Ada sejuta doa yang mengangkasa untuk orang-orang yang dicinta, berharap mereka senantiasa terjaga dalam perlidungan-Nya.
—Lintas Rasa by IraKarrella
.
.
..
-Happy Reading❄️
***
Hari di mana Haikal dan Aziz akan berangkat ke luar kota tiba hari ini. Bahkan, kemarin Haikal pun sudah mendapat cuti dari rumah sakit untuk perjalanan yang memakan waktu kurang lebih satu Minggu itu.
Sejujurnya, Haikal merasa berat untuk meninggalkan Syra. Apalagi, besok mertuanya yaitu Farhan, direncanakan akan kembali ke rumah. Tentu saja ia ingin menemani Syra untuk mengantarnya juga.
Di tengah lamunan, pendengaran Haikal menangkap suara langkah kaki dari belakang. Tanpa ragu, ia langsung menoleh dan mendapati Syra yang tengah berdiri di sana. Istrinya itu ternyata masih kucing-kucingan.
Ya, semenjak kejadian itu, lebih tepatnya kemarin malam, Syra lebih banyak diam dan terkesan menghindarinya. Akan tetapi bukan justru kesal, hal itu malah membuat Haikal gemas.
"Syra, Papa udah tunggu di bawah, ya?" tanyanya seraya tersenyum. Syra mengangguk masih dengan posisi sama; menunduk dan meremas jari.
Haikal terkekeh sesaat, lalu melangkah mendekat pada istri cantiknya, membuat raut wajah Syra berubah seketika.
"Kenapa, hm? Kok kayak menghindar. Ini hari terakhir aku di rumah loh, Ra," ucap Haikal setelah berdekatan. Istrinya menggeleng.
"Aku nggak menghindar, Kak. Cuma..." Syra memberi jeda untuk beralih meremas ujung khimar, sebelum mendongak menatap penuh wajah Haikal. "Malu sedikit."
Haikal geleng-geleng kepala mendengarnya. Tanpa aba-aba, ia kemudian mendekap tubuh sang istri. Syra tidak menolak, justru mencoba nyaman dalam posisi ini.
"Yaudah. Maaf, ya?"
"Kenapa?" tanya Syra bingung, sedikit mendongak juga untuk menatap wajah Haikal yang lebih tinggi darinya.
Haikal menghela sejenak. "Maaf untuk kejadian tiba-tiba itu. Aku jadi merasa bersalah."
Syra menggeleng pelan. "Kakak jangan bilang gitu, ya? Bukan salah siapa-siapa. Lagi pula, itu memang kewajiban Syra, kan?" ucapnya mencoba menenangkan stigma buruk di pikiran Haikal. "Maaf juga, karena sikap Syra jadi ngebuat Kakak merasa bersalah. Maaf udah terkesan menghindar."
"Nggak kok, Ra. Tapi—"
"Iya, nggak apa-apa. Jangan bahas lagi, Kak." Syra tertawa kemudian. Merasa dia mengikuti Haikal yang juga senang menyela ucapannya, mengeluarkan kalimat yang sama.
Haikal menghela. "Oke baiklah, ngalah." Ia sedikit mengangkat tangan guna melihat jam. "Sebentar lagi berangkat. Nggak apa-apa, ya, kalau begini dulu? Kamu hangat, Ra. Aku suka," lanjutnya setelah beralih lagi pada kepala Syra.
"Iya, Kak." Syra menjawab seadanya. Tentu, pikirannya berputar pada kalimat terakhir Haikal. Ya, antara 'berangkat' dan 'aku suka, kamu hangat'. Senang dan sedih lagi di saat yang bersamaan.
![](https://img.wattpad.com/cover/246515377-288-k255723.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lintas Rasa
روحانياتKita terjebak dalam zona waktu yang salah. Ketika aku menginginkanmu, kamu justru menginginkan dia, seakan kita adalah dua orang yang sama-sama egois perihal rasa. Hingga, aku memilih mengalah dengan mengubur dalam-dalam dan membiarkan rasa itu mati...