#4 Menggila

34 1 0
                                    

Gadis itu berteriak dengan keras, histeris dan penuh tekanan. Suara teriakannya yang meluncur dari bibirnya membuat burung-burung yang sedang berkicau di pepohonan terkejut dan buru-buru terbang menjauh. Suasana hatinya yang kacau, laksana seseorang yang kerasukan roh jahat, membuatnya merasa depresi dan tak terkendali.

"Mama! Tolong, Selena!" erangnya sambil menarik-narik rambutnya dengan marah dan frustasi.

Rasa cemas dan kekhawatiran yang melampau telah membuat detak jantungnya berdenyut dengan cepat seperti palu yang tak henti-hentinya memompa. Napasnya tercekat, sesak di dada, dan rasa panik yang tiba-tiba melanda hampir membuatnya merasa berada di ambang kehancuran.

Selena menyadari bahwa rasa paniknya semakin membelenggu, menyiksa dirinya hingga hampir membuatnya kehilangan kendali. Ia tahu bahwa untuk bisa melawan panik itu, ia perlu menghentikan diri dan bernafas dengan tenang.

Selena duduk terduduk, menelungkupkan kepalanya ke atas paha dan memandang langit biru yang luas. Ia meresapi keindahan dan kedamaian langit, lalu memejamkan matanya. Dalam kesenyapan dan ketenangan, ia mengambil napas dalam-dalam, mencoba menghentikan semua kecemasan yang memenuhi pikirannya.

"Bagaimana caranya aku bisa kembali?" gumam Selena dengan suara lirih. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk bisa kembali ke dunianya.

Selena menjambak rambutnya sekali lagi, mencerminkan kekacauan yang terjadi di dalam dirinya. Gadis itu benar-benar mengalami kegilaan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Kehidupannya di dunia aslinya mungkin terasa monoton dan kesepian, namun di dunia ini semua menjadi begitu gila dan tak bisa dipahami, membuatnya merasa tidak waras dan sulit berpikir jernih.

Monster, siluman, iblis-semua ini adalah hal-hal yang seharusnya hanya ada dalam cerita atau imajinasi belaka. Namun kini, mereka menjadi nyata, dan hal itu membuatnya terjebak dalam kegilaan dan kebingungan yang menghantui dirinya. Selena mulai merenung tentang kutukan macam apa yang menyebabkannya terjebak di dunia asing ini.

Dalam keheningan dan kedamaian yang tercipta di bukit tempat ia berbaring, Selena menghembuskan nafasnya dengan berat. Ia merasakan tubuhnya jatuh pada rerumputan dan menikmati panorama langit biru yang meluas di hadapannya. Semilir angin yang berlalu membuatnya sedikit tenang. Tempat ini adalah tempat di mana ia pertama kali menginjakkan kaki di dunia ini.

Tiba-tiba, tanpa dapat menahan diri lagi, Selena berteriak dengan sekuat tenaga. Ia melepaskan semua kegilaan yang ada di dalam dirinya melalui raungan yang tak terjelaskan. Mungkin dengan cara ini ia bisa melepaskan rasa takut dan ketidakpastian terhadap dunia ini, dan mungkin dari situ ia bisa menemukan jalan untuk kembali ke dunia asalnya.

Selena menghela nafas lega ketika dia teringat seseorang yang telah menolongnya. "Beruntungnya ada orang yang menyelamatkanku. Jika tidak, sudah pasti aku tidak bisa selamat!" Serunya sambil mengepalkan tangannya dan memukulkannya ke telapak tangan yang lain, seolah menirukan perasaan kehancuran yang hampir ia alami. "Aku berterima kasih padanya, meskipun aku tidak tahu siapa dia. Jika suatu saat kita bertemu lagi, aku akan mengucapkan terima kasih padanya."

Selena mulai turun dari bukit dan mendekati rumah gubuk tempat mereka tinggal sementara. Rumah itu menjadi tempat tinggal sementara bagi mereka bertiga, sebagai anak yatim piatu yang telah tinggal bersama Selena untuk beberapa hari ini.

"Kakak baik-baik saja?" tanya Leana, bocah perempuan itu terlihat khawatir.
Selena hanya menganggukkan kepala kecil sebagai jawabannya. Suaranya telah hilang setelah teriakan yang tak jelas sebelumnya, dan dia tidak punya kekuatan untuk mengeluarkan kata-kata. Tubuhnya merasa lelah dan lapar setelah menguras energinya dalam tingkahnya yang kacau.

Come To Be HeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang