0.10 Eric

24 3 1
                                    

🎲 Eric - Maknae



                                    ⊱──── {.⋅ ♫ ⋅.} ─────⊰


🥠 Before


Insomnia, ketika orang-orang membencinya, kamu malah menggunakan kondisi itu untuk bekerja lebih banyak lagi. Berhubung pekerjaanmu adalah seorang copywriter, inspirasi datang ketika sunyinya malam membisikkan ide-ide untuk naskahmu yang selanjutnya.


Keesokan paginya salah satu temanmu meminta tolong, atau bisa dibilang meminta jasamu untuk menulis artikel anonim tentang seorang pemecah rekor rubik tercepat di kota. Nama pria bernama Ricky Max terpampang di notamu, dengan daftar pertanyaan yang akan kamu ajukan dalam sesi interview nanti.


"Tolong wawancarai dia juga ya, kawan jeniusku," pesan temanmu itu, dia sangat suka melemparkan tanggung jawabnya sebagai jurnalis padamu, utamanya untuk konten kecil-kecilan begini.


Tidak apa-apa, asal kamu dapat uang, kamu senang.


                                    ⊱──── {.⋅ ♫ ⋅.} ─────⊰


"Wow, tanganmu lihai ya. Apakah kamu pernah ikut ajang kompetisi besar sebelum ini?"

Pertanyaan demi pertanyaan dengan sedikit pujian dan kalimat afirmasi membuat jawaban yang dilemparkan Max terasa lebih natural dan percaya diri. Yang mana menunjukkan artikel yang akan kamu tulis nanti cukup berenergi untuk bisa membuat pembaca merasa sedang berbincang dengan Max pula.

"Aku sering mengikuti taruhan kecil sejak aku di LA, kemudian karena sekolahku di Korea juga merupakan sekolah top, so... yeah."

Pria berambut blonde di hadapanmu tersenyum antusias, kamu bisa lihat dia orang yang ambisius dan ulet dari tatapannya yang penuh gairah hidup.

"With great power comes," celetukmu iseng.

"Great responsibility." balasnya cepat dengan mata berbinar semangat menatapmu yang tersenyum kecil.

"Hehe," senyumanmu melebar, menularkan energi kepada Max.

Sebuah telunjuk mengarah ke bibirmu yang tersenyum manis, "Dude... I like you,"

Setelahnya kalian bertukar nomor dan sesekali mengobrol santai lewat chat tentang segala hal, utamanya Marvel. Melihat interaksi lanjutan antara kamu dan Max, sepertinya first impression yang kamu ciptakan berdampak baik. Atau malah... terlampau baik?

                                       ⊱──── {.⋅ ♫ ⋅.} ─────⊰

Malam ini kamu agak merasa tidak seperti biasanya, tubuhmu panas mulai ubun-ubun sampai tungkai, seluruh jarimu terasa kebas dan paling parahnya hidungmu mampet. Jadi ketika Max menelepon, dia langsung tau kalau kamu sedang sakit.

"Gue bawain obat, tungguin," ucap Max di seberang telepon, suara grusa-grusu dan beberapa teriakan teman asramanya juga terdengar di telingamu.

"Gaperlu ngelanggar jam malam asrama, besok gue sembuh kok," ucapmu enteng, kemudian terbatuk.

"Pasien dilarang protes."

Tut!

Nyatanya ketika Max sampai di depan pintu apartemen kecilmu, kamu langsung ambruk begitu berhasil melangkah untuk membukakan pintu. Kesadaranmu masih ada, hanya saja tubuhmu terlampau tak bertenaga.

"Y/n!! Lo masih bangun kan? Kita ke UGD sekarang!" Kamu mungkin tidak bisa melihat ekspresi wajahnya, tapi dari suaranya Max jelas-jelas panik.

"Maaf ya y/n, permisi, gue harus gendong lo," kamu ingin tertawa mendengarnya malu-malu meminta izin untuk mengangkut tubuhmu dengan tangannya.

Tapi kamu bersyukur, kamu tidak pernah kehilangan kontrol atas tubuhmu ketika sakit. Dalam batin, berterima kasih pada Max karena tidak mau repot-repot mendengar laranganmu dan langsung datang.


                                        ⊱──── {.⋅ ♫ ⋅.} ───── ⊰


🥠 After

Setelah beberapa waktu berlalu dari peristiwa demam tinggi itu (ya, kamu demam hampir 40°C dan pingsan), akhirnya Max menyatakan perasaannya yang masih hilang timbul terhadapmu. Dia hanya bilang kalau dia ingin melindungimu, terutama dari dirimu sendiri yang careless dan payah dalam menjaga stamina.

"Eric-"

Eric meletakkan telunjuknya dengan cepat ke bibirmu, "Nope, call me Max please."

"Itu kan namamu, gada salahnya dong?" bantahmu menatapnya dengan alis terangkat sebelah.

Eric Sohn alias Max, sebenarnya adalah salah satu member boygroup tenar bernama The Boyz. Hobinya bermain rubik mempertemukan kalian dan kesenangannya pada dunia Marvel mengantarkan kalian membangun perasaan satu sama lain.

"Spesial buat kamu, panggil aku Max, nama pertama yang ibuku kasih dan namaku yang kamu kenal pertama kali, oke?"

"Fine, bentar, aku baru inget ada kerjaan yang belum selesai," ucapmu sambil bangkit duduk dari kasur empuk tempatmu akan tidur tadinya, kakimu baru saja akan menjejak lantai ketika Eric menarikmu kembali berbaring di sisinya.

"Kerja terus, ntar sakit lagi," Eric menggumam sarkas sambil mencubit pipimu gemas.

Kamu pun tidak bisa kemana-mana setelahnya karena pria berlengan kekar sudah mengunci tubuhmu tetap di sisinya, beralaskan ranjang dan berbalut selimut tebal, kamu pun terlelap.


⊱──── {.⋅ ♫ ⋅.} ───── ⊰


"K-kamu ga kedinginan pake singlet begini?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"K-kamu ga kedinginan pake singlet begini?"

"Kan ada kamu." :)


⊱──── {.⋅ ♫ ⋅.} ───── ⊰


Tanpa sadar para maknae makin dewasa, dan aku pun semakin jompo wkwk. Oh iya untuk part nya Haknyeon kelewat ya, maaf bang, habis ini dibikin >v<

Thank you for reading, leave a trace :)

TBZ X ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang