Saat ini Rachel yang sedang menempati tubuh anak antagonis bernama Devano, tengah gelisah tak kala si bapak pergi entah kemana meninggalkan ia sendiri di dalam kamar.
"Bwuu pa.daaa bluwww Buu waa.wuu"
"Sialan, gue laper dasar bapak laknat! Gue kan baru lahir ke sini masa ia gak di kasih Asi!!" Protes Rachel ingin menangis.
"Oooee.. hiks oeee hikss auuu."
Tangis Rachel kini semakin kencang. Sementara di luar kamar..
.
.
."Duh nona kecil nangis, tapi kata Tuan gak boleh ada yang masuk ke kamar." Khawatir Bi Ammah selaku mantan babysister Devano yang sekarang bertugas sebagai kepala dapur.
"Memang tuan ke mana?" Tanya Bi Ammah semakin panik
"Tadi tuan ke luar rumah bi, Gak tau kemana." Balas seorang maid acuh.
"Astaga anak itu benar-benar!" Seru Bi Ammah dan langsung masuk kamar.
Melihat bayi kecil tak berdosa yang sekarang menangis hebat, Bi Ammah kasihan di buatnya.
"cupp cupp.. jangan menangis lagi, nona lapar ya? Baiklah ayo kita minum susu." Gendong Bi Ammah dengan Rachel yang masih menangis.
"Gabisa berhenti!!" Teriak batin Rachel kesal.
______________________________••
Dapur..
Sesudah selesai membuat susu untuk Rachel aka Resa Bi Ammah menepuk pelan punggung bayi kecil itu dengan sedikit ia timang timang agar segera tertidur.
"Nona minum nya pelan pelan saja, kalau sudah kenyang tidur ya? Mau tidak."
"Bwuo.. bubutuu.. puc." Gumam Rachel dengan mata yang perlahan menutup, tangan kecil gadis itu setia mencengkeram baju milik bi Ammah. memastikan wanita tua baik hati yang menjaganya tetap di sini.
"Siapa yang suruh bibi di sini!" Seru Devan yang baru saja datang langsung mengagetkan Bi Ammah.
"Astaghfirullah!!"
"Tuan, ngagetin saya aja.. maaf kalau sebelumnya lancang tapi nona muda menangis sedari tadi karena lapar saya tak tega dan langsung membuatkannya susu." Jelas wanita tua itu menunduk dengan nafas tercekat kerena bau amis darah yang sangat menusuk dari Tuan nya.
Memutar mata, Devan melenggang pergi dari sana. Ia ingin mengganti pakaian yang kini sangat kotor dan bau. Sebelum pergi ia menyampaikan sesuatu pada maid yang sekarang sedang menjaga sang putri. "Tidurkan dia di kamarku, ganti juga pakaian nya."
"Baik tuan."
Devan berada di kamar mandi dengan tangan bertumpu dinding dengan tubuhnya terkena air, memejamkan mata perlahan pria itu mengambil sesuatu.
Itu adalah Cutter!!
"Huh, gue gak bisa tenang."
"Apa anak itu akan baik baik saja di sini? Pftt-- lagi pula gue gak peduli juga. Kenapa sih Lo pertaruhin nyawa lo demi tuh anak? Dasar bego."
Cratt.. srekk..
Darah keluar dari tangan Devan, Yap.. pria itu menggores lengan kirinya menggunakan sebuah Cutter. Tak ada rasa sakit di sana, pria itu hanya diam dan semakin menekan Cutter untuk terus menggores lebih dalam.
Oeekkk.. oeekkk hik oee
"damn kenapa harus bangun."
Keluar dari sana, Devan di perlihatkan pemandangan dimana putrinya Resa tengah menangis dengan tangan mengarah ke atas dengan muka memerah.
"Diem buntel! Berisik banget sih sial." Bentak Devan pusing.
Sialan Lo bapak setan!!' teriak Rachel marah.
Karena kesabarannya yang setipis tisu itu Devan melangkah ke arah Rachel yang masih menangis, dengan tega nya Devan memencet hidung kecil putri kandungnya hingga anak itu tak bisa bernafas dan memberontak dengan wajah yang semakin memerah.
Rachel sudah banyak sekali memaki Devan dengan segala nama hewan kebun binatang, namun apalah daya nya yang bertubuh kecil nan imut yang harus melawan tenaga seorang Devan.
"Diem Lo! Jangan nangis lagi."
"Bikin pusing aja, udah kecil, beban, nyusahin pulak. Gara gara emak Lo ninggalin wasiat seenaknya gue jadi susah."
Devan kini melepaskan tangan nya dari hidung Rachel. Darah dari tangan nya masih belum berhenti karena ia belum mengobati luka itu. Terlalu malas katanya.
Bajingan tengik! Tangan Lo bau amis setan!!"
Dengan masih menangis Rachel menyumpahi sang ayah lagi dan lagi.
Kenapa sih gue transmigrasi jadi anaknya dia?? Sial banget perasaan hidup gue"
Iya sih gue jadi orang kaya, tapi gak jadi anak nya si gila ini Tuhan.. gue mau balik ajaa!!"
"Emang nyusahin Lo yaa!!"
"Bi Ammah sini!!" Teriak Devan kencang hingga membuat kuping Rachel ngilu dengan berakhir ia menangis lebih kencang.
"Ini budek atau gimana sih!!" Kesalnya berkacak pinggang.
Astaghfirullah bapak g boleh gtuu!!* Auth
Beberapa detik kemudian..
"I.iya kenapa Tuan?" Tanya Bi Ammah ketakutan.
"Ck, ini si buntel nangis! Sana urus." Sewot nya sembari menunjuk Rachel.
Bi Ammah pun mulai menenangkan Anak tuan nya, dengan menimang Rachel Bi Ammah menatap takut takut Devan yang terus menatap tajam ke arah nya.
Rachel sesunggukan, dengan perlahan ia mulai berhenti menangis. ingus nya meluber ke mana mana, namun dengan cepat di Hapus oleh Bi Ammah menggunakan Tisu.
"Tuan, tolong jaga non Resa sebentar karena saya mau buat susu." Pinta Bi Ammah takut.
Dengan ogah Ogahan Devan menerima dan menggendong putrinya dengan gerakan kaku. Kini saat Bi Ammah tengah membuat susu, Rachel menatap dendam pria yang kini menjabat sebagai ayahnya.
Awas Lo! Gue bales kalo udah gede fak!." Sumpahnya dengan bibir mengerucut.
.
.
.
.
.Okehh sampai jumpa lagihhh😣😣
___________________________________••
Bonus Picture
Si Bapak Laknat bin Nyebelin bin Masyaallah Bin Akjahsjska
.
.
"Tchh.. jangan liat liat gue! Gue tau gue ganteng" _DEVANOEL PRADIPTO_
______________________________________
Bersambung~
KAMU SEDANG MEMBACA
My Psyco Daddy ||
Teen FictionGimana sih rasanya punya ayah seorang psikopat? entah sial atau kenapa, Rachel harus merasakan hal itu. Tiba tiba saja ia bertransmigrasi ke dalam sebuah buku novel berjudul DANDELION milik teman nya yang ia pinjam. Di sana ia menjadi tokoh FIGURAN...