"Dia teman kamu, Sen" tanya sang mama yang berada duduk di sebelahnya
"Iya"
"Kamu suka ya sama dia, soalnya waktu liat Kavita ngobrol sama dia, kamu nahan senyum dari tadi, tapi gapapa kalau emang suka sama dia mama setuju, kelihatan dia anak baik-baik" ibunya langsung menepuk-nepuk pundak milik Tirta.
Jelas-jelas dia lebih menyukai Mita, Karena gadis itu lebih cantik, pintar, bahkan lucu menurutnya, mana mau dia suka sama cewek yang modelnyan kek Laksmi, cantik, boro-boro cantik, muka aja pas-pasan.
"Gue harus mau ngajak tuh anak pacaran, biar gue gak di bilang cupu Mulu sama tuh dua curut, aneh-aneh aja emangnya dearnya, tapi sekalian bikin Mita cemburu ada untungnya juga si"
Tirtasena
Besok gue jemput, dan Lo harus jadi pacar pura-pura gueLaksmi
Dih gak mau gue, gak usah gue bisa berangkat sendiri.Tirtasena
Gak ad penolakanSena berjalan kearah meja belajarnya, "kar maafin gue, temen Lo gue jadiin bahan mainan, gue gak mau di bilang cupu sama temen temen, tapi gue janji kalau taruhan itu udah selesai gue bakal lepasin dia lagi kok, tapi kalo semisal gue jatuh hati sewaktu nyakitin dia maafin ya, gue khilaf, ternyata temen Lo kalau di liat liat lumayanlah mana kalau ketawa merem yang ada gue tinggalin dia. Tapi gue janji bakal jagain dia semampu gue"
**
Matahari yang mulai menerobos jendela kamar milik Laksmi, gadis itu sudah bersiap-siap sepagi mungkin, tidak lupa mengikat rambutnya.Aksara yang masih di dalam mimpinya, karena laki-laki itu pasti tidur sangat larut karena tugas kuliah yang begitu menumpuk, Laksmi saja pusing yang melihatnya apalagi yang mengerjakan.
"Lho udah bangun dek, berangkat sama Abang?" Tanya Githa pada anak gadisnya
"Gak berangkat sama temen, abangnya masih tidur, kasihan semalam kayaknya tidur sampai larut." Balasnya, lalu gadis itu duduk di meja makan untuk sarapan pagi ini.
Githa tersenyum, wanita itu masih bingung bagaimana cara mengatakan pada anak gadisnya tentang sebuah kebenaran.
****
Sena yang baru saja keluar kamar mandi dengan rambut yang basah, kebiasaannya setelah mandi adalah bertelanjang dada, bentuk badan yang bagus, otot yang memenuhi perut dan juga lengannya.
Setelah selesai semua barulah cowok itu menuju ranjang miliknya, lalu membangunkan Kavita. Anak itu memang sulit sekali di bangunkan, padahal ia sudah bangun jam 5 untuk sholat, tapi habis itu ia memejamkan kedua matanya kembali ke alam mimpi.
"Vita, ayok bangun, kamu gak sekolah" suara yang lembut dan tangan menggoyangkan tubuh Kavita dengan pelan.
"Apasih om, Kavita ngantuk, hari ini juga libur gurunya ada rapat, udah sana kalau berangkat berangkat aja. Gak usah ganggu" setelah mendengar gerutuan itu, Tirta mencium kening Kavita, lalu berbisik "maafin om ya, Kavita"
Gadis itu mendengar apa yang diucapkan oleh paman kecilnya itu, Kavita tersenyum tipis, "makasih om udah mau sayang sama Kavita" gumamnya, siapa lagi yang akan menyayangi dirinya setelah kedua orangtuanya nanti tiada.
"Mah aku berangkat ya, mamah di rumah kan?" Pamitnya lalu menyalimi tangan milik mamanya.
"Iya, mama kan udah gak kerja, lagian Mama juga harus jagain Kavita,-" Sena hanya memandang kagum ketika mamanya bersifat hangat seperti ini, kapan lagi coba ia merasakan hal seperti ini-"udah sana berangkat"
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Hari Bersamanya (Revisi)
Short Story"Melalui bait aksara, kutulis kisahku dan kisah mu yang berakhir tanpa kata selesai" Senyum yang membuatku terpikat Perhatian yang membuat siapapun terikat Namun ada dia yang menjadi pengingat "Aku pernah mencintaimu lebih dari dia yang kamu cintai...