"AAAAAAA SIALAN." Teriak nya frustasi.
Bibir nya ngedumel kesal ketika mengingat tubuh siapa yang sedang ia rasuki.
Rheo de Bleir.
Seorang tokoh novel yang mati dibunuh adik kandung nya sendiri.
Rheo adalah anak pertama dari 4 bersaudara. Ia memiliki sifat yang dingin dan irit bicara kepada siapapun bahkan kepada keluarga nya sendiri.
Hal itulah yang membuat para adik nya salah paham sehingga membuat adik bungsu nya sang antagonis membunuh Rheo dengan tangan nya sendiri.
Dan yang paling gila adalah ketika di acara pemakaman para adik nya justru saling tersenyum satu sama lain.
Theo tak habis pikir dengan keluarga nya satu ini.
Bahkan orang tua nya hanya menutup mata mereka seakan tidak mengetahui kebenaran dari kematian anak sulung mereka.
Bibir Theo terangkat membentuk senyuman miris. Padahal Theo tau Rheo itu Abang yang menyayangi semua adik nya dengan cara nya sendiri.
Rheo adalah seorang pengusaha muda yang memiliki musuh dimana mana. Alasan ia bersikap dingin kepada para adik nya adalah karena ia tidak ingin adik nya menjadi target para musuh nya.
Bahkan Rheo sendiri mengirimkan bodyguard secara diam-diam kepada adik nya. Bodyguard yang dipilih tentu saja bukan yang lemah, dan mereka diutus untuk menjaga para adik nya dari jauh.
Theo menghela nafas lelah.
Ia mati secara konyol dan sekarang memiliki takdir yang mengenaskan?
Dalam hati nya ia tidak pernah berhenti mengutuk orang yang membuang kulit pisang sembarangan.
Hah, andai saja waktu itu ia berhati-hati ketika berjalan mungkin saat ini ia sedang duduk di kosan nya.
Nama mereka hampir sama yang beda adalah huruf di awal. Jika nama diri nya yang asli adalah Theo maka nama nya saat ini adalah Rheo.
Ia memandang ke arah cermin yang berada di kamar nya.
Kamar nya luas dan mewah berbanding balik dengan kamar yang berada di kosan nya.
Di pantulan cermin dapat Theo lihat wajah Rheo yang tampan dan lumayan manis. Sangat tidak cocok dengan sifat nya yang datar, mungkin jika ia tersenyum dapat membuat semua orang mimisan melihat nya.
Rambut berwarna lavender dan mata yang berwarna biru laut yang indah.
Tok
Tok
Suara ketukan pintu mengalihkan pandangan nya yang ke arah cermin.
"Tuan muda, sarapan sudah siap." Ucap maid yang sempat ia usir tadi.
Theo hanya menggangukan kepala nya lalu pergi menuju ruang makan dengan gugup.
~~~
[Panggilan Theo diganti ke Rheo]."Selamat pagi." Sapa Rheo ramah bahkan ia sekarang sedang tersenyum manis ke arah keluarga nya yang sedang berkumpul di meja makan.
Semua pandangan pun tertuju kepada Rheo yang sedang berdiri di dekat tangga.
Mendengar sapaan dan senyuman Rheo membuat mereka menjadi tidak percaya.
"Apa kau kerasukan?"
Rheo menatap malas orang yang menanyakan hal itu.
"Iya, kenapa hah? Mau ikut kerasukan?" Tanya nya julid.
Sungguh yang memasuki raga Theo adalah Theo, orang yang memiliki sifat tidak bisa diam dan pandai mencibir sifat orang.
Byurr..
Siraman air tiba tiba datang membasahi baju Rheo.
"Sialan, kakak kesurupan." Ujar salah satu adik kesal.
"Cih, menyusahkan pulang dari kantor bukan nya bawa oleh oleh malah bawa setan," ujar pedas sang adik yang Rheo yakini adalah adik bungsu nya.
Bibir Rheo mulai tersenyum kesal mendengar ucapan adik bungsu nya, Gheo.
Saking kesal nya Rheo ingin melemparkan gas tabung yang berada di samping nya. Namun, mengingat yang mengucapkan adalah adik yang akan membunuh nya maka Rheo akan memendam perasaan kesal nya.
"Sudahlah, ganti baju sana nanti makan malam akan di antarkan ke kamar mu."
Mendengar ucapan pria paruh baya itu Rheo semakin kesal.
'apa dia mengusir ku?'
Pria paruh baya itu melihat reaksi julid Rheo yang sangat lucu di mata nya. Seakan mengerti ekspresi anak sulung nya pria yang merupakan ayah kandung Rheo pun berkata.
"Sudahi pikiran negative mu, ayah mengatakan itu karena tidak ingin kamu sakit."
"Ayah cenayang ya?"
"Bukan."
"Masa? Bohong ya?"
"Hmm"
"Dih tadi aja bacot nya panjang, kok sekarang jadi sok cool?"
Mendengar Rheo yang mengucapkan kata 'bacot' sontak saja mereka pun serentak menatap ke arah nya.
Rheo yang ditatap menampilkan ekspresi bingung nya. 'salah gw apa?'
"Kakak tadi bilang apa?"
"Bilang apa gw tadi?"
"Tadi kakak bilang bacot loh!"
"Terus masalah nya apa?"
"Ish, gaboleh" tekan sang adik dengan tegas.
Rheo yang mendengar nya hanya melongo, "Apa kamu beneran Chris?" Tanya nya heran.
Chris hanya menatap heran kakak sulung nya. "Apa kau sekarang pikun?"
Ckk..
Rheo menatap malas Chris.
Dia bingung sekarang, harus nya tokoh Chris adalah adik yang pemalu dan sering mencari perhatian nya, tapi sekarang? Mengapa sifat nya berbeda?
"Ckk, sudahi drama sialan kalian itu, sekarang kapan kita makan?" Tanya Gheo adik kembar Rheo.
Rheo hanya menampilkan cengiran lucu nya lalu pergi menuju kamar nya sesuai perintah Adrick, ayah nya.
Melihat punggung Rheo yang menghilang dari pandangan mereka.
Keluarga De Bleir langsung menatap nya dengar berbagai tatapan yang sulit diartikan.
~~~
"Ugh, sialan kenapa isi novel nya berubah?" Frustasi Rheo ketika mengingat sifat Chris.Dan setau nya juga Gheo bukanlah adik kembar nya, apa dia melewatkan sesuatu? Tapi seperti nya tidak.
Novel ini sudah dibaca berulang kali, bahkan mungkin sudah 10 kali Rheo dulu membaca nya.
"Huh, tidak apa apa soal sifat berubah asalkan akhir hidup ku harus bahagia!!" Tekad Gheo dengan semangat.
Tangan nya mengepal ke atas sebagai bentuk dari semangat nya.
"Sudahlah lebih baik aku tidur dulu sebelum menghadapi hidup yang membagongkan ini."
"Tapi aku belum makan sih, kalau mereka marah aku ga makan gimana?"
"Bodo amatlah" ucap nya pelan lalu mulai memejamkan mata indah nya.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
change the future.
Novela Juvenil[Transmigrasi Boy] Theo kira setelah ia mati maka ia akan tenang di surga, Tapi nyata nya ia malah memasuki novel dan menjadi Figuran yang akan mati di bunuh adik nya sendiri. "Gak papa lah ya~ yang penting ni orang kaya raya dah, gak papa sumpah...