End of Happiness

96 2 0
                                    

"Jadi, kenapa Kalyna bisa kebasahan gitu badannya? Dan apa-apaan kamu ini, mau jenguk orang sakit tapi pakaianmu gini?" Bu Fitri sudah pusing melihat kelakuan Winta.

"Aduh, Bu Fitri yang cantik. Duduk dulu dong hehe." Winta masih bisa-bisanya cengengesan sambil mendorong pengasuhnya untuk duduk itu.

"Jadi ... tadi kita sebenarnya nggak jenguk orang sakit ... sebenarnya tadi kita ikut ke pesta temen." Winta menjelaskannya dengan pelan.

"KE PESTA?" Pengasuhnya sontak kaget dengan pengakuan Winta.

"Iya. Tadi tuh sebenarnya Winta udah nolak tapi karena dipaksa temen jadinya nggak enak buat nolaknya."

"Winta, Bu Fitri bukannya mau nolak kalian untuk pergi ke acara seperti itu. Tapi Bu Fitri sudah bertanggung jawab buat menjaga kalian semua disini. Kalo kalian kenapa-kenapa, nanti Bu Fitri yang ditanyain Bu Dharty. Untung Bu Dharty nggak tau, coba tau, nanti masalahnya makin panjang." Ucap Bu Fitri menjelaskan.

"Iya, Winta minta maaf udah bohong."

"Yaudah sekarang kembali ke kamar. Sebelum kembali ambil teh di dapur terus kasih ke Kalyna biar badannya hangat." Winta langsung berdiri menuju dapur tanpa membantah.

Winta lalu menuju kamarnya yang di tangannya sudah ada segelas teh panas. Ia lalu mendekati Kalyna yang sedang terbaring di ranjangnya.

"Kalyna, gue bawain teh yang dibuatin sama Bu Fitri." Kalyna yang merasa terpanggil langsung terbangun dari tidurnya lalu duduk bersandar di ranjangnya.

"Awas panas!" Perintah Winta memperingati ketika Kalyna mengambil teh itu dari Winta.

Winta langsung duduk di tepi ranjang Kalyna. Kalyna menyesap teh itu sedikit demi sedikit untuk menghangatkan badannya.

"Udah mendingan?" Tanya Winta yang langsung diberikan anggukan oleh Kalyna. Winta hanya menatap Kalyna tanpa berkata apapun.

"Apa?" Tanya Kalyna kebingungan.

"Nggak tau, gue masih kesel sama mereka. Coba kita nggak dateng kesana nggak bakal kayak gini kejadiannya. Mending kita tolak ajakannya Renjani." Ungkap Winta menjelaskan.

"Bukan salah siapa-siapa, lagian kita nggak tau kan kalo tadi kejadian kayak gitu. Ini juga bukan salah Renjani, jadi jangan salahin Renjani juga. Jangan khawatir, aku udah nggak apa-apa." Kalyna mengakui kalo kejadian tadi hampir merenggut nyawanya kalo saja Winta tidak menyelamatkannya.

"Makasih yaa ..." Winta yang diberi ucapan terima kasih bingung.

"Makasih buat apa?"

"Makasih udah nyelametin aku dari tenggelam."

TUNGGU. Winta tidak menyelamatkannya dari tenggelam.

"Wait. Lo kira gue yang nyelametin lo yang lagi tenggelam?" Kalyna menganggukkan kepalanya.

"Lyn, bukan gue yang nyelametin lo bahkan baju gue masih kering." Raut kebingungan terpancar di wajah cantik Kalyna.

"Kalo bukan kamu? Jadi siapa?"

Winta menghela napasnya ketika ia diminta untuk memberitahunya siapa yang menyelamatkan nyawanya, "Jenaro."

"Jenaro?"

"Iya, tadi emang gue mau nyelametin lo tapi ditahan sama Jemima, terus beberapa detik kemudian Jenaro nyebur ke kolam."

"Kenapa dia nyelametin aku?" Winta hanya mengedikkan bahunya tanda tidak tahu apapun.

Kringg, Bunyi ponsel terdengar. Winta yang mendengar bunyi langsung mengambil ponsel Kalyna yang mendapatkan panggilan dari seseorang.

Kalyna menatap Winta yang sedang memegang ponselnya sambil menggerakkan bibirnya tanpa suara—Siapa?

CONNECTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang