Pendeteksi detak jantung terdengar jelas di telinga iqbaal. Iqbaal menatap dianty yang terbaring lemah di kasur rumah sakit yang empuk. Ditubuhnya penuh dengan alat-alat medis.
"Maaf. Saya menemukan ini di mobilnya." ujar pak polisi pada iqbaal dan vina.
"Oh makasih pak."
"saya permisi."
Iqbaal meletakkan ponsel dianty diatas nakas ruang inap dianty. "Kak?"
"Apa"
"Makan yuk?"
Iqbaal menghela nafasnya. "Nanti aja. Lo duluan gih."
Iqbaal terlihat kacau. Vina jadi tidak tega dengan iqbaal. Tidak lama kemudian salsha, aldi, dan kiki datang. Tidak dengan icha. "Kok bisa gini?" tanya aldi.
"Ketemu dianty dimana?" tanya salsha.
Baru datang mereka sudah melemparkan pertanyaan pada iqbaal. Iqbaal mendengus. Iqbaal tidak menjawab pertanyaan aldi dan salsha.
Aldi membisik vina. "Udah makan?" tanya aldi. Vina menggeleng lemas.
"Makan yuk?" ajak aldi.
"Gak usah kak. Aku pulang aja. Udah malem."
Hening. Tidak ada yang merespon.
"Gue anter." kata aldi tiba-tiba.
"Gak usah kak. Lagian ada kak 'salsha' disini aku gak enak." jawab vina.
"Loh kok aku?"
Salsha melempar pandangan dengan aldi. Bahu aldi merosot. "Aku permisi. Kalo kak danty udah sadar kasih tau aku ya kakak kakak semua." ujar vina.
Vina keluar ruangan. Koridor sepi. Langkahnya terseret. Seseorang menarik tangannya dari belakang ditengah koridor. "Jangan gila. Ini udah malem, gue gak mau lo kenapa-napa, vina. Balik sama kiki atau gue benci sama lo." ujar iqbaal.
Vina mengangguk seperti robot. Kiki datang dan vina pulang diantar kiki.
Suasana rumah sakit hening. Iqbaal duduk di sofa sambil memijat-mijat kepalanya. Entah kenapa kepalanya terasa pusing. Mungkin karena ia kurang tidur.
Sedari tadi salsha bersin bersin dan batuk. Wajahnya pucat. Salsha memejamkan matanya. Kepalanya tersandar di sofa. "Ini gak bagus. Al, anterin salsha pulang."
Aldi menyingkirkan ponselnya yang menghalangi wajahnya. Alisnya berubah menjadi mengkerut. "Harus banget?" tanya aldi ketus.
Salsha menarik nafas dan masih dalam posisi dan keadaan yang sama. "Lo kenapa sih al? Dulu aja lo sensitif bgt soal salsha." ujar iqbaal. Nada bicaranya dari slow menjadi naik satu oktaf. Memenuhi ruangan yang hening.
"Gak usah, baal. Gue pulang sendiri aja." salsha bangun dan beranjak. Jalannya pun sempoyongan.
"Aldi!" bentak iqbaal.
"Oke oke gue anterin." ujar aldi malas. "Shhh ganggu aja." desis aldi pelan namun terdengar di telinga iqbaal.
Entah setan apa yang memasuki aldi sehingga aldi terlihat sangat malas untuk dekat dengan salsha padahal dulu mereka berdua bagaikan prangko kemana mana selalu bersama.
Drrttt
Ponsel iqbaal bergetar. Bukan karena ada notifikasi tetapi, itu karena ponsel iqbaal yang mati. Iqbaal menghela nafasnya. Ia mengusap wajahnya kesal. Jam menunjukkan pukul 22:00. Perutnya sudah mulai meronta-ronta ingin di isi.
Drrrtttt ddddrrrrtttt
Sebuah ponsel bergetar hebat. Kening iqbaal mengkerut. Itu handphone nya dianty. Iqbaal mendekat kearah nakas yang disebelah kasur dianty. Sebuah nama tertera disana. 'Bunda'. "Angkat gak ya?" gumam iqbaal.
'Hallo sayang, kamu kok bunda telfon gak diangkat-angkat sih? Kamu dimana? Udah malem kok belum pulang? Udah makan belum? Bunda masakin buat kamu nih.'
Mendengar suara ibunya dianty dari telfon iqbaal membekap mulutnya sendiri. Perasaan sedih muncul di hati kecilnya.
'Sayang kok kamu diem aja? Kamu baik-baik aja kan?'
Iqbaal menarik nafasnya dalam-dalam. Ia harus tenang dalam menyampaikan berita ini pada ibunya dianty.
"Tante. Ini iqbaal. Ingat kan?" ujar iqbaal.
'Eh? Nak iqbaal. Kok handphone dianty sama kamu? Oh kamu udah ketemu dia ya?'
"Udah tante, udah. Gini tante, sebelumnya aku minta maaf banget sama tante baru bisa kasih tau sekarang. Dianty....dianty masuk rumah sakit. Dia kecelakaan."
'Astagfirullah! Dirumah sakit mana sekarang?'
"Rs yang deket hotel baria tante. Aku gak tau ini nama rumah sakitnya."
Tuttt....tuttt....
Telfon terputus. Iqbaal menghela nafasnya. Iseng, iqbaal membuka LINE di handphone dianty. Hanya berisikan akun official fanbase dari one direction dan justin bieber. Iqbaal mengscroll down chat di LINE dianty.
Iqbaal mengepalkan tangannya. Ia melihat sesuatu. Iqbaal meletakkan kembali handphone dianty di nakas. Iqbaal marah. Marah pada dirinya sendiri. Iqbaal menyesal. Iqbaal menggenggam tangan dianty. "Aku minta maaf sama kamu, dant."
------------------------------------------------------------
Hai. Maaf ya pendek wkwkwkVote dan komennya yaa
