Cerita ini dimulai saat sang kepala keluarga Atmajaya, Phelan Aureliano Dhafin Atmajaya memutuskan untuk bekerja menjadi TKI di negeri orang.
Menjadi seorang yang miskin, bukanlah keinginan semua orang, termasuk juga Phelan. Namun semua ini sudah menjadi takdir dari Yang Maha Kuasa. Meskipun ia miskin, ia tidak pernah mengeluh tentang keadaannya, ia justru selalu tekun dan mengandalkan Tuhan dalam segala yang dikerjakannya.
Sehari-hari Phelan, hanyalah berkeliling sebagai penjual mainan menggunakan sepeda. Penghasilannya sehari-hari tidaklah pasti, sementara istrinya hanyalah seorang ibu rumah tangga yang kadang berkeliling menjual sayuran segar dan kadang menjadi buruh cuci.
Mereka memiliki 3 orang anak, yang masih duduk di bangku sekolah dan 1 lagi sudah bekerja. Anak pertama mereka, Markus Aladric Geraldo Atmajaya adalah seorang karyawan tetap di PT. Skyline Corporation, gaji per bulannya hanya 3 juta.
Gaji anak pertama mereka yang hanya 3 juta, juga penghasilan dari mereka yang tidak pasti, tidaklah cukup untuk kebutuhan sehari-hari, belum lagi dengan biaya sekolah ketiga putra putrinya yang lain.
Karena hal itu Phelan memutuskan untuk merantau ke negeri orang, menjadi TKI di sana, ia membicarakan keinginannya itu kepada istrinya.
“Apa mas udah yakin buat merantau?” tanya Reesha istrinya.
“Mas yakin dek, lagipula ini kan demi anak-anak kita," yakin Phelan.
“Tapi mas, anak-anak..."
“Anak-anak kita udah besar, mas yakin mereka bisa paham sama keputusan mas."
“Gimana sama Queen mas? Kalo dia nanyain tentang mas nanti? Dia pasti bakal nyariin mas terus," Reesha menatap intens netra suaminya.
“Mas bakal usahain untuk pulang ke rumah dek, dan tiap bulan mas bakal transfer gaji mas untuk kebutuhan kamu juga anak-anak," Phelan masih meyakinkan istrinya dan akhirnya Reesha merelakan suaminya merantau ke negeri orang.
Phelan akhirnya bersiap-siap, ia menyiapkan apa saja yang perlu dibawa untuk menuju ke negeri seberang.
****
1 bulan yang lalu...
Selesai Phelan menata mainan yang akan dijualnya, ia bergegas menyiapkan sepedanya dan mulai berkeliling, mainan yang ia jual harganya beragam, mulai dari Rp2.000,00,- hingga Rp20.000,00,-.
Phelan mulai berkeliling komplek, menawarkan mainan-mainan yang sudah distributor sediakan.
Anak-anak kecil mulai berdatangan, mendengar bel sepeda Phelan yang melewati rumah-rumah mereka. Ada yang membeli mainan seharga Rp2000,00,- sebanyak 5 buah, ada yang membeli mainan seharga Rp15.000,00,- sebanyak 3 buah.
Setelah dirasa cukup berkeliling, Phelan beristirahat sejenak. Sambil mengusap keringat, ia menghitung hasil yang ia dapatkan. Penghasilan hari itu yang baru ia dapatkan baru sejumlah Rp55.000,00,-.
“Hah, baru 55 ribu aja yang aku dapet, kalo aku setorin, paling gajiku hari ini cuma 35 ribu, cuma bisa buat makan. Mumpung masih siang, aku keliling lagi aja, cari uang yang lebih banyak,"
Phelan kembali berkeliling, menawarkan mainan yang ia jual sampe sore hari. Pukul 15.00 tepat, ia mulai menyetorkan hasil jualannya ke atasan, dan hari itu ia menghasilkan Rp150.000,00,-. Ia menyetorkan itu dan gajinya hari itu adalah Rp75.000,00,-.
Setelah menyetor dan mendapat bagiannya, Lian kembali ke rumah. Setibanya di rumah, ia disambut oleh istri dan anak perempuan satu-satunya.
“Baru pulang mas?" Tanya Reesha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different Side
Mystery / ThrillerNote: ✅ Up 1-2 kali seminggu ✅ Based on my true story, don't copy my story, dude, author tulis cerita ini mesti perang batin mulu ✅ Kalo dalam seminggu atau lebih, author blm up samsek berarti mental author sedang tidak baik-baik saja, dan ide lagi...