Waktu berlalu dengan cepat, kini tepat setahun sejak penugasan Christoff ke pulau Kalimantan. Itu berarti waktunya kembali ke rumah sudah tiba.
Ia pulang tanpa memberitahukan itu kepada adik kecilnya, karena ia ingin memberi kejutan. Namun ia memberitahukan hal itu kepada Bryan dan kakaknya Mark lewat media WhatsApp, hanya saja belum ada satupun dari mereka yang membalasnya.
Tak berselang lama, Christoff tiba di rumahnya. Ia mengetuk pintu namun juga belum mendapat balasan, kemana mereka semua? Ia ingin menunggu sampai semua saudaranya datang, namun nantinya itu tidak akan jadi kejutan.
Hingga tiba-tiba terselip sebuah ide di kepala Christoff. Ia mencari sebuah kayu kecil untuk membuka pintu rumahnya secara diam-diam karena terkunci, dan agar tidak ada yang mengira bahwa dirinya adalah maling, lalu masuk dan menguncinya kembali dengan kunci cadangan yang ada di dalam rumah. Hal itu dilakukannya agar nantinya orang rumah tidak ada yang curiga.
Beberapa saat kemudian, Mark tiba di rumah setelah tugas dinas malam. Saat ia membuka pintu, ia terkejut melihat Christoff yang tengah duduk santai sambil membaca koran.
"Chris?" Yang dipanggil hanya menoleh.
"Hai bang, gimana kabar?"
"Gue baik, cuma rada capek aja karena banyak lemburan. Lu kapan pulang? Kok ngga kabar-kabar?"
"Baru aja nyampe, gue udah kabarin lu sama Bryan tapi gaada respon," Christoff sedikit kesal.
"Sorry masih dalam perjalanan tadi," sahut Mark.
"Lu udah kabarin adek, kalo lu pulang?"
"Belum, gue mau kasih kejutan buat dia," jawabnya.
Beberapa menit kemudian, muncullah Bryan yang baru saja selesai bekerja. Hari ini kuliahnya kelas siang, jadi ia bisa pergi bekerja terlebih dahulu. Ya ia langsung mulai bekerja setelah mendapat izin dari Mark. Ia bekerja menjadi seorang penyaji makanan di sebuah cafe.
Ketika melihat saudaranya tiba di rumah, ia sedikit terkejut. Tidak ada kabar, tiba-tiba ia sudah sampai di rumah. Yang lebih mengejutkan untuknya, darimana Christoff bisa masuk ke rumah, sementara pintu rumah terkunci, dan Mark pun belum pulang ke rumah?
"Heh kapan lu nyampe ke rumah?" Tanya Bryan yang terkejut dengan kedatangan Christoff tiba-tiba.
"Baru aja, baru beberapa menit yang lalu sih."
"Kok ngga ngabarin?" Herannya.
"Gue udah ngabarin, buka hp lu makanya, lu dari tadi ngga ada buka hp lu," protes Christoff.
Bryan pun membuka hp nya untuk memeriksa pesan masuk, apakah benar Christoff menghubunginya. Setelah memeriksa hp nya, benar yang dikatakan oleh Christoff, ia telah menghubungi Bryan, hanya saja Bryan tidak mendengarnya.
"Hehe, sowry Chris," ucapnya dengan 2 jari membentuk peace.
"Hmm."
"Btw gimana bisa lu masuk rumah, padahal kan rumah dikunci, terus di rumah gaada siapa-siapa? Kak Mark baru aja nyampe tadi, terus tadi kan gue bawa kuncinya, lu masuk darimana weh?" Cerocos Bryan.
"Eh iya ya? Tadi gue juga heran kok lu bisa masuk sih? Kan gue baru aja nyampe, terus seperti biasanya yang pegang kunci si Bryan," heran Mark.
"Hehe, adalah pokoknya, disana gue diajarin kalo-kalo dalam keadaan genting mesti gimana, dan salah satunya kayak ini. Sebenarnya tadi gue pengen nungguin kalian pada, tapi nanti malah ga jadi kejutan."
"Berarti lu ga kasih tau adek, kalo lu sekarang pulang?"
"Kagak, sekarang adek dimana?"
"Lagi kuliah, hari ini dia 3 matkul, pulangnya agak siangan," jelas Bryan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Different Side
Mystery / ThrillerNote: ✅ Up 1-2 kali seminggu ✅ Based on my true story, don't copy my story, dude, author tulis cerita ini mesti perang batin mulu ✅ Kalo dalam seminggu atau lebih, author blm up samsek berarti mental author sedang tidak baik-baik saja, dan ide lagi...