalu canggung.

"Permisi pak!" Sagara baru saja memasuki kelas, langsung seluruh pasang mata tertuju padanya.

Pak Aji menoleh, mendekat ke arah Sagara sambil mengulum senyum. "Kenapa kamu tergesa-gesa gitu?" tanya Pak Aji sedikit curiga melihat anak muridnya terengah-engah.

"Anu Pak...itu kan.. Saya naik tangga tadi sambil lari, jadi capek." ujar Sagara kikuk.

"Kamu telat tiga menit di jam saya."

"Maaf Pak, saya tadi abis dari toilet, rame Pak."

"Yasudah kamu boleh duduk, perhatikan saya di depan. Saya lagi menjelaskan materi yang kemarin kalian catet." perintah Pak Aji membenarkan kacamatanya.

Sagara mengangguk, kaki nya langsung melangkah pada meja nya.

Sagara duduk di kursi nya. Dan Edward teman sebangku menatap Sagara curiga. "Lo abis ngapain?"

"Gak habis ngapa-ngapain kok, kenapa?"

"Masa? Itu bibir lo bengkak gitu. Air liurnya kemana-mana. Nih rambutnya acak-acakan kayak habis di perkosa."

"Ini juga seragam jadi keluar gini kan?" todong Edward begitu mendesak Sagara.

Sagara mendelik, memukul paha Edward "Udah ah diem gausah banyak bacot lo!" galak Sagara, wajahnya memerah padam.

"Buset dah, iya iya!" seru Edward memfokuskan diri ke depan. Begitu juga dengan Sagara, laki-laki bersurai lembut itu memandang fokus Pak Aji di depan.

Walaupun kedua mata fokus menatap Pak Aji di depan. Tapi pikiran Sagara melanglang buana ntah kemana. Lebih tepatnya memikirkan sikap Selatan yang mendadak kasar. Ya walaupun emang Selatan wataknya kasar, tapi kan sejak dirinya menjalin hubungan dengan Selatan, sikapnya berubah menjadi lembut dan manja.

Tapi sekarang kenapa kasar lagi? Apa gara-gara Rion? Emang Rion ngasih jampi-jampi biar Selatan berpaling darinya?

"AGRHHHH!!!"

Seluruh pasang mata di kelas tertuju pada Sagara yang berteriak tiba-tiba membuat mereka terkejut. Edward yang menjadi teman sebangku nya mendadak malu karena mendapatkan sorotan tajam dari berbagai arah.

"Aduh lu kenapa sih?" racau Edward.

"Sagara, kenapa kamu berteriak?" Pak Aji bertanya dengan tatapan bingung.

"Ah e-enggak—"

"Kamu kalo merasa pusing di materi saya silahkan keluar. Saya mengizinkan, daripada kamu lagi sakit kepala malah ketemu pelajaran yang menyulitkan kamu, gih ke uks aja." imbuh Pak Aji.

"Enggak usah Pak, saya disini aja. Saya gak apa-apa kok. Maaf ya soal tadi." ujar Sagara malu-malu.

"Yasudah, balik fokus tolong untuk tidak memikirkan hal lain selain mata pelajaran saya oke?"

"Oke Pak."

"Hadeh, si Sagara emang lmao." pasrah Edward.

•⋅⊰∙∘☽🐞☾∘∙⊱⋅•⋅

Di rooftop sekolah terlihat asap rokok mengepul bebas di udara yang tak lain pelakunya adalah Selatan, Alvaro dan Jeandra. Mereka membolos pelajaran karena bosan gurunya marah-marah terus.

"Tan, lu jadi nge isengin si Sagara?" tanya Jeandra tiba-tiba, membuat Alvaro yang sibuk dengan dunia nya sendiri mendadak ikut menatap penasaran Selatan.

Laki-laki bernama Selatan itu tersenyum tengil. "Iyalah!"

"Dih, gua liat dia tadi di kantin kasian anjir. Masa lu tega sih?" gusar Jeandra sedikit tak setuju dengan temannya satu ini.

"Ngapa lo peduli sama dia? Suka?" tanya Selatan sinis.

"Enggak.."

"Lagian gue udah terlanjur bikin dia marah toh sekalian aja sampe mampus." lanjut Selatan menatap lurus kedepan.

"Kalo si Sagara minta putus gimana pe'a? Terus lu bunuh diri dan mati. Kalo lo mati kita seneng." celetuk Jeandra melirik Alvaro "iya gak Al?"

Alvaro mengernyit "Lah kok gue? Gue mah enggak seneng si bos mati nanti gue jatuh miskin bangsat."

"Halah bacot! Udah biarin. Kalo emang dia mutusin gue berarti dia gak cinta sama gue." sela Selatan di akhri cengiran.

"Gimana dia mau cinta orang lu nya aja memperlakukan dia kayak orang gak ada harga dirinya." hardik Alvaro menyindir keras sikap bejat Selatan.

"Bacot anjing!"

"Heh setan, kalo di bilangin tuh di denger. Lu jadi manusia jangan terlalu retplek tai nanti di benci para wanita." tambah Alvaro.

"Nggak suka wanita sorry."

"Liat si Rion, dari tampang nya kayak tampang tampang mudah berharap sama seseorang."

"Ya bodo!"

"Udahlah Al, ngomong sama Selatan kayak ngomong sama setan!" dengus Jeandra ikut sebal.

•⋅⊰∙∘☽🐞☾∘∙⊱⋅•⋅

Hi semuanya! Terimakasih sudah membaca cerita Wattpad yang aku buat yaa💐💐 semoga kalian suka sama cerita akuu <3

Jangan lupa untuk berkomentar biar rame juga🙏🏻 nah biar aku semakin semangat bikin cerita ini kasih aku sebuah vote bintang dong 🤩⭐⭐

DAN JANGAN LUPA FOLLOW AKUN AKU BIAR GAK KELEWAT INFORMASI BERIKUTNYA TENTANG "IT'S MINE" ‼️🦋🦋

IT'S MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang