Part 5. VONNY

11 5 1
                                        

Expect the unexpected because your life is bound to be full of surprises. (Bernard Grand)

Barra memandangi sebuah kepala boneka di hadapannya dengan serius dan teliti. Kepala itu disanggah sebuah kayu penopang hingga dia bisa melukis mukanya sesuai wajah gadis kecil yang ada di layar laptopnya. Muka boneka itu dibuat dengan lekukan maupun tonjolan untuk kening, alis, mata, hidung juga bibir yang nantinya akan dilukis sesuai dengan wajah dari model yang dikirimkan oleh pemesannya. Itulah yang sedang dilakukan Barra.

Sesekali matanya yang tajam menatap foto wajah gadis kecil bernama Vonny yang memenuhi layar laptop di sampingnya. Sementara tangannya memainkan sebuah kuas dengan ahli membentuk kepala itu menjadi wajah seorang gadis. Wajah tanpa mata yang pernah hadir dalam mimpinya.

Namun, kini muka itu memiliki sepasang mata yang seolah hidup melengkapi wajah seorang gadis cantik. Bulu mata yang lentik serta alis tebal berbentuk golok yang melengkung manis menaungi sepasang matanya yang hitam. Hidungnya yang mancung terlihat sempurna di antara kedua pipinya yang agak tirus. Bibirnya yang mungil berada tepat di atas dagunya yang bentuknya mirip lebah menggantung. Barra masih melakukan beberapa perbaikan di sana-sini dengan cat dan kuasnya untuk menyempurnakan wajah boneka itu.

Laki-laki akhir tigapuluhan itu bekerja di bengkel seninya pagi sejak habis subuh tanpa gangguan. Umar dan istrinya mulai mengerti jadwal keseharian majikannya itu. Bila pintu ruang kerjanya sudah tertutup, itu artinya sang majikan sedang bekerja dan tidak boleh diganggu. Teko kopi dan kudapan akan diletakan oleh istri Umar di sebuah meja yang ada di dekat pintu ruangan itu. Sementara makan siang atau malam akan disiapkan di meja makan sesuai permintaan Barra.

Ruangan bekas studio lukis milik ibu Barra itu kini disulap menjadi bengkel pembuatan boneka. Sebuah meja kerja yang berukuran dua kali tiga meter ada di tengah ruangan dikelilingi beberapa rak dan lemari yang berisi berbagai peralatan dan beberapa bahan untuk membuat boneka. Beberapa macam jenis kain termasuk sutra dan brokat cantik berbagai warna juga tersedia untuk pembuatan kostum. Barra memiliki sebuah mesin jahit portable dengan berbagai fasilitas dan kemudahan untuk mempercepat pekerjaan berada di salah satu sudut ruangan. Dia juga mengoleksi beberapa macam asesoris pelengkap busana dari ujung rambut sampai ujung kaki untuk semua gender yang teratur rapi di salah satu rak.

Begitu wajah boneka itu selesai dikerjakan, Barra pun beralih pada bagian kepala yang akan ditutupi dengan rambut. Di ujung meja kerjanya sudah siap sebuah wig yang dibuat dari rambut asli yang dipesan khusus sesuai model rambut Vonny, nama gadis kecil yang kini fotonya memenuhi layar komputer Barra. Dengan hati-hati Barra memasang wig tersebut menutupi bagian atas kepala boneka dan merekatkannya pada posisi yang paling tepat. Kini kepala itu sudah sempurna seperti kepala manusia sungguhan. Sepasang matanya bersinar hidup, dengan hidungnya yang mancung serta bentuk bibirnya yang indah dan penuh, seolah hendak tersenyum pada siapa saja yang menatapnya.

Barra memandangi hasil karyanya dengan teliti. Lalu pandangannya beralih pada badan boneka yang sudah siap di ujung meja yang lain. Bagian badan itu kini berdiri seperti manekin tanpa kepala. Badaan boneka berukuran sekitar satu meter lebih itu sudah terbungkus sebuah gaun panjang yang mencapai lutut. Gaun yang diselesaikan Barra semalam itu terbuat dari kain yang lembut berwarna kombinasi putih dan pink dengan krah model Sabrina dengan hiasan renda yang manis di bagian dada dan lengannya.

Dengan hati-hati, Barra memasang bagian kepala boneka di atas bagian badannya sesaat kemudian. Setelah merapikan beberapa bagian, dia pun mundur beberapa langkah sambil tetap memandangi hasil karyanya. Kepala laki-laki itu miring ke kiri dan ke kanan supaya mendapatkan perspektif yang lebih baik untuk menilai dan mencari kekurangan hasil pekerjaannya.

Sebagai pekerja seni yang dibayar, klien memang penting bagi Barra. Namun dia tidak mau kreatifitasnya didikte oleh orang yang membayarnya. Sebisa mungkin dia akan memenuhi permintaan mereka, akan tetapi tidak meninggalkan unsur seni dan ciri khas miliknya yang akan selalu nampak pada tiap karya yang dibuatnya. Meskipun tidak banyak yang melihat atau menghargai apa yang dilakukannya, paling tidak ada beberapa orang yang sangat menghargai hasil karya laki-laki itu. Termasuk bantuannya dalam menciptakan kembali sosok yang kehadirannya pernah menghiasai hidup orang-orang tersebut, seperti pelanggannya kali ini yang bernama NinaVM.

THE DOLLS MAKER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang