Every experience I've had in my life is a resource in my body. (Anna Halprin)
Hari menjelang senja dengan bias mentari yang melukis langit di sebelah barat dengan warna jingga kemerahan. Barra dalam wujudnya yang tak kasad mata bagi orang kebanyakan berhasil menyelinap masuk ke rumah keluar Van Mayer tanpa kesulitan. Gedung yang dibangun saat akhir periode penjajahan Belanda di Indonesia itu tidak banyak berubah selain cat tembok dan atapnya yang harus direnovasi. Sedangkan untuk interiornya jelas sekali berbeda dengan kondisi rumah itu sekitar duabelas atau limabelas tahun yang lalu. Perabotan dalam tiap ruangan lebih fungsional dan minimalis, menyesuaikan dengan kebutuhan penghuninya belakangan ini.
Barra menelusuri ruang tamu dengan perabot seperangkat sofa lembut berwarna krem dengan dan kursi berlengan serta sebuah meja kecil persegi beralaskan kaca. Ada dua buah lukisan kontemporer yang di pajang di dua sisi dindingnya. Ruangan itu terasa nyaman dan tidak mengintimidasi bagi siapa saja yang baru pertama kali bertamu ke rumah itu.
Barra meneruskan langkahnya ke ruang tengah yang besar karena tergabung dengan ruang makan dan dapur kering. Sebuah televisi layar datar menghiasi salah satu dindingnya, berhadapan dengan sofa-bed besar dari kulit sintetis berwarna cokelat caramel. Lantai di bawah sofa itu dilapisi karpet tebal berwarna cokelat tua dengan motif geometris lekap dengan bantal-bantal besar yang terlihat nyaman untuk alas duduk.
Bau masakan menguar di seputar ruangan itu. Tak heran karena hampir semua penghuni rumah sedang menikmati hidangan di meja makan berkursi empat yang tidak jauh dari sofa-bed. Ada tiga orang yang nampaknya sedang makan dengan kepala tertunduk dan sepertinya tanpa selera. Bunyi dentingan sendok garpu yang beradu dengan piring memecah sepi yang seoalh mengurung ruangan itu. Suara percakapan yang wajar terjadi saat sebuah keluarga sedang makan bersama belum terdengar sejak Barra memasuki ruangan. Barra yang mengamati mereka dari sebuah sudut merasa keheranan lalu mendekat untuk mengamati. Keluarga macam apa yang sedang makan malam tanpa saling berinteraksi lewat percakapan itu.
Tidak butuh waktu sampai Barra mengenali tiga orang yang sedang makan tanpa bicara itu. Tanpa sadar laki-laki itu mundur beberapa langkah seolah takut kalau mereka menyadari kehadirannya di ruangan itu. Dia terkejut dengan kenyataan kalau penghuni rumah yang didatanginya itu masih sama, anak-anak keluarga Van Meyer minus kedua orangtua mereka. Anthony yang sempat bersahabat karib dengannya semasa kuliah dulu, lalu ada Karina dan Kamila. Dua orang adik perempuan Tony yang cantik itu terlihat tidak banyak berubah, kecuali raut wajah mereka jadi lebih dewasa dan matang. Mereka bukan lagi gadis-gadis remaja tanggung yang sering labil meskipun menggemaskan. Mereka berdua sudah menjadi wanita yang sepenuhnya dewasa.
Barra terpaku beberapa saat mengawasi mereka bertiga. Benaknya bertanya-tanya, siapa diantara mereka yang memesan boneka Vonny? Siapa diantara mereka yang menggunakan nama NinaVM? Kalau dilihat dari nama yang dipakai, pasti Karina, gumam Barra. Laki-laki itu teringat kembali pada e-mail yang pernah dikirim pelanggannya itu yang dilampiri dengan foto gadis kecil bernama Vonny. NinaVM mengatakan kalau Vonny adalah keponakannya yang baru meninggal dunia. Lalu siapa orang tua Vonny? Tony atau Kamila? Pertanyaan-pertanyaan itu memenuhi benak Barra. Sesaat kemudian dia pun menyingkir dari ruangan itu dan mencari-cari keberadaan boneka Vonny.
Laki-laki itu mulai menyisir ruangan demi ruangan yang ada di rumah dua lantai itu. Ada dua kamar di lantai bawah selain ruang tamu dan ruang makan yang tersambung dengan keluarga. Dapur basah ada di bagian belakang rumah dengan area cukup luas untuk menempatkan sebuah kandang kucing yang lumayan besar. Kehadiran Barra membuat binatang berbulu itu gelisah dan mulai mengeong-ngeong dengan matanya menatap waspada ke arah Barra. Sebagian orang percaya kalau binatang tertentu mampu melihat atau mendeteksi kehadiran jiwa atau esensi makhluk hidup tertentu meskipun wujudnya tak terlihat oleh mata telanjang. Barra langsung ke lantai atas setelah tidak menemukan boneka Vonny di lantai bawah.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DOLLS MAKER
Mistero / ThrillerKamila sangat berduka akibat kematian anak perempuan satu-satunya. Sebagai menghibur, keluarganya menyarankan untuk ganti suasana dengan menempati rumah lama keluarga yang dijadikan vila untuk berlibur. Kakak perempuannya, Karina, bahkan memberikan...