-Kita dan Lika-Liku Kehidupan-
SEQUEL LUKA
(Disarankan baca LUKA terlebih dahulu sebelum baca LIKU)
Seperti hujan, rintiknya setetes demi setetes pasti berhenti. Sedih kemarin dan tangis hari itu. Semesta berkata, bukan waktunya menyerah. Pada akhi...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Brianna berjalan menuju ruangan Zelvin, menenteng tas branded yang semalam diberikan pria itu. Wajahnya kentara kalau wanita itu dalam keadaan hati yang sangat baik. Namun tidak lama ekspresinya berubah masam mendengar Zelvin sedang tidak ada di kantor. Dengan tidak mood dia memutuskan ke ruangan Dave.
"Tumben ke kantor?" tanya Dave heran. Tidak biasanya Brianna ke kantor kalau tidak ada hal penting. Brianna bukan wanita pengangguran, dia seorang designer sekaligus Model yang namanya sudah sampai kancaah luar negeri. Dia wanita sibuk, tidak ada dalam kamus hidupnya buang-bunga waktu.
"Aku baru selesai pemotretan. Kebetulan nggak jauh dari sini, jadi aku mampir sekaligus mau ajak kalian makan siang. Tapi katanya Zelvin lagi nggak ada di kantor." jawab Brianna sembari melepaskan blazer yang dia pakai.
"Zelvin kan lagi ke luar kota," ujar Dave.
"Kemana?"
"Solo."
Anna mengernyitkan dahi. "Lagi? Proyek yang dia sana bukannya nggak ada masalah? Sebenarnya ada apa di sana?"
Dave mengangkat sebelah alisnya. "Kamu belum tau? Zelvin belum cerita sama kamu?"
Anna semakin bingung. "Cerita apa?"
"Zelvin udah ketemu sama perempuan yang dia cari-cari selama ini, perempuan itu ada di Solo dan udah hampir 3 bulan mereka dekat," jelas Dave.
"Really?" ekspresi Anna terkejut, tidak percaya dengan penuturan Dave.
Dave mengangguk.
"Jadi kemari yang menelfon Zelvin perempuan itu?" gumam Anna. Dave menatapnya tidak mengerti. "Kemarin ada yang menelfon Zelvin dan pria itu menjawabnya seperti ABG sedang kasmaran," jelasnya.
Dave tertawa. "Aku udah melihatnya hampir 3 bualan ini."
Kemudian keduanya memutuskan makan siang di luar. Sepanjang perjalanan Dave terus berbicara tidak menyadari perubahan wajah Anna yang sangat masam. Wanita itu lebih banyak diam tidak seperti biasanya.
