#7 Mencari Master Sihir

11 0 1
                                    

Dalam keheningan, matanya yang sendu masih terpaku pada lukisan besar yang terhampar di dinding dengan nuansa emas. Lukisan itu memperlihatkan seorang perempuan yang cantik, menggendong dua bayi mungil yang terlihat lucu. Pandangannya terus menyelami masa lalu.

Berbagai kenangan indah bergulir kembali dalam ingatannya. Ia mengingat bagaimana sang kekasih, yang sangat dicintainya, memberikan nuansa indah dalam hidupnya. Mereka memiliki kehidupan yang harmonis, terutama ketika dikaruniai kedua buah hati mereka, bayi kembar yang menggemaskan. Semuanya terasa sempurna pada saat itu.

Namun, sebuah tragedi menghadang yang menghancurkan kebahagiaan mereka. Salah satu dari bayi kembar mereka diculik, mengakibatkan penderitaan dan kesedihan mendalam. Kehilangan anak mereka mempengaruhi sang kekasih dengan luka yang mendalam, dan akhirnya meninggalkannya dalam kesedihan.

Orang itu menghela nafas, merasakan kekuatan dalam genggaman tangannya. Ada janji yang harus ia penuhi untuk sang kekasih sebelum pergi, sebuah janji yang belum pernah ia tepati hingga saat ini.

“Demi cintaku padamu, Aku pasti akan menemukan Luna, Elena!” ucapnya dengan senyuman lemah, berjanji pada dirinya sendiri dan pada kekasihnya yang telah pergi.

Tak lama kemudian, seseorang tiba di belakangnya dan memanggil dengan panggilan ‘ayahanda’.

“Luke,” panggilnya kepada anaknya yang baru tiba.

Luke meyampaikan salam hormat dengan menundukkan kepala kepada ayahnya, sambil memberikan selembaran kertas dokumen yang ia bawa. Kertas itu merupakan dokumen yang dikirimkan oleh Maverick, kakak laki lakinya yang juga merupakan putra mahkota.

“Kak Maverick meminta saya untuk menyerahkan ini kepada ayahanda,” ucap Luke seraya menyerahkan kertas tersebut kepada sang ayah.

“Biar saya yang periksa, Yang Mulia,” ucap salah seorang ajudan yang menjadi tangan kanan sang kaisar, mengambil dokumen itu dan membacanya dengan teliti. “Ini adalah laporan terkait agenda yang akan kita hadapi dalam bulan ini dan persiapan untuk pertandingan sihir,” lanjutnya, menjelaskan isi dari dokumen tersebut.

Sang kaisar menganggukkan kepalanya sebagai tanda pengertian dan meminta asistennya untuk mengikutinya menuju ruang kerjanya. Ia akan membacakan ulang dokumen-dokumen pekerjaan yang belum diselesaikan, sehingga ia dapat memfokuskan pikirannya pada persiapan pertandingan sihir yang akan datang. Ia melihat pertandingan tersebut sebagai peluang untuk menemukan putrinya yang hilang, dan ia penuh harap bahwa acara tersebut bisa membawa kabar gembira dalam pencarian putrinya.

Luke melanjutkan percakapannya dengan ibundanya yang hanya ada dalam lukisan besar di dinding. Ia menatap gambar perempuan itu dengan penuh kekaguman dan rasa penasaran.

“Halo, ibunda! Bagaimana kabarmu di sana?” ucap Luke dengan sangat antusias. “Aku dan Kak Maverick dalam keadaan baik-baik saja. Tapi lihatlah, ibunda, ayahanda masih terlihat sangat galau dan sedih karena belum menemukan Luna!”

Luke terus menatap lukisan yang memperlihatkan perempuan dengan bayi kembarnya yang lucu. Ia merasa bangga melihat dirinya sendiri dalam lukisan itu.

“Dan lihatlah, ibunda! Aku juga terlihat ganteng dalam lukisan ini! Aku penasaran seberapa cantiknya saudari kembarku!” ucap Luke dengan penuh semangat, memandang lukisan dengan penuh keingintahuan.

Meskipun ibundanya hanya ada dalam lukisan, Luke merasa terhubung dengannya dengan cara unik. Ia menjalin hubungan dalam imajinasi dan percakapan mereka selalu memberinya kekuatan dan dukungan yang tidak tergantikan.

****

Ketiga orang itu terlihat sibuk mempersiapkan segala sesuatu untuk perjalanan mereka. Mereka membungkus beberapa buntelan yang berisi pakaian dan makanan sebagai persediaan selama perjalanan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Come To Be HeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang