#2 Pesan Aneh

35 2 1
                                    

Cerita ini murni karangan sendiri tanpa plagiasi manapun!

Cerita perdana yang mungkin masih banyak kesalahan untuk itu mohon bantuan jika ada kritik dan saran:)

Terimakasih buat yang memilih lanjut membaca
(⁠。⁠♡⁠‿⁠♡⁠。⁠)

let's start!

****

Malam hari di perbukitan tinggi, dengan sinar bulan yang memancarkan cahaya halus melintasi lanskap. Decitan atap kayu pada gubuk kecil yang terletak di bawah bukit itu membuatnya merasa takut. Angin malam yang menderu terasa menusuk kulitnya, membuatnya menggigil.

Selena mengedarkan matanya menatap seluruh susunan bangunan gubuk kecil itu. Sinar bulan yang menyapa mulai masuk melalui sekat-sekat kayu, membuatnya merasa miris melihat kondisi rumah yang sebenarnya tidak layak disebut rumah. Bangunan yang reyot dengan bisingnya decitan atap yang beradu dengan angin malam, yang bisa saja merobohkan gubuk tersebut. Satu petak ruangan yang dibagi menjadi dua tempat kamar tidur dan ruang tamu yang sempit semakin terlihat memprihatinkan.

“Kak Selena, silahkan kakak tidur di kamar ini!” ucap bocah laki-laki itu.

Selena menatapnya, “Lalu kalian tidur di mana?” tanyanya, membuat bocah laki-laki itu tersenyum kecil. “Aku tidur di ruang tamu. Mungkin Leana bisa tidur dengan kakak!” ujarnya.

Selena terdiam dan mengangguk kecil, memandang bocah perempuan yang hanya terdiam dengan muka polosnya. “Leana, kau tidak keberatan jika aku tidur denganmu?” tanyanya. Pertanyaan itu sontak membuat bocah perempuan itu mengangguk.

Sesaat sebelum kesadarannya menghilang, Selena merasakan hembusan angin malam menerpa melalui celah-celah kecil dari dinding kayu, membuatnya merasa sedikit kedinginan. Perasaannya berada di sebuah rumah yang terlihat seperti gubuk biasanya berada di tengah-tengah sawah, membuatnya tidak bisa merasakan kenyamanan. Terlebih lagi, kasur yang beralaskan kain tipis dengan papan membuat tubuhnya terasa sakit.

Selena hanya bisa pasrah. Tidak mungkin baginya untuk tidur di luar, terlebih tempat ini berada di pinggir hutan dekat dengan bukit-bukit besar yang terlihat seperti pegunungan, dan ada sungai deras yang membuatnya semakin merinding. Ia membayangkan bagaimana jika memilih untuk berkemah di luar, lalu ada hewan buas yang membuatnya semakin khawatir dan takut.

“Kak Selena, kakak tidak tidur?” panggil Leana.

Selena berdehem, membalikkan tubuhnya untuk menatap bocah perempuan itu. “Aku belum ngantuk. Kalau kau ngantuk, boleh tidur duluan,” ucapnya dengan tersenyum, membuat Leana mengangguk.

“Leana mau nanya, gaun yang kakak gunakan sangat cantik, tetapi terlihat terbuka. Apa kakak tidak kedinginan?” Tanya Leana.

Selena menatap dasternya yang Leana sebut sebagai gaun. Selena tertawa kecil. Daster bunga-bunganya tampaknya menarik perhatian bocah kecil itu hingga ia terlihat ragu-ragu dan penuh dengan banyak pemikiran untuk menanyakan tentang pakaiannya.

“Kau mau? Tapi aku hanya punya pakaian ini. Tidak ada pakaian lain. Tetapi jika kau mau, aku akan memberikannya ketika aku mendapatkan pakaian yang lain nanti,” Selena menawarkan dasternya yang pernah ia beli di kehidupan nyatanya, yang dibeli dengan harga tiga puluh ribu di toko online.

“Tidak, kak! Aku hanya tertarik. Lagipula, itu terlalu besar jika aku memakainya,” jawab Leana. Selena tersenyum kecil mendengar jawaban Leana.

“Kakak tidak perlu khawatir tentang pakaian. Leana masih menyimpan pakaian milik ibu yang mungkin bisa kakak pakai!” Tutur Leana sambil tersenyum.

Come To Be HeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang