Terus suport LIKU
Voth, Comen, Share, and Follow!Spam Spam spam!
JANGAN SIDER YA!
Happy Reading ❤️
"Still hurt but thats okay"
~Sorry- Pamungkas 🎶
Galen menggeliat, tangannya meraba kasur di sampingnya yang terasa kosong dengan mata terpejam. Perlahan dia membuka mata, menatap sekeliling saat tidak mendapati Meisya di sampingnya. Pria itu merubah posisinya menjadi duduk, melirik jam digital di atas nakas. Jam setengah enam, tumben sekali Meisya sudah bangun.
"Mei!" panggil Galen.
"Meisya!"
Hening, tidak ada jawaban.
Galen beranjak berjalan mencari keberadaan istrinya.
"Meisya!" Galem membuka pintu kamar mandi, tidak ada siapa-siapa. Kembali menutup pintu, ketika hendak ke lantai bawah matanya tidak sengaja melihat sebuah map cokelat di atas meja rias Meisya. Dia mengambil map itu dan melihat isinya, tubuhnya menegang sempurna membaca kertas yang ada di dalam map. Surat pernyataan cerai yang sudah ditandatangani Meisya. Galen terdiam, matanya terpaku pada kertas itu. Dia langsung mengambil ponsel medial kontak Meisya.
Panggilan pertama tidak dijawab, panggilan kedua juga. Galen tidak menyerah hingga panggilan ke tujuh panggilan itu akhirnya diangkat.
"Dimana kamu?" tanya Galen tanpa basa-basi. "Apa maksud kamu ini?"
"Udah jelas Galen, kau ingin cerai," jawab perempuan disebrang sana, suaranya terdengar serak seperti habis menangis.
"Kamu nggak bisa kaya gini Mei!" Galen menaikkan suaranya satu oktaf.
"Kenapa nggak bisa? Bukannya ini yang kamu mau?"
Galen diam, satu tangannya meremas map itu penuh emosi.
"Akhirnya kamu bebas dari jalang ini," lirih Meisya.
Rahang Galen semakin mengeras mendengar itu.
"Wanita murahan seperti aku nggak pantas bersanding sama pria baik-baik seperti kamu. Aku akan pergi, perceraian kita akan diurus sama pengacara aku. Untuk calon anak aku yang memilih pergi lebih dulu itu takdir bukan salah kamu, aku harap kamu nggak nyalahin diri kamu sendiri. Setelah ini tolong kembali bahagia ya, jangan cari aku."
Sambungan terputus, Galen melempar bulatan kertas ditangannya. "BERENGSEK!"
Napas Galen tersenggal, dia duduk di tepi ranjang, mengusap wajahnya frustasi. Perasaannya campur aduk. Dia tidak tau apa yang dia rasakan saat ini, yang jelas sesak dan terasa kosong.
Setelah melewati masa pendarahan Meisya yang kedua, Galen sadar apa yang dia lakukan selama ini sangat menyakiti wanita itu. Dia berusaha bersikap baik satu bulan ini, dia menikmati hari-hari tanpa bersitegang dengan istrinya. Tapi kenapa Meisya lebih memilih bercerai dengannya? Galen mulai menyayangi istrinya. Kali ini dia kembali merasa kehilangan.
Mata Galen berkaca-kaca, dia beranjak menuju kamar mandi. Menyiram kepalanya dengan air dingin.
"SHIT!" umpat Galen keras seraya meninju tembok kamar mandi.
Sedangkan di sebuah Mansion mewah di salah satu kamar seorang perempuan tengah berdiri tersenyum lebar menatap pantulan dirinya di cermin. Perempuan itu menunduk, menggerakkan jari-jari kakinya yang sudah tidak terasa kebas lagi. Dua minggu setelah pertengkaran pertama dengan suaminya, Shana semakin rutin melakukan terapi dan berlatih jalan tanpa sepengetahuan Zelvin. Dan tadi pagi dia benar-benar bisa melangkah tanpa tumpuan apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIKU (Hiatus)
General Fiction-Kita dan Lika-Liku Kehidupan- SEQUEL LUKA (Disarankan baca LUKA terlebih dahulu sebelum baca LIKU) Seperti hujan, rintiknya setetes demi setetes pasti berhenti. Sedih kemarin dan tangis hari itu. Semesta berkata, bukan waktunya menyerah. Pada akhi...