⏰ тυjυн

66 10 1
                                    

Hari ini Jisung dan semua kawan-kawan tengah berkumpul di sebuah cafe yang sudah disewa oleh pengantin baru—hyunjin dan jeongin untuk para sahabat lamanya.

Sesekali Changbin atau Hyunjin melempar candaan dan membuat yang lain tertawa tak terkecuali Jisung sendiri.

Senang rasanya bisa kembali berkumpul bersama teman-teman yang sudah Jisung anggap sebagai keluarganya.

Jisung sangat rindu.
Biarkan ia sedikit egois untuk saat ini karena ia ingin terus menikmati suasana ini sebelum kembali ke Aussie nanti.



Tetapi semuanya berubah setelah ,
Seseorang yang sangat-sangat Jisung hindari datang dengan sejuta luka.

Apa Hyunjin juga mengundangnya?

Minho langsung duduk di kursi sebelah Chan yang sama sekali tidak ingin menyapanya.

Chan sibuk mengajak ngobrol Seungmin dan Felix yang mungkin lebih menarik dari pada Minho.

Jisung pun yang tak ingin menyapa Minho langsung ikut dalam obrolan mereka.

Asik mengobrol tiba-tiba Jisung merasa ingin buang air. Ia tidak berbohong, ia benar-benar ingin buang air.

Salahkan ia juga yang terlalu banyak meminum air saat di apartemen tadi.

"Eeh bentar ya gua ke toilet dulu. Kebelet nih"

"Oh ya udah Sono. Awas ngompol"
Kata Seungmin yang dibalas kekehan dari Felix dan Chan.

Jisung langsung berlari menuju toilet laki-laki dan menuntaskan keinginannya.

"Bentar ya gw angkat telpon dari ayank"

Itu Minho yang berlagak seperti ingin mengangkat telponnya tetapi terlihat seperti berjalan ke arah toilet sama seperti Jisung.

Chan yang sudah tahu membiarkannya berharap Jisung bisa berdamai dengan Minho dan Minho tidak lagi mengganggunya.





























"aah lega"

Selesai buang air Jisung sempatkan mencuci tangan dan membasuh wajahnya sedikit.

"Han Jisung."

Jisung menoleh cepat ke sumber suara dan mendapati Minho yang tengah menatapnya.

"K— kak Minho!!? Ngagetin aja kak"

Minho bergerak mendekat dan meraih tangan Jisung.

Jisung melihat apa yang Minho lakukan dengan mata berkedip berulang kali, bingung.

"Gw udah inget semuanya Ji.. "

Jisung menggigit bibir dalamnya menunggu kata-kata selanjutnya dari Minho.

Jangan bilang kalau kak Minho ..

"Gue inget semuanya, tentang Lo. Dan tentang kita .. "

Jisung segera menarik paksa tangannya dan ia sembunyikan dibelakang tubuh.

Kepala ia tundukkan agar tidak menatap manik tajam lawan bicaranya yang menatapnya lekat.

"Maksud kak Minho apasih? Inget tentang kita? Ya kita kaan cuma sahabat dekat doang kak! Kakak yang bilang sendiri ke aku kalau aku tuh sahabat terbaik kakak"

Jisung mundur selangkah agar Minho tidak bisa meraih tangannya lagi dan membuat dirinya kembali luluh.

Berharap apa yang ia pikirkan bukanlah yang Minho maksud saat ini.

Minho menggeleng dengan wajah sendu. Matanya menyiratkan guratan lelah yang membuat Jisung entah bagaimana luluh seketika.

"Bukan cuma itu Ji.. ,

Kita emang sahabat, tapi itu waktu gua lupa ingatan dan dengan bodohnya percaya ucapan bunda ..

Tapi gua juga inget kalo kita pernah ..













Saling mencintai"

Hancur sudah hati Jisung saat dirinya kembali mengingat bagaimana rasa sakit ia dulu mengahadapi nya seorang diri.

Tadinya Ia hanya tidak ingin kembali merasakan sakit itu lagi dan lebih memilih untuk melupakan segalanya.

Tetapi mengapa Tuhan selalu saja menyulitkan usahanya dan seakan-akan menyuruhnya kembali pada rasa sakit itu.

Jisung menghela nafasnya dan mulai berjalan menuju pintu keluar sebelum tangan besar milik Minho menahannya.

"Udah ya kak. Aku udah ga mau inget-inget lagi masa itu, aku ga mau jatuh kedua kalinya ke lubang yang sama, aku juga ga mau ngerasain sakitnya"

Minho mendongak menatap manik Jisung telak ,

Nafas Jisung seakan berhenti dan sesak menyerang dadanya tiba-tiba,

Jangan Jisung, kamu ga boleh luluh lagi, kamu harus inget kata bunda buat ga sama-sama Minho lagi.

"Mungkin dulu gua pernah lupa sama lu, mungkin dulu gua pernah nyakitin hati lu, dan mungkin dulu gw pernah ninggalin lu buat bareng orang lain. Tapi hati gua ga pernah lupa siapa yang dia pilih, hati gua ga pernah lupa siapa pemiliknya,

Dan pemiliknya itu elo Han, Lo pemilik hati gua!"

Jisung benar-benar muak.
Iya hentakan tangan Minho dan segera berlari meninggalkan area toilet. Ia sedang terombang-ambing saat ini. Pikirannya tengah campur aduk dan tidak bisa diajak berpikir jernih.

Ia hampiri Bangchan, mengambil ponsel serta kunci apartemen dan segera melenggang pergi tanpa pamit.

Itu sukses membuat Bangchan dan Changbin khawatir.





























































"Kak Minho udah selesai tugasnya?"

"Udah dong. Aku kan pinter, tugas begitu doang mah 10 menit selesai"

"Dih pede banget, kemarin kenapa minta ajarin aku kalo udah pinter?"

"Biar bisa Deket sama kamu teruus, kan kalo kamu ajarin aku kamu jadi ada waktu sama aku"

"Bacot kau buaya darat!"

"Kok kasar sii sayang"

Berakhir Minho yang ditinggal Jisung di parkiran motor dengan helm yang belum dibuka.

"Iiih ayaang helm nya belum dibukaainn"

"Bukaa sendirii"
Teriak Jisung.

Ya bagaimana, mau ga mau Minho membukanya sendiri dan segera menyusul Jisung.




































№: maapkeun kalo lama banget update nya yaa. RL sesibuk itu ternyata jadi ga sempet buat ngetik, semoga kalian diberikan kekuatan sabar untuk menunggu kepastian update nya book ini , aamiin ... >⁠.⁠<

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝐌𝐞𝐬𝐢𝐧 𝐖𝐚𝐤𝐭𝐮. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang