Confession (1)

107 10 0
                                    

Ini adalah hari minggu, hari dimana Shouto bisa bersantai minum jahe susu didalam kotatsu jumbo diruang keluarga bersama para gadis yang mengelilinginya. Ada Maki, Nobara, Mimiko, Nanako dan Shoko yang tengah menikmati cuti yang sangat jarang dokter sibuk itu dapatkan.

Ini adalah kegiatan yang rutin mereka lakukan setiap kali mendapat kesempatan bersama dan kebetulan semua anak Shouto tengah mengunjungi kediaman klan Gojou bersama Satoru untuk beberapa agenda turun temurun yang tak bisa dihadiri olehnya karena dia bukanlah keturunan Gojou. Sementara itu Suguru tergeletak dikamarnya dengan ensiklopedia unik berwarna yang menjelaskan jenis jenis tumbuhan paling beracun didunia.

Para gadis selain Shoko menatap Shouto yang tenang, mereka selalu memiliki pemikiran serupa 'Bagaimana bisa Shouto-san menikah dengan bajingan itu?!'. Mau tak mau mereka menanyakan hal tersebut mengingat sifat Satoru yang kebanyakan sampah, keduanya bagai langit dan selokan kau tau? Mereka diam diam sepakat bahwa 'Shouto-san terlalu berharga bagi orang itu!'.

"Shouto-san,siapa diantara kalian yang menembak lebih dulu?" Nobara tanpa basa basi langsung berusaha mengulik misteri kisah asmara dua insan bertolak belakang ini sementara gadis lainnya menatap bangga Nobara. Shouto terdiam sejenak sebelum memutuskan untuk menjawab, toh bukannya semua orang dewasa tidak tau kisah mereka.

"Itu Satoru" Shouto menjawab jujur, awalnya dia tidak pernah memiliki pikiran akan menikah dengan pria yang ia anggap kakak kelas. Apalagi Satoru tidak mengajaknya berkencan melainkan langsung melamar nya.

"Eh si bodoh itu? Itu agak mm" Maki bergumam, selama ini kebanyakan yang banyak orang lihat adalah sifat narsistik Satoru yang menganggap dirinya adalah yang paling kuat dan sempurna sehingga fakta bahwa Satoru lah yang mengejar sang istri cukup sulit diterima.

"Mencengangkan, benar, itu juga membuatku jantungan" Shoko menyuarakan pendapatnya, satu satunya sahabat wanita Satoru itu merasa kepalanya terbelah kala Satoru meminta bantuannya untuk merangkai skenario se romantis mungkin agar Satoru berhasil melamar pujaan hatinya dengan kesan yang mendalam.

"Dilamar oleh pria yang kau anggap sebatas kakak kelas memang mencengangkan sih" Nanako ingat ayahnya berkata bahwa Shouto awalnya hanya menganggap Satoru dan Suguru kakak kelasnya, hanya sebatas itu.

"Itu sih bukan mencengangkan lagi tapi bencana namanya" Nobara mengeluarkan ekspresi geli, terlihat jelas gadis ini tidak bisa menerima bayangan menghabiskan waktu dengan pria berisik menyebalkan seumur hidupnya.

"Bukannya itu terdengar romantis?" Shouto mencoba membela kesan sang suami yang sayangnya sudah bobrok sejak awal.

"Aku tidak bisa membayangkannya!" Nanako dan Nobara berteriak secara bersamaan sementara Mimiko mengangguk setuju.

"Membayangkan itu dengan Bakatoru... Ugh aku tak sanggup" Maki menggelengkan kepalanya kuat kuat.

"Satoru tidak seburuk itu ok? Kalian berlebihan" Wajah Shouto berkerut sebal, mau bagaimanapun Satoru adalah pria yang ia pilih untuk menerima hidupnya, mereka yang tidak tau banyak tentang suaminya tidak boleh menjelek jelekkannya.

"Kalian salah langkah anak anak, Shouto itu tak kalah posesif dari suaminya" Shoko mengumumkan yang cukup membuat guncangan batin di hati para gadis remaja itu.

"Aku benar benar tidak bisa merangkai semua ini dalam otakku!" Nanako mengusak rambutnya frustasi.

"Maka jangan, kehidupan orang dewasa jauh lebih rumit dari yang kalian pikirkan" Shouto mengambil sepotong senbei dan memakannya perlahan. Shoko mengangguk setuju dengan pernyataan Shouto, dia jadi teringat dengan adik kelasnya yang selalu menyamakan kenyataan dengan kotoran.

"Bisakah kami mendengar kisahmu? Aku benar benar penasaran" Mimiko akhirnya bersuara dan pertanyaannya membuat semua orang fokus mendengarkan apapun yang akan keluar dari mulut Shouto, kecuali Shoko yang sudah tau segalanya karena dia adalah saksi hidup perjalanan cinta mereka.

Warm WeatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang