01. Keputusan yang Bodoh

199 28 0
                                    

"Ya Tuhan, ampunilah segala dosa hamba di hari ini, kemaren dan hari-hari sebelumnya. Hamba sadar bahwa segala perbuatan bejat ini telah menjauhkan hamba dari padaMu. Ampunilah hamba ya Tuhan. Hamba mohon--"

"Re, too much talking. Langsung to the point. Jangan muter-muter."

"Oh oke-oke. Ya Tuhan, tolong bukakan jalan bagi hamba yang sedang mencari pekerjaan tetap. Di hadapan hamba, telah ada laptop yang membuka website PT. Rasauta. Bantu hamba agar lolos di seleksi awal ini supaya hamba tidak menjadi aib bagi orangtua dan keluarga besar karena sudah umur 26 tahun tapi belum punya gaji pokok apalagi tunjangan. Amin."

"Amen."

Siapa itu yang hanya memanjatkan doa sewaktu diberi tantangan oleh dunia?

Dialah Rengginang Merabela--akrab disapa Rere, berusia 26 tahun dan sampai saat ini belum berhasil dijuluki sempurna di mata rakyat Indonesia. Karena bagi manusia yang tinggal di daerah tropis itu, minimal satu mobil dan satu rumah sudah didapatkan di usia 25 tahun.

Sedangkan Rere?

Pengacara alias pengangguran banyak acara.

Dia tersenyum pahit di sebelah Fira yang mengenakan pakaian keluaran terbaru butik Wardani dan sepatu hak tinggi milik Gutci. Dibandingkan dengan Rere yang suka pamer walau barang KW, Fira yang terlihat simple itu punya lebih banyak duit dan tentu saja selera lebih baik.

Tidak-tidak.

Rere geleng kepala karena sudah terlanjur kesal dengan dirinya yang begitu pemalas meski sudah tua. Gadis itu lantas menarik napas panjang dan ikut mencondongkan tubuhnya mendekati Fira yang sibuk dengan berkas milik Rere yang akan dilampirkan pada lamaran kerja ini.

"Fir, kok kamu perhatian banget sih sama aku?"

Seraya menyesap kopi pun lanjut menatap layar laptop, Fira berujar santun. "You are my bestfriend duh. Why would I ngebiarin temen sendiri jatuh ke dalam jurang yang akan melukai her future? Justru aku tuh terima kasih banget sama kamu karena masih berjuang. Ngga bermaksud menyamaratakan but nowadays di era serba moderen, kamu tuh lumayan mulia dibandingkan mereka yang ngejual their asshole and boobs di media sosial."

Sepulang dari kantor, Firansyah Adelsyah segera berlari dengan cepat menuju kamar kos Rere dan menginfokan bahwa ada lowongan pekerjaan yang pas untuk sahabatnya itu. Tentu saja Rere tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Setelah berganti pakaian dan memakai parfum agar sedikit wangi--maklum kaum rebahan jarang mandi--mereka memutuskan untuk pergi ke sebuah Coffee Shop tak jauh dari situ untuk membahas hal ini.

Dan keputusan telah bulat.

Fira menarik jari telunjuk Rere pun menuntunnya pada tombol Enter tuts keyboard laptop.

"You ready?"

"Yes, baby girl," tukas Rere begitu pasti.

Setelah memencet secara bersama-sama, bunyi notifikasi masuk ke ponsel milik Rere.

Gadis itu tersenyum ceria hingga mulutnya tanpa sadar bersorak gembira.

"Gimana?" Tanya Fira ragu dengan ekspresi dari sahabat di sampingnya itu.

"Email dari PT. Rasauta yang bilang data diriku sama berkas terlampir udah lengkap. Terus diminta tunggu proses screening yang akan diinfokan lewat email juga. Fir, untuk pertama kalinya dalam enam bulan belakangan, berkasku dinyatakan lengkap."

Fira bernapas lega. "Thank God!"

Rengginang Merabela kembali bersandar pada kursi tempatnya duduk. Satu tangannya terangkat mengelap peluh di dahi yang tak terpoleskan apapun. Rere pikir berkasnya ditolak namun secara ajaib semua pemikiran buruk tersebut adalah dongeng belaka.

BABIBUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang