Pagi ini Rheo sedang bersantai ria di taman kota.
Awal nya sang kembaran, Gheo ingin ikut, namun Rheo menolak nya.
Ia tidak akan membiarkan siapa pun mengganggu me time diri nya.
Semenjak kejadian kemarin, Gheo selalu mengekori Rheo bak anak ayam ke induk nya.
Helaan nafas lelah mulai terdengar dari bibir pink Rheo. Sudah seminggu ia di dunia ini namun rasa nya ia ingin menyerah saja.
Apalagi jika mengingat bisnis yang dikerjakan Rheo asli. Diri nya lelah menghadapi para penjilat dan adik nya yang sampai saat ini belum dapat ia jinakkan.
"Apa gw bunuh diri aja ya?" Gumam nya pelan kala melihat burung yang jatuh ke tanah.
Seperti baru sadar akan ucapan nya Rheo langsung menggelengkan kepala nya brutal. "Gak jadi deh, takut nya meninggoy beneran."
Ia pun berjalan jalan guna menghilangkan rasa bosan. Di saat ia membeli eskrim ia melihat seorang anak dengan pakaian lusuh menatap eskrim nya dengan tatapan berbinar.
"Eum.. kamu mau?" Ujar nya pelan sembari menunjukan eskrim yang kebetulan ia beli dua.
Mendengar ucapan pemuda di samping nya anak itu pun menggangukan kepala nya semangat. "Boleh?" Tanya anak itu pelan sembari memegang celana Rheo erat.
Rheo terkekeh gemas melihat nya. Tangan nya langsung dengan sigap memberikan eskrim yang sudah mulai mencair. "Ini, ambillah."
Melihat anak kecil disamping nya bahagia Rheo pun tersenyum senang. "Nama kamu siapa?"
"Farrel."
Deg..
Rheo langsung tertegun mendengar jawaban anak disamping nya. Nama nya sangat mirip dengan adik kesayangan nya di kehidupan yang lalu.
"Em.. kalau boleh tau Farrel tinggal dimana?" Tanya Rheo dengan hati-hati.
Mendengar pertanyaan Rheo kepala Farrel pun tertunduk kebawah dengan mata yang berkaca-kaca.
"O-orang tua Farrel udah di langit," jawab Farrel pelan lalu melihat ke arah Rheo dengan tatapan sayu.
Rheo yang melihat nya merasa iba dengan anak disamping nya. "Maafkan aku."
"Tidak apa kak, oh ya terimakasih eskrim nya."
Entah kenapa dekat dengan Farrel membuat rasa rindu nya dengan seseorang perlahan menghilang.
"Apa kamu mau jadi anakku?" Ungkap Rheo tanpa sadar.
Anak itu tersentak mendengar penuturan pria muda di dekat nya. "Eum.. maaf?"
Rheo yang mendengar nya linglung sedikit lalu mulai mengerjakan mata nya pelan.
"Ah, maaf maksut ku maukah kamu menjadi adik ku?" Tanya nya ulang.
Farrel menatap manik biru indah Rheo dengan tajam, ia ingin memastikan sesuatu di bola mata indah itu namun yang bisa ia lihat hanyalah rasa ketulusan dan keinginan yang mendalam.
"Maaf, aku akan memikirkan nya sebentar lalu menjawab nya lain hari."
Mendengar itu Rheo sempat menyernyit heran mendengar kata sebentar namun dijawab nya lain hari?
Rheo akhir nya tetap menganggukan kepala nya dengan kaku sebagai jawaban dari pertanyaan Farrel.
Farrel diam-diam tersenyum tipis melihat pria muda di samping nya yang terlihat sedikit lucu.
"Ekhem, maaf kalau begitu sampai jumpa nanti." Pamit Rheo dengan mengasih nomer handphone nya ke Farrel.
Tangan Farrel langsung mengambil kertas yang diberikan Rheo. Mata nya tak henti memandang punggung Rheo yang perlahan menghilang dari netra mata nya.
Ia memandang kertas di tangan nya dengan seringai kecil.
~~~~
Cklek..
Pintu mansion Rheo buka dengan pelan. Ia enggan mengganggu para penghuni mansion jika pintu dibuka dengan kasar.
Kaki nya melangkah menuju kamar nya yang berada di lantai atas.
"Dari mana?"
Rheo sempat terlonjak kaget mendengar suara yang tiba-tiba muncul dari belakang.
Dengan patah-patah Rheo mendongakkan kepala nya kebelakang.
Mata nya melihat Gheo yang sekarang menatap nya tajam, "Dari mana?" Tanya nya ulang.
Rheo hanya menggaruk rambut nya yang tak gatal sembari cengengesan lucu.
"Dari luar, kenapa emang nya? Kamu kangen kakak?" Rheo menjawab sembari menambah bubuk candaan di dalam perkataan nya.
Namun, tak Rheo sangka justru adik kembar nya menganggukan kepala nya. Bahkan saat ini Gheo sedang berjalan lalu memeluk tubuh Rheo erat.
"Iya, Gheo kangen Lo kak," Ujar nya pelan.
Rheo tak membalas pelukan mengejutkan yang Gheo berikan. Pemuda berjas kantor itu hanya dapat diam mematung ketika melihat adik kembar nya dalam mode manja.
"Kenapa kau tak membalas pelukan ku?" Tanya nya kesal. Gheo mengambil tangan Rheo supaya membalas pelukan hangat diri nya.
Bibir Rheo sedikit terangkat melihat adik nya yang selama ini dingin ternyata memiliki sifat yang diluar prediksi diri nya.
Walau sedikit heran Rheo tetap tersenyum canggung dengan membalas pelukan Gheo dengan erat.
Keadaan hening seketika.
Kepala Gheo tetap tertanam di leher Rheo yang sekarang hanya diam tak berkutik sedikit pun.
Rheo tersenyum senang ketika melihat tinggi adik nya ternyata tetap lebih pendek dibanding dirinya.
Ya.. walau hanya sedikit sih.
"Kak, apa kau tau kesalahan mu?"
Awal nya Rheo bingung tapi ia baru menyadari jika ia pulang telat hari ini.
"Ya," Jawab nya singkat.
Gheo tersenyum kecil mendengar nya.
"Karena itu sebagai hukuman malam ini kakak harus menemani ku tidur." Ujar nya senang dengan menggendong tubuh Rheo yang sedikit lebih tinggi dari nya.
Rheo berteriak kesal ketika Gheo menggendong tubuh nya.
Hey, yang benar saja! Tubuh ia kan lebih tinggi dari nya kenapa adik nya ini justru dengan mudah menggendong tubuh nya sih?!
"Diamlah kak. Jika kau terus memberontak akan ku tambah hukuman mu." Geram Gheo dengan dingin ketika melihat Rheo terus memukul diri nya.
Akhir nya Rheo pun pasrah ketika Gheo membawa nya ke kamar milik nya. Sudahlah, lagi pula sudah lama bukan ia tak menemani adik nya ini tidur?
Jika dari ingatan Rheo asli mungkin terakhir kali itu ketika umur nya lima tahun dan itupun harus melalui beberapa drama yang menurut nya aneh.
~~~~'''~~~~'''''''
KAMU SEDANG MEMBACA
change the future.
Novela Juvenil[Transmigrasi Boy] Theo kira setelah ia mati maka ia akan tenang di surga, Tapi nyata nya ia malah memasuki novel dan menjadi Figuran yang akan mati di bunuh adik nya sendiri. "Gak papa lah ya~ yang penting ni orang kaya raya dah, gak papa sumpah...