E10: Alz yang Menghilang

46 4 3
                                    

"Ada yang melihat Alz?"

Alz tidak bisa ditemukan, dia menghilang. Pergi entah ke mana. Aku menunda rapat sebentar, keluar, dan mencari Alz ke sana-kemari. Tanpa Alz rapat ini akan sangat tidak efisien. Untuk menghemat waktu, aku mengutus beberapa orang menjadi perwakilanku untuk mengkoordinir pengambilan kayu dari hutan.

Strategi parit dan tembok kayu seharusnya sudah lebih dari baik. Namun untuk menyempurnakannya, Alz harus terbang di atas dan melindungi regu pemancing di awal. Tanpa perlindungan dari Alz akan sulit untuk memastikan mereka selamat dalam gelombang pertama. Aku juga tak mau kehilangan kekuatan tempur yang tinggi di tahap pertama perang. Karena desa ini hanya mampu mengerahkan 500 orang maksimal dalam pertempurannya.

Berjalan, aku melirik ke sana kemari, sepi, tak ada orang di mana-mana. Aku mencari ke seluruh penjuru desa. Alun-Alun, lumbung, rumah-rumah warga, dan sudut-sudut desa namun tak kunjung menemukan Alz.

Ke mana dia pergi?

Apa yang sebenarnya dia lakukan?

Ke hutan? Tidak, untuk apa dia ke sana?

Aku tak terpikirkan apa pun, bagaimana mungkin dia bisa menghilang bak ditelan bumi. Dengan lantang aku berteriak, Alz, dan Alz ke sana kemari. Percuma, tak ada yang menjawab. Satu persatu warga yang ada di desa aku tanyakan, tak ada yang tahu.

Para ibu-ibu yang berada di desa juga tak melihat Alz. Kamp penyihir miliknya juga tidak menunjukkan eksistensinya. Tak ada orang yang mengetahui di mana sebenarnya Alz.

Aku sedikit panik, bingung, karena kunci semua pertempuran ini ada di Alz. Jika ia hilang tiba-tiba atau bahkan sampai The Preacher tiba, akan sangat sulit untuk menghalau musuh. Ke mana, di mana? Aku tak menemukannya di mana-mana.

Teriakanku seakan sia-sia. Apa ia diculik? Apa ada penghianat di dalam desa? Pikiranku ke mana-mana, aku tak bisa menenangkan diri. Tenang, aku mulai menaikkan nafas panjangku. Perlahan, aku menenangkan diri, dan kini berlari menuju kamp komando di dekat parit.

Para pemuda yang melihatku bertanya-tanya, kenapa aku tiba-tiba berlari. Tanpa sempat menjawab, aku menyuruh mereka mengumpulkan 30 orang. Mereka mengiyakan, dan kini 30 orang itu telah berkumpul. Dengan wajah yang sedikit lelah, aku berkata kepada para warga.

"Alz telah hilang, dan kita harus mencarikannya. Apa pun yang terjadi kita harus mencarinya dalam 24 jam terakhir ini. Jika tidak maka terpaksa kita harus mengganti strategi."

"Alz hilang?" para warga yang mendengar itu saling bersahut-sahutan. Tak rela Alz yang selama ini menjadi instruktur hilang begitu saja. Dengan semangat mereka bersahut-sahutan. Ingin menemukan Alz secepat mungkin, dan melindunginya jika perlu.

Berhenti, aku berdiri tegak. Mulai mengibarkan komando dan mempersiapkan regu pencari untuk melakukan pencarian terhadap Alz. Di tengah-tengah orasiku tiba-tiba sebuah suara terdengar dari belakang.

"Kenapa kalian memanggil namaku berkali-kali?" Alz datang dari belakang, berbicara, sambil mengunyah sesuatu di mulutnya. Ia memajukan kepalanya sedikit, seakan berusaha memerhatikan detail hal apa yang telah terjadi. Meski begitu, tak juga melepaskan fokusnya terhadap makanan yang ia kunyah itu.

Anak ini...

Aku memegang dahiku cukup lama, kemudian menatapnya dengan kuat. Menanyakan, serta menginterogasi ke mana saja dia dari tadi.

"Dari mana kau satu jam ini? Bukankah aku bilang untuk berkumpul di dekat parit?" mata menatap tajam, tak memberi ruang untuknya untuk bercanda.

"Eh, um. Aku pergi sebentar karena ada hal darurat." Panik, pandangannya tidak konsisten, ke kanan dan ke kiri. Seakan menutupi sesuatu.

RattleheartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang