3. Perpecahan Pengantin

15 2 0
                                    

Calesta telah kembali kedalam ruang khusus pengantin wanita. Disana kali ini dia tak sendiri, Xiaolu telah duduk di depannya. Sedangkan Jiaxu tidak diperbolehkan masuk. Sudah hampir setengah jam Xiaolu hanya terdiam sambil menundukkan kepalanya. Bahkan calesta tidak berani untuk bergerak dan hanya berdiri disana.

"..." Suara isak tangis tiba-tiba terdengar.

"Calesta...!" Ucap Xiaolu keras, tangisnya kembali pecah. Suara rengekan nya bahkan sampai terdengar keluar.

Jiaxu hanya bisa membungkuk pasrah diluar ruangan. Lelaki itu sampai melepaskan kacamata nya. Jiaxu kalang kabut dengan pilihannya ini. Bahkan dia tidak tau perasaan mana yang harus ia fikirkan. Kenangan Jiaxu mulai terlintas mengingat awal mula hubungan nya dengan Xiaolu.

Tepatnya tujuh tahun yang lalu, waktu itu Jiaxu yang sedang menunggu diruang perawatan yang terpisah. Dia mengalami patah tulang kaki karena berniat bunuh diri. Untung saja Tim penyelamat berhasil menyelamatkan nyawa nya. Lelaki itu termenung dalam waktu yang lama setelah di obati, seseorang di pindahkan ke sebelah nya. Terdapat gorden yang membatasi mereka.

"..." Terdengar suara langkah kaki masuk.

"Tunggu sebentar disini, aku akan memanggil seorang suster" ucap seorang wanita.

Jiaxu sadar ada orang disebelahnya tapi ia tak menghiraukan nya. Lalu beberapa saat wanita itu memulai pembicaraan.

"Pst... Pst... Aku bosan temani aku berbicara" ucap seorang wanita di balik gorden. Ia bisa melihat siluetnya, dia seorang gadis berambut panjang. Rambutnya terurai sepinggang, gadis itu terlihat duduk sambil menghadap ke gorden.

"Kenapa kau bisa masuk rumah sakit?" Tanya wanita itu lagi.

"..." Lelaki itu diam tak menjawab, tak lama ia yang kesal terlihat memilih untuk ikut berbaring.

"Aku berusaha bunuh diri" jawab lelaki itu. Bersamaan dengan suara bungkus makanan yang terbuka.

"Apakah kau mau coklat? Tolong jangan menolaknya,"

"..." Jiaxu menatap potongan cokelat yang masih terbungkus itu. Tangan gadis itu terlihat kecil dengan cincin bergambar kodok di jari manisnya.

"Aku sudah sekuat tenaga menahan untuk tidak menghabiskan nya dan berusaha jadi baik untuk berbagi ya!" Ucap gadis itu, Jiaxu tersenyum dan mengucapkan terimakasih.

"Terimakasih"

Keheningan kembali datang, sebenarnya jiaxu tau wanita di sampingnya berniat untuk berbincang dengannya. Tapi jiaxu merasa bahwa dia tidak ingin diganggu, dan hanya menanggapi perkataan gadis itu dengan keheningan.

Gadis itu perlahan berjalan di balik gorden putih itu. Siluetnya menampilkan sosok wanita yang masih mengenakan pakaian SMA. Dia berhenti di depan jendela, ternyata dia hanya berniat melihat ke arah luar jendela.

"Kak, apakah kau berusaha bunuh diri karena dunia ini kejam?" Ucap gadis itu, suara lembut bersamaan dengan desir nya angin.

Cahaya matahari masuk menyinari wajahnya dibalik gorden putih. Jiaxu tak merespon nya dan hanya menatap gadis itu dari balik gorden. Rambutnya helai demi helai tertiup angin.

"Seseorang pernah berkata kepada ku, bahwa dunia itu tidak kejam."

"Melainkan manusia lah yang kejam, tapi kebahagiaan itu datang dari dalam diri."

"Dunia sangat baik, jika ada yang salah maka manusia menyalahkan dunia, jika ada yang sedih dan kesal juga begitu."

Jiaxu mendengarkan wanita itu, rasanya hangat seperti ada yang memeluk nya. Hanya dari perkataan gadis misterius dari balik gorden.

"Tapi apakah kau tau, dunia sama sekali tak pernah menyangkal mereka. Dunia mendengarkan segala keluh kesah kita, dan tetap memberikan pemandangan indah untuk kita nikmati."

Jiaxu tersenyum mendengarnya dan berusaha untuk melihat ke arah luar gorden. Lelaki itu terdiam beberapa saat sambil memejamkan matanya. Karena terhanyut dalam kehangatan wanita misterius itu. Bahkan jiaxu sampai tak melihat kapan gadis itu sudah keluar kamar. Jiaxu yang kakinya masih di gips segera mencari tongkat.

Lelaki itu membuka gorden, dan menemukan sebuah papan nama kecil bertuliskan Zhang Lousi. Jiaxu berniat mencari sosok wanita di balik papan nama tersebut. Lelaki itu lantas keluar kamar dan bertanya pada resepsionis.

Seorang wanita dengan rambut terikat melewati jiaxu, dan meneriakkan nama seseorang. Calesta yang terkesima dengan wajah Jiaxu tak bisa memalingkan mata ketika berpapasan dengan jiaxu.

"Xiaolu!"

Calesta yang masih berumur 18 tahun, bertemu dengan jiaxu untuk pertama kalinya. Saat Itu juga menjadi pertemuan pertama jiaxu dengan pacar kecil nya itu. Calesta tersenyum setelah melihat jiaxu dan memberikan kode kepada Xiaolu.

Dia sangat tampan

Sepertinya Xiaolu mengerti dan ikut menengok ke arah sosok lelaki itu. Xiaolu tersenyum hangat kepada Jiaxu. Siapa sangka jiaxu mengejar kedua gadis itu sampai ke depan rumah sakit. Jiaxu untuk pertama kalinya merasakan kehangatan dari mulut wanita itu setelah sekian lama. Setelah beberapa hari, jiaxu memberikan tanda nama itu kepada Xiaolu mungkin sejak saat itu jiaxu mulai mendekati Xiaolu.

Kembali ke adegan pernikahan, mereka bertiga sudah berada di dalam satu ruangan. Calesta yang kesal meneguk langsung dari botol champagne itu. Setelah hampir setengah botol, calesta menyiram Xiaolu dengan champagne nya.

"Calesta, tenang" ucap jaixu menahan calesta.

Gadis itu langsung mendorong jiaxu dan lanjut memaki sahabat nya Xiaolu. Xiaolu masih menangis dan menangis tanpa mengucapkan sepatah katapun.

"Jiaxu diam! kau yang harus nya sadar Xiaolu. Lelaki berengsek ini yang membuatmu tak berhenti menangis dari tadi, untuk apa kau tangisi?" Ucap calesta yang sudah sangat muak dengan semua situasi ini.

Keadaan sudah sangat kacau, calesta mengamuk. Xiaolu hanya bersembunyi dibalik pelukan jiaxu. Calesta akhirnya membanting botol champagne miliknya. Lalu pergi dari sana, dengan wajahnya yang agak merah.

Kita liat sampai mana kau akan bertahan, jiaxu bodoh

Kembali ke setengah jam yang lalu, calesta yang sudah kebingungan akhirnya memutar otak. Calesta menyusun rencana agar Jiaxu tidak datang ke acara pernikahan. Kakeknya mau sampai kapanpun tidak akan pernah mau membatalkan pernikahan ini. Calesta juga mengerti bahwa percuma saja dia berusaha kabur, kakek nya punya seribu cara untuk menahan nya. Tapi jika Jiaxu yang kabur, apakah kakeknya akan menahan lelaki itu?

"Xiaolu, dengarkan aku baik-baik. Apapun yang terjadi jangan bicara apapun atau melawan" bisik calesta kepada Xiaolu.

Xiaolu berhenti menangis dan mendengarkan calesta baik baik. Calesta menjelaskan bahwa Xiaolu harus menahan Jiaxu dengan tangisannya. Dengan begitu pernikahan ini tidak akan pernah terjadi.

"Lalu, bagaimana dengan mu? Apakah kau tidak akan terseret dalam masalah?" Ucap Xiaolu.

Calesta tersenyum dan memeluk Xiaolu, "aku ini calesta, siapa yang berani melawan ku?" Ucap calesta percaya diri.

Dia sudah bersiap untuk masuk kedalam ruangan pernikahan. Tante nya kylin menghampirinya dengan dua gelas champagne. Gadis itu langsung merebut gelas satu nya, sambil meneguk cepat. Terlihat sangat tegang dan menguatkan batin.

"Bukankah kau tak mau menikah dengan bocah tengik itu, kenapa kau terlihat sangat bersemangat?" Tanya  Kylin.

"Dipersilahkan kepada pengantin pria masuk kedalam mimbar" ucap mc di dalam sana. Dengan percaya diri calesta membuka pintu itu, dan semua mata tertuju kepadanya. Tante calesta yang masih berada disampingnya sampai tersedak karena tingkah gila calesta.

Unexpected Love: the Husband I Never WantedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang